Teknologi dan konstruksi hijau
56 dalam penilaian berdasarkan parameter desain dan pola permukiman sebesar 20
poin dari total nilai keseluruhan 34 poin atau sebesar 58.82 sedangkan berdasarkan parameter teknologi dan konstruksi hijau memperoleh nilai 6 poin
dari total nilai sejumlah 12 poin atau sebesar 50.00.
Pada parameter atau aspek pemilihan tapak dan penghubung terdapat kriteria penilaian LEED for Neighborhood Development Rating System yang
tidak dapat dipenuhi oleh Desa Adat Penglipuran. Kriteria brownfield redevelopment dan preffered locations memiliki persyaratan dimana tapak awal
suatu pemukiman harus menempati area terkontaminasi dan sebelumnya telah terdapat lahan terbangun. Desa Adat Penglipuran tidak memenuhi syarat tersebut,
namun desa telah memiliki prinsip hijau dalam pemilihan tapak awal pemukiman. Pemilihan letak awal pemukiman berada pada lanskap alami hutan bambu yang
dekat dengan sumber air sungai dan pusat pemerintahan Kerajaan Bangli saat itu. Hutan bambu dan sungai menjadi sumber daya alam utama yang
dimanfaatkan oleh masyarakat desa saat itu. Kriteria reduced automobile dependence dan bicycle network yang memiliki persyaratan pemukiman berjarak
dekat dengan halte dan memiliki fasilitas sepeda jalur dan parkir juga tidak dipenuhi oleh Desa Adat Penglipuran. Masyarakat Desa Adat Penglipuran
melakukan mobilisasi di dalam area desa dengan berjalan kaki. Masyarakat desa dominan memiliki tempat bekerja di dalam area desa sehingga tidak diperlukan
fasilitas sepeda dan angkutan umum dalam mencapai lokasi pekerjaan. Hal tersebut juga memiliki prinsip yang ramah akan lingkungan.
Pada parameter desain dan pola permukiman juga terdapat kriteria penilaian yang tidak dapat dipenuhi oleh desa. Kriteria compact development yang menilai
kepadatan pemukiman dalam DUacre dimana semakin tinggi nilai kepadatan semakin baik, tidak dipenuhi oleh Desa Adat Penglipuran. Karakteristik suatu
lanskap pedesaan ialah memiliki banyak ruang terbuka dan jarak pandang yang luas. Hal ini terdapat pada penataan lanskap Desa Adat Penglipuran. Memiliki
banyak ruang terbuka dan jarak pandang luas berarti meminimalkan lahan terbangun yang berguna untuk konservasi lahan dan mengurangi dampak
kerusakan lingkungan. Kriteria acces to surrounding vicinity memiliki persyaratan dimana terdapat suatu fasilitas penyebrangan pada jalan yang dilalui kendaraan
bermotor. Desa Adat Penglipuran tidak memenuhi syarat tersebut, namun desa memiliki jalan lingkar yang dilalui kendaraan bermotor, berukuran kecil, dan
hanya dilalui oleh warga desa saja sehingga pejalan kaki tidak terganggu oleh kendaraan bermotor. Kriteria universal accessibility memiliki persyaratan jalan
pedestrian desa memiliki fasilitas khusus bagi balita, lanjut usia, penderita cacat. Hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh desa, tetapi pola penataan pemukiman Desa
Adat Penglipuran memiliki akses penghubung antar rumah tinggal berupa tangga rendah dengan bahan alami rumput.
Pada parameter teknologi dan konstruksi hijau terdapat 2 kriteria yang tidak dipenuhi namun desa memiliki kearifan lokal yang masih berkaitan. Kriteria
pertama ialah minimize site disturbance through site design yang memiliki persyaratan pengembangan pemukiman dilakukan pada area yang sudah
ditetapkan dan tidak merusak lingkungan alami yang ada. Pertambahan jumlah penduduk pada Desa Adat Penglipuran menyebabkan pengembangan pemukiman
di luar area inti desa sehingga mengambil lingkungan alami desa. Setiap kavling rumah tinggal warga memiliki pola sama yang diatur dalam peraturan adat awig-
57 awig dimana terdapat area terbuka hijauhalaman yang lebih luas dari area
terbangun. Hal tersebut menunjukkan bahwa warga desa tetap menjaga kelestarian lingkungan alami mereka dalam setiap pengembangan rumah tinggal. Kriteria
kedua ialah heat island reduction yang memiliki persyaratan, yaitu penggunaan material pada area terbuka terbangun pedestrian, parkir, jalan memiliki nilai SRI
maksimal 29 atau menempatkan fasilitas parkir pada area ternaungi. Desa Adat Penglipuran memiliki jumlah area terbangun 13.64 25.68 ha dari 113 ha luas
desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa lanskap alami desa lebih dominan dibanding area terbangun sehingga efek pemanasan lingkungan menjadi lebih
kecil.
Hasil penilaian dari lanskap Desa Adat Penglipuran menggunakan LEED for Neighborhood Development Rating System menunjukkan bahwa kriteria
keberlanjutan LEED dapat menilai tingkat hijau suatu pemukiman tradisional, namun terdapat kriteria LEED yang kurang sesuai dengan lanskap, arsitektur, dan
kearifan lokal tradisional Desa Adat Penglipuran. Kearifan lokal para leluhur sejak dahulu sudah memiliki konsep bagaimana keberlanjutan lingkungan dan
alam harus dijaga. Kearifan lokal tersebut secara turun temurun dilestarikan salah satunya melalui peraturan adat desa awig-awig hingga saat ini. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Desa Adat Penglipuran memiliki kelebihan dan kekurangan dalam budaya serta nilai kehidupan mereka yang berhubungan dengan arsitektur
hijau sehingga diperlukan beberapa perbaikan untuk meningkatkan nilai dan karakter hijau desa.