Tata Guna Lahan Aspek Fisik .1 Geografis

22 sembari bekerja di ladang yang kemudian menjadi sebuah desa Penglipuran. Arti kedua berasal dari pengeling pura, sebuah tempat suci untuk mengenang leluhur. Konon masyarakat Penglipuran pernah bertempur mewakili Kerajaan Bangli melawan Kerajaan Gianyar sehingga dihadiahkan sebuah tanah oleh Raja Bangli yang lokasinya sekarang adalah Desa Penglipuran Dwijendra 2009. Desa Adat Penglipuran merupakan sebuah desa yang tidak terkena pengaruh besar pada masa Hindu-Majapahit karena letaknya yang jauh dari pusat kekuasaan Samprangan-Gianyar. Padmasana sebagai wujud fisik dan simbol pemersatu umat Hindu yang saat itu terpecah dalam kasta, baru diterima oleh masyarakat Penglipuran pada tahun 1930. Rumah-rumah tinggal pada Desa Adat Penglipuran belum semua memiliki padmasana sampai saat ini Bagus 1979. Desa Adat Penglipuran mulai ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Pemerintah Daerah Bali pada tahun 1992 Astuti 2002.

4.2 Aspek Sosial dan Budaya

Data tahun 2008 diketahui bahwa jumlah penduduk Penglipuran sejumlah 219 KK atau 920 jiwa. