Fraksinasi lanjutan Prosedur Penelitian

terganggu oleh pengaruh gas oksigen. Droplet yang masuk ke dalam cappilary transfer akan dianalisis melalui mass spectrofotometer.

3.4 Analisis

Analisis yang dilakukan pada tahap ini meliputi analisis rendemen, analisis proksimat kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan karbohidrat, vitamin A, B 12 , D, dan E, analisis asam amino, taurin, asam lemak, dan kolesterol AOAC 2005, analisis mineral SNI 01-2891-1992, fitokimia Harborne 1987, analisis antioksidan Molyneux 2004, dan toksisitas Carballo 2002.

3.4.1 Analisis rendemen daging keong mata lembu Hustiany 2005

Rendemen adalah persentase bagian tubuh yang dapat dimanfaatkan. Daging keong mata lembu utuh ditimbang beratnya baik sebelum maupun sesudah diambil cangkang dan jeroannya kemudian dikeringkan menggunakan oven. Daging keong mata lembu yang telah kering ditimbang kembali untuk mengetahui penurunan berat setelah dikeringkan. Rendemen merupakan persentase perbandingan antara bagian yang digunakan dengan berat utuh daging keong mata lembu segar. endemen berat bagian yang digunakan gram berat keong mata lembu gram

3.4.2 Analisis proksimat AOAC 2005

Daging keong mata lembu segar dan kering diuji komposisi kimianya yang terdiri atas kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar. 1 Analisis kadar air AOAC 950.46 Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prosedur analisis kadar air sebagai berikut: cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105 o C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang A. Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan yang sudah dikeringkan B kemudian dioven pada suhu 100-105 o C selama 6 jam lalu didinginkan hingga mencapai suhu ruang dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang C. Tahap ini diulangi hingga dicapai bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan rumus: Kadar ir 2 Analisis kadar abu AOAC 920.153 Analisis kadar abu dilakukan menggunakan metode oven. Prinsipnya adalah pembakaran atau pengabuan bahan-bahan organik yang diuraikan menjadi air H 2 O dan karbondioksida CO 2 tetapi zat anorganik tidak terbakar. Zat anorganik ini disebut abu. Prosedur analisis kadar abu sebagai berikut: cawan yang akan digunakan dipanaskan di dalam tanur selama 1 jam pada suhu 100 o C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang A. Contoh ditimbang sebanyak 0,1 g dalam cawan yang sudah dikeringkan dan dibakar sampai timbul asap. Cawan beserta isinya dipanaskan di dalam tanur pada suhu 550 o C selama 2 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobot cawan dan sampel B. Cawan dan sampel dipanaskan lagi selama 2 jam pada suhu 550 o C lalu didinginkan di dalam desikator dan bobot cawan dan sampel ditimbang. Tahap pemanasan dan penimbangan diulangi sampai didapat bobot yang konstan. Kadar abu dihitung dengan rumus: Kadar bu 3 Analisis kadar lemak AOAC 960.39 Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode sokhlet. Prinsipnya adalah lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan menggunakan pelarut lemak non polar. Prosedur analisis kadar lemak sebagai berikut: labu lemak yang akan digunakan dioven selama 30 menit pada suhu 100-105 °C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang A. Sampel ditimbang sebanyak 2 g B lalu dibungkus dengan kertas saring, ditutup dengan kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi sokhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak yang telah dioven dan diketahui bobotnya. Pelarut heksana atau pelarut lemak lain dituangkan sampai sampel terendam dan dilakukan refluks atau ektraksi lemak selama 5-6 jam atau sampai pelarut lemak yang turun ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut lemak yang telah digunakan, disuling dan ditampung setelah itu ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 100-105 °C selama 1 jam, lalu labu lemak didinginkan dalam desikator dan ditimbang C. Tahap pengeringan labu lemak diulangi sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar lemak dihitung dengan rumus: Kadar lemak 4 Analisis kadar protein AOAC 954.01 Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl. Prinsipnya adalah senyawa nitrogen dalam protein diubah menjadi amonium sulfat oleh H 2 SO 4 pekat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan larutan NaOH pekat sekitar 30 bv. Amoniak yang dibebaskan diikkat dengan asam borat berlebih, kemudian dititrasi dengan larutan HCl. Prosedur analisis kadar protein sebagai berikut: contoh ditimbang sebanyak 0,51 g cuplikan, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, ditambahkan dengan 2 g campuran selenium dan 25 mL H 2 SO 4 pekat, kemudian dipanaskan di atas pemanas listrik atau pembakar bunsen sampai mendidih lalu larutan menjadi jernih kehijau-hijauan sekitar 2 jam. Larutan dibiarkan dingin, kemudian diencerkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditepatkan sampai tanda tera. Sebanyak 5 mL larutan dimasukkan ke dalam alat penyuling, lalu ditambahkan 5 mL NaOH 30 dan segera tutup labu destilasinya, selanjutnya disuling selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung digunakan 10 mL larutan asam borat 2 . Ujung pipa dibilas dengan air suling, lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N dan dilakukan penetapan blanko. Kadar protein dihitung dengan rumus: Kadar Nitrogen 1 – 2 N 0 014 fk fp Keterangan : W contoh = bobot cuplikan g V 1 = volume HCl 0,01 N yang digunakan pada penitrasan contoh mL V 1 = volume HCl 0,01 N yang digunakan pada penitrasan blanko N HCl = normalitas HCl fk = faktor konversi untuk protein 6,25 untuk produk perikanan fb = faktor pengenceran 5 Analisis kadar karbohidrat