Analisis Vitamin AOAC 2005 Analisis

3.4.4 Analisis mineral dan logam berat SNI 01-2891-1992

Mineral yang dianalisis pada sampel keong mata lembu Turbo setosus meliputi: kalsium, kalium, magnesium, besi, selenium, seng, kadmium, merkuri dan timbal yang dianalisis dengan metode spektrofotometer serapan atom. 1 Analisis mineral kalsium, magnesium, kalium, dan seng Prosedur analisis kadar mineral kalsium adalah sebagai berikut: sampel yang telah kering ditimbang sebanyak 1-2 g, kemudian dihancurkan dan dimasukkan ke dalam gelas beaker 100 mL yang telah dibilas dengan HCl 1 N. Sampel ditambahkan dengan 25 mL HCl 1 N dan disimpan selama 24 jam. Setelah penyimpanan, sampel dikocok dengan shaker dan disaring dengan kertas whatman no 1. Ekstrak sampel dipipet sebanyak 1 mL, ditambahkan 2 mL larutan lantanium oksida dan ditambahkan HCl 1 N sampai volume menjadi 10 mL, kemudian ditera dengan penambahan akuades sampai volume menjadi 50 mL. Larutan diukur absorbansinya dengan AAS masing-masing pada panjang gelombang 422,7 nm untuk kalsium; 285,2 untuk magnesium; 766,5 nm untuk kalium dan 213,9 nm untuk seng. 2 Analisis mineral besi Prosedur analisis mineral besi adalah sebagai berikut: sampel yang telah kering ditimbang sebanyak 1-2 g, kemudian dihancurkan. Larutan asam campuran disiapkan yang dibuat dari HNO 3 , H 2 SO 4 , dan HClO 4 dengan perbandingan 5:1:2. Sampel yang telah hancur ditambah 10 mL larutan asam campuran, kemudian dipanaskan di dalam ruang asam menggunakan api kecil selama 2 jam. Kemudian api dibesarkan sampai larutan menjadi jernih dan didinginkan. Larutan ditambahkan akuades sampai volume 50 mL dan disaring dengan kertas saring pencucian asam whatman no 1. Ekstrak dipipet sebanyak 10 mL, ditambah 1 mL hidrokuinon dan 1 mL orto-phenatrolin kemudian ditambah sodium sitrat sampai pH 3,5. Larutan diencerkan dengan akuades sampai volume 50 mL dan dipanaskan dalam water bath selama 1 jam. Larutan deret standar diperlukan dengan pereaksi yang sama dengan ekstrak sampel. Absorbansinya diukur dengan AAS pada panjang gelombang 248,3 nm. 3 Analisis mineral tembaga Prosedur analisisnya sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak 25 g dalam gelas piala 250 mL yang terlebih dahulu dicuci dengan HNO 3 6 N. Sampel dikeringkan di dalam oven pada suhu 110-125 o C selama 8-24 jam. Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam tungku pada suhu 350 o C selama 1-2 jam untuk mencegah terjadinya proses pembakaran cepat yang menyebabkan sampel dapat terhambur ke luar. Suhu dinaikkan hingga 450 o C selama 12-24 jam. Apabila sampel abu belum putih sempurna, maka ditambah 0,25-1 mL HNO 3 pekat, kemudian diuapkan di atas hot plate. Sampel dipanaskan kembali pada suhu 450 o C di dalam tungku selama 30-60 menit sampai abu benar-benar putih. Abu dilarutkan dalam 2 mL HNO 3 pekat, kemudian diencerkan dengan akuades hingga 25 mL dan dididihkan di atas hot plate. Larutan disaring dengan kertas saring No. 42 yang terlebih dahulu dicuci dengan HNO 3 10 dan akuades, filtratnya ditampung dan diencerkan dengan akuades hingga 50 mL. Absorbansinya diukur dengan AAS pada panjang gelombang 324,7 nm. 4 Analisis logam berat Prosedur analisisnya sebagai berikut: sampel yang telah dihomogenkan ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukkan ke dalam labu. Leher labu dibilas dengan 5 mL akuades sebanyak 20 buah batu didih, 10-20 mg V 2 O 5 , dan 20 mL H 2 SO 4 dengan HNO 3 dengan perbandingan 1:1. Labu dihubungkan dengan kondensor dan digoyang-goyang hingga tercampur. Air dingin dialirkan melalui kondensor selama pencampuran dilakukan, kemudian dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih sekitar 6 menit dan diakhiri dengan pemanasan kuat api besar selama 10 menit. Selama reaksi berlangsung, labu terus digoyang-goyang. Alat pemanas dimatikan dan kondensor dicuci dengan 15 mL akuades. Dua tetes ditambah H 2 O 2 melalui kondensor ke dalam labu dan dicuci dengan 15 mL akuades. Larutan dalam labu didinginkan pada suhu kamar dengan cara menempatkan dalam gelas yang berisi air. Labu diangkat dari kondensor dan leher labu dibilas dengan akuades. Labu dibilas hati-hati dengan akuades kemudian ditera sampai volume 50 mL. Larutan blanko dan kurva standar disiapkan lalu ditambahkan 100 mL larutan pengencer ke dalam masing-masing labu. Larutan pengencer dibuat dengan cara sebanyak 50 mL HNO 3 dan 67 mL H 2 SO 4 dipipet ke dalam labu ukur 1000 mL yang berisi 300-500 mL akuades kemudian ditera sampai volume 1000 mL. Output pompa diatur sampai mencapai kira-kira 2 L udaramenit dengan mengatur kecepatan pompa lalu ditambahkan 20 mL larutan pereduksi ke dalam masing-masing labu. Larutan pereduksi dibuat dengan cara 50 mL H 2 SO 4 dipipet dan ditambah 300 mL akuades kemudian didinginkan pada suhu kamar. Sebanyak 15 g NaCl, 25 g SnCl 2 , dan 15 g hidroksil aminasulfat ditimbang, kemudian semua bahan dilarutkan dalam larutan H 2 SO 4 sampai volume 500 mL. Gas inlet adapter dihubungkan dan dilakukan aerasi selama 1 menit. Absorpsi larutan blanko dan larutan standar dicatat lalu diplotkan dalam kurva. Larutan sampel dipipet 25 mL dari labu, kemudian ditambahkan dengan 75 mL larutan pengencer. Output pompa diatur sampai mencapai kira-kira 2 liter udaramenit dengan mengatur kecepatan pompa lalu ditambahkan 20 mL larutan pereduksi yang telah dibuat ke dalam larutan yang akan diperiksa. Gas inlet adapter dihubungkan dan dilakukan aerasi selama 1 menit. Absorpsi larutan sampel dicatat. Konsentrasi merkuri pada sampel yang diperiksa dapat ditentukan berdasarkan kurva tersebut. Bila didapat konsentrasi merkuri dalam sampel yang diperiksa menyimpang dari kurva, maka dilakukan penentuan kembali dengan memakai volume larutan standar yang lebih kecil. Kadar masing-masing mineral dalam bahan dihitung dengan rumus: Kadar mineral ppm Keterangan : Abs = absorbansi yang terbaca pada AAS V = volume pengenceran Slope = slope regresi kurva dari masing-masing mineral W = bobot sampel g

