Komponen Bioaktif Nutrition content and antioxidant compound of the rough turban snails (Turbo setosus Gmelin 1791).

berubah menjadi radikal bebas. Misalnya hidrogen peroksida H 2 O 2 , ozon, dan lain-lain. Kedua kelompok senyawa tersebut sering diistilahkan sebagai senyawa oksigen reaktif SOR atau reactive oxygen species ROS Winarsi 2007. Radikal bebas free radical adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya Soeatmaji 1998. Serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya reaksi berantai yang kemudian menghasilkan senyawa radikal baru Sadikin 2001. Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas bermacam-macam, mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif, hingga kanker. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas enzim antioksidan dan tingginya kadar malondialdehid MDA dalam plasma Zakaria et al. 2000; Winarsi et al. 2003.

2.4 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron electron donor atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya kerusakan sel akan dihambat Winarsi 2007. Menurut Anand et al. 2010 antioksidan merupakan zat kimia yang dapat mengikat radikal bebas dan terlibat dalam pencegahan penyakit jantung, kanker dan lain-lain. Antioksidan secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu antioksidan enzimatis dan non enzimatis. Antioksidan enzimatis diantaranya adalah enzim superoksida dismutase SOD, katalase, glutation peroksidase, vitamin E, C, A dan β-karoten, dan senyawa lain flavonoid, albumin, bilirubin, seruloplasmin. Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan utama primer terhadap kondisi stres oksidatif. Antioksidan non enzimatis dibagi dalam 2 kelompok yaitu 1 antioksidan larut lemak, misal tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon dan bilirubin; 2 antioksidan larut air, misal asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme. Senyawa-senyawa ini berfungsi menangkap senyawa oksidan serta mencegah terjadinya reaksi berantai Winarsi 2007. Stres oksidatif dapat dihambat oleh kerja enzim-enzim antioksidan dalam tubuh dan antioksidan non-enzimatik. Menurut Belleville-Nabet 1996 secara fisiologis terdapat dua sistem pertahanan tubuh: a Sistem pertahanan preventif dilakukan oleh kelompok antioksidan sekunder. Pembentukan senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan metal, atau jika sudah terbentuk senyawa itu dirusak. b Sistem pertahanan melalui pemutusan reaksi radikal berantai dilakukan oleh kelompok antioksidan primer. Menurut Mega 2010 pengujian anti radikal bebas senyawa-senyawa bahan alamsintesis dapat dilakukan secara reaksi kimia menggunakan DPPH difenil pikril hidrazil sebagai senyawa radikal bebas yang stabil dengan melihat proses peredaman panjang gelombang maksimumnya pada spektrofotometer UV-Vis. Peredaman warna ungu merah absorbansi pada 517±20 nm dikaitkan dengan kemampuan sebagai anti radikal bebas free radical scavanger. Struktur DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan antioksidan dapat dilihat pada Gambar 3. Pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Larutan DPPH berwarna ungu gelap, ketika ditambah senyawa antioksidan maka warna larutan akan berubah menjadi kuning cerah. Penurunan absorbansi akan menunjukkan adanya aktivitas scavenging dengan berkurangnya warna ungu. Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode DPPH adalah IC 50 inhibition concentration. Nilai IC 50 merupakan konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50 Molyneux 2004. Gambar 3 Struktur DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan antioksidan. Diphenylpicrylhydrazyl radikal bebas Diphenylpicrylhydrazine non radikal

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi mula-mula menimbulkan penggumpalan ekstrak dalam pelarut kemudian terjadi kontak antar muka bahan dan pelarut sehingga pada bidang muka terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah bercampur dengan pelarut menembus kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi yang terbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. Difusi akan menimbulkan keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan Bernasconi et al. 1995. Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu 1 ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut; 2 ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat McCabe et al. 1999. Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada sumber bahan alam dan senyawa yang ingin diisolasi. Beberapa tujuan dari ekstraksi adalah untuk mengetahui senyawa bioaktif, mengetahui keberadaan senyawa dalam organisme, hubungan struktur senyawa dalam organisme, identifikasi seluruh senyawa bioaktif yang ada pada organisme Sarker et al. 2006. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat-syarat farmakope umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna dan diaduk kembali. Waktu maserasi pada umumnya 5 hari. Selama waktu tersebut, keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai sehingga penarikan zat yang disari oleh cairan penyari telah optimal. Keseimbangan konsentrasi bahan lebih cepat dalam cairan melalui pengadukan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut Voight 1994.