air laut adalah 32 ppt hingga 33 ppt. Substrat keong mata lembu adalah pecahan batu karang, dataran karang mati yang ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan
laut, dan pasir kasar pada daerah dataran terumbu karang yang terbawa oleh hempasan gelombang air laut. Pada substrat habitat keong mata lembu, didapat
beberapa jenis hewan air lain yang hidup bersama dengan keong mata lembu yaitu hewan-hewan kelas Nematoda; Oligochaeta; Polichaeta; Diptera; Crustacea; dan
Gastropoda lainnya.
2.2 Komponen Bioaktif
Senyawa bioaktif dapat diperoleh dengan cara isolasi, identifikasi, struktur ilusidasi dan mempelajari karakteristik produk kimia yang dihasilkan dari
organisme hidup. Metabolit sekunder diproduksi oleh organisme hidup yang didefinisikan sebagai senyawa produk alami yang tidak termasuk dalam
pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi yang normal pada organisme dan tidak begitu penting dalam hidup. Senyawa yang dihasilkan dari metabolit
sekunder tergolong dalam biokimia yang tidak mengalami perubahan sampai fungsinya diperlukan. Senyawa metabolit sekunder digunakan sebagai alat
interaksi antar organisme, dan sering juga digunakan sebagai pertahanan, sistem imun, antifungi, antibakteri, dan sitotoksik alami Wojnar 2008.
Beberapa senyawa metabolit khususnya struktur dan aktivitas biologisnya telah berhasil diisolasi dari hewan-hewan laut. Senyawa metabolit tersebut
mempunyai potensi sebagai obat. Senyawa bioaktif yang menarik diteliti umumnya diisolasi dari spons laut, ubur-ubur, terumbu karang, moluska,
echinodermata, dan krustasean. Senyawa bioaktif yang telah diisolasi dari hewan laut yaitu steroid, terpenoid, isoprenoid, nonisoprenoid, quinon, dan nitrogen
heterosiklik Bhakuni dan Rawat 2005. Beberapa senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi sudah berhasil
diisolasi dari spons. Didemnin B merupakan senyawa hasil isolasi dari Trididemnum solidum dan dilaporkan mempunyai aktivitas antitumor dan
antivirus. Spons Luffariella variabilis mengandung senyawa Luffariellolida yang berkhasiat antiinflamasi David dan Oscar 1993. Callyspongia sp. merupakan
salah satu jenis spons yang banyak tumbuh di perairan wilayah Indonesia. Spons ini adalah salah satu biota laut yang mengandung berbagai metabolit sekunder
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat Satari 1999. Isolat dari spons ini dilaporkan memiliki aktivitas antikanker, antimikroba, dan antiparasit
Amir dan Budiyanto 1996. Hanani et al. 2005 melaporkan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak
Callyspongia sp. mempunyai IC
50
sebesar 41,21 µgmL. Ekstrak Callyspongia sp. mempunyai aktivitas antioksidan, dan senyawa yang berkhasiat sebagai
antioksidan termasuk golongan alkaloid. Chandran 2009 melaporkan hasil uji ekstrak insang Perna viridis terhadap
S. aureus dan S. paratyphi. Data tersebut menunjukkan adanya aktivitas antibakteri yaitu memperlihatkan zona hambatan maksimum 19 mm pada uji
terhadap S. aureus serta aktivitas minimum 11 mm pada S. paratyphi. Ekstrak insang Perna viridis memiliki aktivitas antijamur dan menunjukkan zona hambat
maksimum 13 mm terhadap A. flavus serta memiliki aktivitas minimum terhadap Mucor sp. dengan zona hambat 11 mm.
Hafiluddin 2011 melaporkan lintah laut mengandung senyawa alkaloid, steroid, saponin, fenol, karbohidrat dan senyawa gula pereduksi. Nilai aktivitas
antioksidan tertinggi diperoleh dari ekstrak kasar daging lintah laut dengan rendemen sebesar yaitu 5,08 , menghasilkan IC
50
sebesar 441,12 ppm. Senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam lintah laut diduga termasuk golongan
skualen. Waranmaselembun 2007 melaporkan bahwa kerang mas ngur dari
Kei-Maluku Tenggara memiliki senyawa aktif dari golongan steroid, alkaloid, dan saponin yang mempunyai aktivitas sebagai inhibitor topoisomerase I sehingga
berkolerasi dengan senyawa antikanker. Kerang tersebut juga mempunyai nutrisi tinggi misalnya protein sebesar 56,08 ; karbohidrat 21 ; lemak 5,95 ; air
7,84 ; abu 7,80 dan serat kasar 1,25 . Asam aminonya cukup lengkap dengan spesifikasi jumlah total asam amino non esensial AANE lebih besar
daripada asam amino esensial AAE; asam glutamat dan sistein serta asam amino rantai panjang misalnya leusin dan isoleusin ditemukan dalam jumlah tinggi
melebihi asam amino sejenis pada tepung ikan.