3.4.5 Analisis asam amino AOAC 975.44

Komposisi asam amino ditentukan dengan High Performance Liquid Chromatography HPLC. Sebelum digunakan, perangkat HPLC harus dibilas dulu dengan eluen yang akan digunakan selama 2-3 jam. Begitu pula dengan syringe yang akan digunakan juga harus dibilas dengan akuades. Analisis asam amino menggunakan HPLC terdiri atas 4 tahap yaitu 1 tahap pembuatan hidrolisat protein; 2 tahap pengeringan; 3 tahap derivatisasi; dan 4 tahap injeksi serta analisis asam amino. 1 Tahap pembuatan hidrolisat protein Tahap preparasi sampel adalah pembuatan hidrolisat protein. Prosedurnya sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak 0,2 g dan dihancurkan. Hancuran sampel ditambah dengan HCl 6 N sebanyak 5-10 mL, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 100 o C selama 24 jam. Tujuannya untuk menghilangkan gas atau udara yang ada pada sampel agar tidak mengganggu kromatogram yang dihasilkan, juga untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Hidrolisat protein yang telah dipanaskan kemudian disaring dengan milipore berukuran 45 µ. 2 Tahap pengeringan Larutan pengering dibuat dari campuran antara metanol, natrium asetat, dan trimetilamim dengan perbandingan 2:2:1. Pengeringan dilakukan dengan gas nitrogen untuk mempercepat pengeringan dan mencegah oksidasi. 3 Tahap derivatisasi Larutan derivatisasi sebanyak 30 μL ditambahkan pada hasil pengeringan. Larutan derivatisasi dibuat dari campuran antara larutan metanol, pikoiotisianat, dan trietilamin dengan perbandingan 3:3:4. Proses derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel, selanjutnya dilakukan pegenceran dengan cara menambahkan 10 mL asetonitil 60 atau buffer fosfat 0,1 M lalu dibiarkan selama 20 menit. Hasil pengenceran disaring kembali menggunakan milipore berukuran 0,45 µ. 4 Injeksi ke HPLC Hasil sarin gan diambil sebanyak 20 μL untuk diinjeksikan ke dalam HPLC. Penghitungan konsentrasi asam amino dilakukan dengan cara membandingkan