41
5.2.2.7 Luas dan jarak ruang terbuka dari rumah tinggal Desa Adat Penglipuran memiliki ruang terbuka yang berfungsi sebagai
ruang publik dan kegiatan olahraga yang letaknya dekat dari permukiman. Bale banjarbale desa dan Taman Makam Pahlawan merupakan sebuah ruang terbuka
yang digunakan untuk kegiatan publik, seperti pertemuan-pertemuan desa berkumpul dan musyawarah, kegiatan kelompok-kelompok desa, dan berbagai
kegiatan upacara adat. Ruang terbuka yang berfungsi sebagai sarana olahraga masyarakat desa terletak pada bagian utara desa berupa lapangan. Lapangan ini
biasa digunakan untuk bermain sepak bola dan bulu tangkis. Gambar berikut menunjukkan luas dan jarak ruang terbuka tersebut dari keempat sampel rumah
tinggal yang diamati Gambar 31. Gambar 29 Kondisi lanskap jalan utama desa
Gambar 30 Potongan jalan utama desa pedestrian
42 Jarak sampel pertama, kedua, ketiga, dan keempat secara berurutan menuju
lapangan adalah 144 m, 187 m, 347 m, dan 386 m. Jarak sampel pertama, kedua, ketiga, dan keempat secara berurutan menuju bale banjar adalah 224 m, 170 m,
98 m, dan 138 m. Jarak sampel pertama, kedua, ketiga, dan keempat secara berurutan menuju taman makam pahlawan adalah 523 m, 459 m, 338 m, dan 293
m. Jarak tersebut seluruhnya ditempuh melalui jalur pedestrian desa. Luas lapangan terbuka yang berbatasan dengan area Pura Penataran, hutan alami dan
rumah tinggal warga adalah 1776 m
2
. Bale banjar yang terletak dekat pintu masuk desa memiliki luas sebesar 630 m
2
. Taman makam pahlawan di sebelah selatan desa dan terletak dekat dengan sekolah dasar memiliki luas 976 m
2
.
Gambar 31 Letak ruang terbuka desa dan empat sampel rumah tinggal
43
5.2.2.8 Pasar tradisional dan hasil pertanian
Masyarakat Desa Adat Penglipuran tidak memiliki pasar tradisional sendiri yang letaknya di dalam area desa. Pasar tradisional terdekat dari desa terdapat di
Kota Bangli yang berjarak 5.5 km. Mereka menggunakan kendaraan sepeda motor untuk menuju ke pasar tradisional tersebut. Masyarakat Desa Adat Penglipuran
memang bermatapencaharian utama sebagai petani namun mereka belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sehari-harinya dari lahan pertanian sendiri. Hasil
pertanian dan perkebunan masyarakat Desa Adat Penglipuran berupa kelapa, bambu, salak, kopi, singkong, jagung, ubi jalar, dan ternak ayam potong.
5.2.3 Teknologi dan Konstruksi Hijau
Aspek teknologi dan konstruksi hijau menjelaskan kearifan masyarakat dalam mengelola keberlanjutan desa. Penggunaan material pada bangunan dan
sumber energi alternatif desa juga menjadi bagian dalam keberlanjutan desa. Identifikasi konsep arsitektur hijau desa pada aspek ini akan dilihat dalam hal
berikut ini: pengelolaan air, pengelolaan bangunan, pengelolaan lingkungan alami, Gambar 32 Lapangan untuk berolahraga
Gambar 33 Bale Banjar dan area terbuka di sekitarnya
Gambar 34 Taman Makam Pahlawan
44 penggunaan sumber energi alternatif, penggunaan infrastruktur hemat energi,
pengelolaan limbah, dan pengelolaan material. 5.2.3.1 Sistem dan pengelolaan air irigasi untuk rumah tinggal
Area permukiman Desa Adat Penglipuran memiliki taman atau pekarangan pada setiap kavling rumah tinggal mereka. Taman tersebut terletak sepanjang
area luar tembok rumah tinggal dan pada halaman dalam rumah tinggal mereka. Pola tersebut dimiliki oleh keempat sampel rumah tinggal yang diamati Gambar
35. Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara dengan Kepala Adat Desa Penglipuran dan penghuni keempat sampel rumah tinggal, mereka tidak
secara khusus menyiapkan saluran irigasi untuk menyirami tanaman hias yang ada pada rumah tinggal mereka. Mereka mengandalkan air hujan yang turun untuk
kebutuhan irigasi taman mereka dimana curah hujan rata-rata pada tahun 2009 sebesar 2573 mm. Tanaman yang terlihat kering baru akan disiram menggunakan
air dari PAM yang terdapat pada masing-masing rumah tinggal. Warga tidak memiliki pengelolaan air untuk irigasi seperti air tangkapan hujan maupun air
sungai untuk digunakan.
