Rendemen ekstrak keong mata lembu

senyawa aktif antioksidan baik yang bersifat hidrofilik maupun lipofilik. Hasil fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar etil asetat mengandung flavonoid dan triterpenoid. Flavonoid merupakan senyawa aktif yang berperan sebagai antioksidan hidrofilik dan lipofilik Middleton et al. 2000. Nazeer dan Naqash 2011 melaporkan bahwa ekstrak etil asetat Loligo duvauceli memiliki persentase penghambatan radikal bebas DPPH tertinggi 58 dibandingkan dengan ekstrak kasar lainnya. Nurhayati et al. 2009 menemukan pada ekstrak kasar spons Petrosia sp. bersifat semi polar karena hanya ekstrak spons etil asetat yang mempunyai nilai IC 50 kurang dari 200 ppm. Hal serupa juga dikemukakan oleh Fajriah et al. 2007 bahwa ekstrak kasar etil asetat dari benalu lobi-lobi memiliki nilai IC 50 lebih rendah 17,60 ppm dibandingkan dengan ekstrak metanol 25,40 ppm dan ekstrak n-heksana 200 ppm. Nilai aktivitas antioksidan keong mata lembu tiap-tiap pelarut dapat dilihat pada Lampiran 17. Aktivitas antioksidan keong mata lembu tidak berbeda bila dibandingkan dengan aktivitas antioksidan dari beberapa jenis moluska lainnya, misalnya kerang pisau Solen spp 1.391,08 – 2.008,52 ppm Nurjanah et al. 2011, Pleuroploca trapezium sebesar 4021 ppm Anand et al. 2010 dan keong pepaya Melo sp. 1.156 – 2.799 ppm Suwandi et al. 2010. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC 50 kurang dari 50 μgmL kuat apabila nilai I 50 antara 50- 100 μgmL sedang apabila nilai IC 50 berkisar antara 100- 150 μgmL dan lemah apabila nilai I 50 berkisar antara 150- 200 μgmL Molyneux 2004. ktivitas antioksidan keong mata lembu yang lemah dimungkinkan karena pada ekstrak kasar keong mata lembu masih banyak terdapat senyawa lainnya yang dapat mengurangi aktivitas antioksidannya.

4.2.4 Toksisitas ekstrak kasar keong mata lembu

Metode awal yang sering digunakan untuk menentukan kebenaran adanya kandungan senyawa metabolit sekunder aktif dalam suatu sampel adalah uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT menggunakan cara Meyer. Metode ini ditujukan terhadap tingkat mortalitas larva udang Artemia salina L. yang disebabkan oleh ekstrak uji. Suatu ekstrak dianggap toksik apabila memiliki nilai LC 50 1000 ppm sedangkan untuk senyawa murni digolongkan toksik apabila LC 50 nya 200 ppm Meyer et al. 1982. Hasil uji toksisitas ekstrak metanol keong mata lembu tertera pada Tabel 10. Hasil uji sitotoksik menggunakan metode BSLT menunjukkan bahwa dari ketiga ekstrak kasar keong mata lembu yang diuji, hanya ekstrak kasar metanol yang mempunyai sifak toksik. Fraksi metanol adalah fraksi yang paling polar dibandingkan pelarut yang lain. Ekstrak kasar metanol mempunyai LC 50 sebesar 879,71 ppm atau kurang dari 1000 ppm. Hal ini menunjukkan ekstrak metanol bersifat toksik terhadap udang Artemia salina L. Hal serupa juga ditemukan pada penelitian Juniarti et al. 2009 berdasarkan hasil uji sitotoksik pada ekstrak metanol daun saga lebih aktif dibandingkan ekstrak dengan pelarut lain yang kurang polar heksana dan etil asetat dengan nilai LC 50 606,736 ppm. Tabel 10 Hasil uji toksisitas ekstrak kasar keong mata lembu Konsentrasi Log konsentrasi Mortalitas Probit LC 50 ppm 500 2,70 3,33 3,12 879,71 600 2,78 10 3,72 700 2,85 13,33 3,87 800 2,90 16,67 4,01 900 2,95 63,33 5,33 1000 3 76,67 5,71 Tabel 10 menunjukkan bahwa semakin besar nilai konsentrasi ekstrak, mortalitas pada A.salina juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan Harborne 1994 yang menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka sifat toksiknya akan semakin tinggi. Hasil kontrol dengan air laut mortalitas 0 , menunjukkan bahwa larva udang yang mati disebabkan oleh senyawa toksik pada ekstrak. Nilai LC 50 ektrak metanol keong mata lembu lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak E. alvarezii Nurhayati et al. 2006 dan ekstrak teripang Albuntana et al. 2011. Sifat toksik dari ekstrak metanol keong mata lembu diperkirakan mengandung golongan senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar. Menurut Wiryowidagdo 2000 golongan senyawa metabolit sekunder yang larut dalam pelarut polar adalah golongan antosianin, glikosida, saponin, tanin dan juga golongan karbohidrat. Hasil fitokimia memperlihatkan bahwa ekstrak metanol keong mata lembu mengandung saponin.