2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi mula-mula menimbulkan penggumpalan ekstrak dalam
pelarut kemudian terjadi kontak antar muka bahan dan pelarut sehingga pada bidang muka terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang
telah bercampur dengan pelarut menembus kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi yang terbentuk di
bagian dalam bahan ekstraksi. Difusi akan menimbulkan keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan Bernasconi et al. 1995.
Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu 1 ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut
dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut; 2 ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan
menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat McCabe et al. 1999. Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada sumber bahan alam dan
senyawa yang ingin diisolasi. Beberapa tujuan dari ekstraksi adalah untuk mengetahui senyawa bioaktif, mengetahui keberadaan senyawa dalam organisme,
hubungan struktur senyawa dalam organisme, identifikasi seluruh senyawa bioaktif yang ada pada organisme Sarker et al. 2006.
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat-syarat farmakope umumnya terpotong-potong
atau berupa serbuk kasar disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya mencegah reaksi yang
dikatalisis cahaya atau perubahan warna dan diaduk kembali. Waktu maserasi pada umumnya 5 hari. Selama waktu tersebut, keseimbangan antara bahan yang
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai sehingga penarikan zat yang disari oleh cairan penyari telah optimal.
Keseimbangan konsentrasi bahan lebih cepat dalam cairan melalui pengadukan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif.
Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut Voight 1994.
3 METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 - November 2012. Sampel diambil dari Perairan Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat. Identifikasi keong mata lembu dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Cibinong; preparasi, ekstraksi dan uji antioksidan
di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan THP; uji fitokimia dan BSLT di Laboratorium Kimia Analitik Institut
Pertanian Bogor IPB. Analisis asam amino, taurin, kolesterol, dan vitamin dilakukan di Laboratorium Saraswanti Indo Genetech; analisis proksimat, mineral,
asam lemak, EPA, DHA, dan triptofan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor; KLT Preparatif di Laboratorium Biofarmaka Institut Pertanian Bogor
IPB serta identifikasi senyawa antioksidan dilakukan di Balai Pengkajian Bioteknologi Biotech Center-BPPT Serpong.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin penepung Dreadmill, TLC alumunium sheets silica gel 60 Fe
254
, rotary evaporator merek Heidolph WB2000, spektrofotometer UV-VIS merek Hitachi U-2800, AAS model varian
AA-30, HPLC merek Waters Coorporation USA, Camag Linomat 5 dan GC merek Shimadzu 2010 plus.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa keong mata lembu Turbo setosus. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis kimia yaitu:
n-heksana p.a, etil asetat p.a dan metanol p.a, kloroform p.a, asam format glacial, dan DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terbagi atas tiga tahap, yaitu 1 pengambilan, preparasi dan analisis komponen kimia keong mata lembu. 2 ekstraksi bahan aktif keong mata
lembu. 3 Identifikasi bahan aktif keong mata lembu. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.