Arsitektur Tradisional di Indonesia Tata Ruang Desa Penglipuran

10

2.5.5 Konsep Open Air

Massa bangunan arsitektur tradisional Bali cenderung terdiri dari unit-unit bangunan terpisah dengan lahan terbuka sebagai elemen penghubung. Konsep open air ini juga dinilai cocok untuk menghadapi kondisi fisik alam Bali yang beriklim tropis.

2.5.6 Kejelasan Struktur

Struktur pada bangunan diperlihatkan secara eksplisit, menjelaskan bagaimana metode struktur bekerja. Konsep ini menampakkan kejujuran dan keteraturan pada setiap struktur.

2.5.7 Kejujuran Material

Arsitektur tradisional Bali menampilkan material bangunan dengan semua karakter asli secara jujur seperti apa yang terlihat pada alam sebagai suatu cara untuk mencapai keharmonisan.

2.6 Tata Ruang Desa Penglipuran

Dwijendra 2009 menyatakan bahwa falsafah hubungan yang selaras antara alam dan manusia, dan kearifan manusia yang mendayagunakan alam dapat membentuk suatu ruang kehidupan yang seimbang antara buana agung dan buana alit yang diwujudkan dalam konsep Tri Hita Karana Parahyangan, Pawongan, Palemahan. Konsep ini terlihat jelas dan dijabarkan dalam tata letak dalam desa ini. Pola desa yang terbentuk tak lepas dari pengaruh kepercayaan yang dianut masyarakat Penglipuran yang dibawa leluhurnya, yaitu dari Desa Bayung Gede. Pola tersebut terbagi dalam 2 bagian sebagai berikut: Gambar 4 Ukuran bagian tubuh sebagai dasar ukur di Bali Adhika 1994 11 Data monografi Desa Adat Penglipuran 2001 menyatakan bahwa pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan pola dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As Utara Selatan Kaja-Kelod dengan Axis Linier. Axis ini juga berfungsi sebagai ruang terbuka untuk kegiatan bersama. Ruang terbuka membagi desa menjadi dua bagian Barat- Timur Kauh-Kangin. Ruang terbuka Desa Penglipuran menanjak kearah gunung utara dimana terdapat bangunan suci yang berorientasi kepada Gunung Batur. Masyarakat Desa Penglipuran yang keseluruhannya beragama Hindu ini memiliki tata ruang desa yang khas, dengan konsep Tri Mandala, dimana arah timur laut merupakan Utama Mandala atau tempat paling suci untuk bangunan pura, Madya Mandala untuk aktivitas keluarga sehari-hari dan tempat tinggal, dan Nista Mandala di bagian selatan untuk kuburan warga. Pola tata ruang pekarangan sangat jelas pada rumah keluarga di jejer barat, dimana bagian depan merupakan Utama Mandala, bagian tengah merupakan Madya Mandala, dan bagian belakang merupakan Nista Mandala, terdapat kamar kecil, kandang ternak, tempat sampah, dan lainnya Astuti 2002. Gambar 5 Pola Desa Adat Penglipuran Dwijendra 2009 12 3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Adat Penglipuran yang secara administratif terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Gambar 6. Waktu penelitian di lapang dilakukan selama dua bulan, pada bulan Maret dan April 2013. Pengolahan data dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2013. Gambar 6 Lokasi Desa Adat Penglipuran BAPPEDAPM Bangli 2005 13

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tahapan inventarisasi, analisis dan penilaian berdasarkan LEED for Neighborhood Development Rating System, serta sintesis. Adapun penjelasan mengenai tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Inventarisasi atau pengumpulan data dengan metode survei. Data yang dikumpulkan meliputi pemilihan tapak, desain dan pola permukiman, dan teknologi konstruksi hijau Tabel 2. Data didapatkan melalui observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting Desa Adat Penglipuran yang menjadi objek secara spasial. Pengambilan data mengenai kondisi rumah tinggal dalam area inti desa dilakukan dengan menentukan sampel rumah tinggal secara acak pada pemukiman bagian barat dan timur yang memiliki fisik berbeda. Pemukiman pada inti desa juga terbagi oleh sirkulasi menjadi bagian utara dan selatan. Sampel yang diambil berjumlah 4 rumah secara acak, yang masing-masing mewakili setiap bagian pada area inti desa Gambar 7. Gambar 7 Letak sampel tempat tinggal pada area inti desa 14 Wawancara dilakukan secara langsung kepada Ketua Adat Desa Penglipuran, Kepala Lingkungan Desa Penglipuran, dan 2 tokoh masyarakat Desa Adat Penglipuran. Dalam wawancara responden sebagai narasumber harus benar-benar bebas dari pengaruh luar Sugiyono 2007 dan responden tidak mengetahui bahwa selama percakapan secara informal tersebut bertujuan untuk pengumpulan data. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data sekunder dari dokumen desa, hasil penelitian lain, dan instansi pemerintah setempat. Mencari informasi dan data dari literatur yang terkait tentang Desa Adat Penglipuran dan arsitektur hijau. 2. Analisis dan penilaian berdasarkan LEED for Neighborhood Development Rating System USGBC 2007 dilakukan dengan metode skoring dari parameter-parameter yang diukur didalamnya. Parameter yang dinilai, meliputi smart location and linkage pemilihan tapak dan penghubung, Neighborhood pattern and design desain dan pola permukiman, green construction and technology teknologi dan konstruksi hijau. Kriteria- kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian tercantum pada Tabel 3. Tabel 2 Jenis, bentuk, cara pengambilan, dan sumber data yang akan diambil Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan Sumber 1. Pemilihan tapak dan penghubung a. Kondisi awal tapak, kondisi lingkungan sekitar tapak, tata guna lahan, rekayasa lanskap, topografi, aksesibilitas desa, persebaran vegetasi dan satwa, kondisi badan air, pengelolaan habitat lokal Peta, foto, teks Survei, studi pustaka, wawancara Lapang, BALITBANG pengelola, penduduk asli, literatur 2. Desain dan pola permukiman a. Kepadatan rumah tinggal, peruntukan rumah tinggal, letak fasilitas publik sekitar desa b. Fasilitas parkir, pola sirkulasi, kondisi fisik jalan c. Luas dan jarak ruang terbuka dari rumah tinggal, fasilitas jalan dan transportasi, partisipasi masyarakat dalam pembangunan, letak pasar tradisional dan lahan pertanian Peta, foto, teks Peta, foto, teks Peta, foto, teks Survei, wawancara Survei, studi pustaka Survei Lapang, penduduk asli Lapang, pengelola Lapang 3. Teknologi dan konstruksi hijau a. Sistem pengelolaan air irigasi, penggunaan kembali bangunan tidak terpakai, rehabilitasi cagar budaya, pemeliharaan tapak terkontaminasi, sumber energi alternatif, infrastruktur hemat energi, pengelolaan limbah cair dan padat, material pada hardscape Foto, teks Survei, wawancara Lapang, pengelola, penduduk asli