Ekstraksi Nutrition content and antioxidant compound of the rough turban snails (Turbo setosus Gmelin 1791).

3.3.1 Pengambilan dan preparasi sampel

Tahap pertama penelitian ini dimulai dari pengambilan dan preparasi sampel serta persiapan bahan dan alat untuk pengujian kandungan gizi dan ekstraksi senyawa aktif. Sampel diambil dari Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi Gambar 5. Sampel selanjutnya diidentifikasi dan ditentukan morfometriknya. Tahap preparasi sampel dimulai dengan proses pencucian keong mata lembu dan pemisahan dari cangkangnya. Setelah itu daging keong mata lembu dikeringkan selama 33 jam pada suhu 50-60 °C dengan oven. Setelah kering daging keong mata lembu dihaluskan menggunakan mesin penepung Dreadmill dengan saringan sebesar 60 mesh selama 45 menit. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat 3.3.2 Ekstraksi bahan aktif Ekstraksi daging keong mata lembu dilakukan dengan fraksinasi bertingkat metode Quinn 1988 diacu dalam Darusman et al. 1995 dengan berbagai perbedaan kepolaran pelarut. Tujuannya adalah untuk mengekstrak komponen dalam keong mata lembu sesuai dengan tingkat kepolarannya sehingga komponen bioaktif yang belum diketahui sifatnya dapat diekstrak secara optimal pada salah satu pelarut yang digunakan. Bubuk keong mata lembu yang dihasilkan ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambah dengan 150 mL n-heksana p.a. Campuran dikocok dengan bantuan shaker selama 24 jam kemudian disaring. Fraksinasi menggunakan pelarut n-heksana p.a dilakukan sampai larutan berwarna jernih. Hasil penyaringan ditampung dalam labu dan dievaporasi sampai pekat. Fraksi ini merupakan fraksi dengan tingkat kepolaran rendah. Residu dari fraksinasi heksana p.a kemudian dilarutkan dengan pelarut etil asetat p.a. Residu hasil fraksinasi dengan heksana p.a ditambah dengan 150 mL pelarut etil asetat p.a. Selanjutnya campuran dikocok dengan shaker selama 24 jam dan kemudian disaring. Fraksinasi dengan pelarut etil asetat p.a dilakukan hingga larutan menjadi jernih. Hasil penyaringan ditampung dalam labu dan dievaporasi sampai pekat. Fraksi ini merupakan fraksi dengan tingkat kepolaran sedang. Fraksinasi terakhir menggunakan pelarut metanol p.a. Residu hasil fraksinasi dengan etil asetat p.a ditambah dengan pelarut metanol p.a sebanyak 150 mL. Campuran dikocok dengan shaker selama 24 jam, kemudian disaring. Fraksinasi dengan pelarut methanol p.a dilakukan hingga larutan menjadi jernih. Prosedur lengkap dari proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 6. Filtrat yang terkumpul dipisahkan antara pelarut dan ekstraknya menggunakan vacum rotary evaporator pada suhu 40-50 o C hingga diperolah ekstrak kasar berbentuk pasta. Ekstrak kasar tersebut diuji aktivitas antioksidannya sehingga diperoleh informasi mengenai jenis pelarut yang dapat memperoleh senyawa bioaktif dari daging keong mata lembu. Ekstrak kasar keong mata lembu yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik dianalisis secara fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa bioaktif pada ekstrak tesebut serta uji Brine Shrimp Lethality Bioassay BSLT untuk mengetahui toksisitasnya. Serbuk daging keong mata lembu ditimbang untuk mengetahui rendemen yang didapatkan dengan rumus: endemen bv berat ekstrak kering berat awal serbuk keong mata lembu 100