5.2.3.2 Penggunaan bangunan tidak terpakai
Menurut sumber dari Kepala Adat Desa Penglipuran dalam wawancara, walaupun umur desa mencapai ratusan tahun tetapi desa tidak pernah memiliki
bangunan-bangunan yang sama sekali tidak terpakai. Rumah tinggal yang diwarisi nenek moyang mereka selalu dihuni oleh anak cucu mereka hingga saat ini.
Kavling rumah tinggal yang berjumlah 77 tersebut sejak awal hingga sekarang selalu diwarisi bagi keturunan keluarga mereka masing-masing. Bangunan-
bangunan yang ada sudah memiliki peranan dan fungsinya yang disesuaikan dengan peraturan adat.
Gambar 35 Pekarangan pada kavling rumah tinggal
45 5.2.3.3 Rehabilitasi cagar budaya
Berdasarkan UU RI No 11 Tahun 2010, Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat danatau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, danatau kebudayaan melalui proses penetapan. Desa Adat Penglipuran dapat ditetapkan
sebagai sebuah Kawasan Cagar Budaya yang didalamnya terdapat lebih dari satu Bangunan Cagar Budaya namun Kepala Adat dan warga desa menolak untuk
menjadikan desa mereka sebagai Kawasan Cagar Budaya yang ditetapkan oleh pemerintah. Mereka beralasan bahwa desa ini merupakan milik adat dan leluhur
mereka yang sudah ditetapkan dalam awig-awig desa untuk dijaga keberlanjutan dan keasliannya sehingga dapat mendatangkan manfaat positif bagi mereka
sendiri. Kepemilikan oleh adat tersebut menjadikan lahan, rumah tinggal, dan bangunan-bangunan mereka tidak dapat beralih tangan dan dijual kepada orang
lain. Hak pakai hanya diperoleh bagi warga asli Desa Adat Penglipuran.
5.2.3.4 Pengembangan pemukiman
Sejak awal leluhur Desa Adat Penglipuran sudah menetapkan bahwa desa ini terdiri dari 77 kavling permukiman beserta area pengembangan pada zona
nista di bagian paling belakang setiap kavling rumah tinggal. Hal tersebut berarti masyarakat dahulu sudah memikirkan apabila terjadi pertambahan jumlah
penduduk area tersebut dapat digunakan sebagai pengembangan permukiman. Jumlah 77 kavling rumah tinggal tersebut memang tidak berubah hingga saat ini,
namun munculnya rumah tinggal-rumah tinggal baru di luar area inti desa tidak sesuai dengan konsep awal dari peraturan adat. Peraturan adat menetapkan bahwa
area permukiman hanya pada area inti desa 77 kavling. Hal ini bertujuan menjaga area penyangga desa yang berupa lingkungan alami desa hutan alami,
hutan bambu, dan tegalan. Berdasarkan hasil observasi lapang, rumah tinggal baru diluar area inti tersebut mengambil lokasi pada lingkungan alami desa yang
berupa hutan alami dan tegalan desa Gambar 36.
5.2.3.5 Pemeliharaan tapak terkontaminasi
Berdasarkan wawancara dengan kepala adat Desa Penglipuran, desa tidak memiliki tapak atau area yang terkontaminasi dan mengalami kerusakan yang
berarti saat ini sehingga tidak adanya pemeliharaan khusus bagi tapak yang terkontaminasi. Warga desa sendiri menjaga dan memelihara lingkungan desa
Gambar 36 Rumah tinggal pada luar area inti desa