Kandungan fitokimia ekstrak keong mata lembu

toksik apabila LC 50 nya 200 ppm Meyer et al. 1982. Hasil uji toksisitas ekstrak metanol keong mata lembu tertera pada Tabel 10. Hasil uji sitotoksik menggunakan metode BSLT menunjukkan bahwa dari ketiga ekstrak kasar keong mata lembu yang diuji, hanya ekstrak kasar metanol yang mempunyai sifak toksik. Fraksi metanol adalah fraksi yang paling polar dibandingkan pelarut yang lain. Ekstrak kasar metanol mempunyai LC 50 sebesar 879,71 ppm atau kurang dari 1000 ppm. Hal ini menunjukkan ekstrak metanol bersifat toksik terhadap udang Artemia salina L. Hal serupa juga ditemukan pada penelitian Juniarti et al. 2009 berdasarkan hasil uji sitotoksik pada ekstrak metanol daun saga lebih aktif dibandingkan ekstrak dengan pelarut lain yang kurang polar heksana dan etil asetat dengan nilai LC 50 606,736 ppm. Tabel 10 Hasil uji toksisitas ekstrak kasar keong mata lembu Konsentrasi Log konsentrasi Mortalitas Probit LC 50 ppm 500 2,70 3,33 3,12 879,71 600 2,78 10 3,72 700 2,85 13,33 3,87 800 2,90 16,67 4,01 900 2,95 63,33 5,33 1000 3 76,67 5,71 Tabel 10 menunjukkan bahwa semakin besar nilai konsentrasi ekstrak, mortalitas pada A.salina juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan Harborne 1994 yang menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka sifat toksiknya akan semakin tinggi. Hasil kontrol dengan air laut mortalitas 0 , menunjukkan bahwa larva udang yang mati disebabkan oleh senyawa toksik pada ekstrak. Nilai LC 50 ektrak metanol keong mata lembu lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak E. alvarezii Nurhayati et al. 2006 dan ekstrak teripang Albuntana et al. 2011. Sifat toksik dari ekstrak metanol keong mata lembu diperkirakan mengandung golongan senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar. Menurut Wiryowidagdo 2000 golongan senyawa metabolit sekunder yang larut dalam pelarut polar adalah golongan antosianin, glikosida, saponin, tanin dan juga golongan karbohidrat. Hasil fitokimia memperlihatkan bahwa ekstrak metanol keong mata lembu mengandung saponin. Menurut Zhang et al. 2006 saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yang kerangka dasarnya berhubungan dengan struktur gugus glukosa dan triterpenoid. Senyawa saponin dihasilkan sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri secara kimiawi. Senyawa tersebut selain diduga digunakan sebagai pertahanan diri dari predator, juga diyakini memiliki efek biologis termasuk diantaranya sebagai antijamur, sitotoksik melawan sel tumor, hemolisis, aktivitas kekebalan tubuh dan antikanker. Senyawa saponin bersifat larut dalam air, sehingga senyawa aktif tersebut terkonsentrasi pada pelarut yang bersifat polar Wu et al. 2007. Metode BSLT biasa dilakukan pada tahap pendahuluan dalam penapisan bahan-bahan yang diperkirakan memiliki sifat antitumor atau antikanker sebelum melangkah kepada uji in vitro menggunakan sel lestari tumor. Uji toksisitas larva udang memiliki kemampuan untuk mendeteksi 14 dari 24 Euphorbiaceae yang aktif terhadap uji leukimia in vivo mencit dan mendeteksi 2 dari 6 ekstrak Euphorbiaceae yang aktif terhadap uji karsinoma nasofaring Widjahati et al. 2004. Metode ini juga digunakan sebagai bioassay guided fractionation bahan alam, metode pro-skrinning penelitian sel tumor di Cell Culture Laboratory of the Purdue Cancer Center, Purdue University Alam 2002.

4.3 Pemurnian Ekstrak Terpilih

Pemurnian ekstrak terpilih bertujuan untuk mendapatkan fraksi ekstrak terpilih, aktivitas antioksidan dari fraksi terpilih dan pendugaan senyawa bioaktif berdasarkan bobot molekul.

4.3.1 Fraksi ekstrak terpilih

Fraksinasi senyawa menggunakan teknik kromatografi lapis tipis KLT dilakukan untuk memisahkan senyawa yang ada pada ekstrak kasar keong mata lembu yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi, yaitu etil asetat dengan IC 50 1507,76 ppm. Hasil pemisahan menggunakan KLT diperoleh eluen terbaik, yaitu campuran eluen kloroform:etil asetat:asam format 3:7:0,5. Fraksinasi menggunakan KLT dan pengamatan dengan sinar UV 254 nm dan 366 nm menghasilkan 8 spot yang disajikan pada Gambar 9. Hasil fraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif didapatkan 8 fraksi pada ekstrak kasar dengan pelarut etil asetat, dengan eluen terbaik yang Menurut Suarez et al. 2003 senyawa ini secara in vitro memiliki aktivitas sitotoksik dan aktivitas antitumor secara in vivo dengan mekanisme menginduksi kematian sel melalui “oncosis” yang diawali oleh depolarisasi membran lisosomal di prostat dan sel kanker payudara.