Salamah et al. 2008 melaporkan bahwa dari hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kijing taiwan menunjukkan hasil positif pada uji alkaloid dan flavonoid,
tetapi negatif pada uji steroid. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa antioksidan berupa alkaloid dan flavonoid dari ekstrak kijing taiwan bersifat polar karena
terekstrak dari pelarut metanol. Hasil uji efek antioksidan yang paling tinggi diperoleh dari maserasi selama 72 jam dengan nilai IC
50
sebesar 166,64 ppm. Daluningrum 2009 melaporkan bahwa kerang darah memiliki senyawa aktif
alkaloid dan steroid yang diekstrak dengan etil asetat. Kerang darah memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dengan zona hambat sebesar 7 mm
dan bakteri E. coli dengan zona hambat 4 mm. Kamil 1998 melaporkan bahwa ekstrak keong mas mengandung
komponen alkaloid, flavonoid, steroid triterpenoid. Keong mas juga mengandung komponen-komponen lain misalnya asam amino bebas dan karbohidrat. Prabowo
2009 melaporkan bahwa uji ekstrak keong matah merah Cerithidea obtusa mempunyai aktivitas antioksidan dan berdasar uji fitokimia menunjukkan bahwa
keong matah merah mengandung senyawa bioaktif golongan alkaloid dan flavonoid. Anand et al. 2010 melaporkan bahwa keong kuda Pleuroploca
trapezium memiliki kandungan protein sekitar 8-10, karbohidrat sekitar 4-5 , mineral 2-3 dan lemak 1-2 . Keong ini juga kaya akan sumber mineral yaitu
sodium sebesar 120 mg dan mengandung asam lemak omega 3 yaitu asam eicosapentaenoic acid EPA. Keong ini juga memiliki aktivitas antioksidan
ekstrak metanol yang baik dengan nilai IC
50
sebesar 4. 021 μgmL.
2.3 Radikal Bebas
Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif yang secara umum diketahui sebagai senyawa
yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Senyawa ini terbentuk di dalam tubuh, pembentukannya dipicu oleh bermacam-macam faktor. Radikal bebas bisa
terbentuk, misalnya ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses metabolisme. Pada proses metabolisme ini, sering kali terjadi
kebocoran elektron. Dalam kondisi demikian, mudah sekali terbentuk radikal bebas, misal anion superoksida, hidroksil, dan lain-lain. Radikal bebas juga dapat
terbentuk dari senyawa lain yang sebenarnya bukan radikal bebas, tetapi mudah
berubah menjadi radikal bebas. Misalnya hidrogen peroksida H
2
O
2
, ozon, dan lain-lain. Kedua kelompok senyawa tersebut sering diistilahkan sebagai senyawa
oksigen reaktif SOR atau reactive oxygen species ROS Winarsi 2007. Radikal bebas free radical adalah suatu senyawa atau molekul yang
mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat
reaktif mencari pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya Soeatmaji 1998.
Serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya reaksi berantai yang kemudian menghasilkan senyawa radikal baru
Sadikin 2001. Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas bermacam-macam, mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif,
hingga kanker. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas enzim antioksidan dan tingginya kadar malondialdehid
MDA dalam plasma Zakaria et al. 2000; Winarsi et al. 2003.
2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron electron donor atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu
menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya kerusakan sel akan dihambat Winarsi 2007. Menurut
Anand et al. 2010 antioksidan merupakan zat kimia yang dapat mengikat radikal bebas dan terlibat dalam pencegahan penyakit jantung, kanker dan lain-lain.
Antioksidan secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu antioksidan enzimatis dan non enzimatis. Antioksidan enzimatis diantaranya
adalah enzim superoksida dismutase SOD, katalase, glutation peroksidase, vitamin E, C, A dan
β-karoten, dan senyawa lain flavonoid, albumin, bilirubin, seruloplasmin. Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan utama
primer terhadap kondisi stres oksidatif. Antioksidan non enzimatis dibagi dalam 2 kelompok yaitu 1 antioksidan larut lemak, misal tokoferol, karotenoid,
flavonoid, quinon dan bilirubin; 2 antioksidan larut air, misal asam askorbat,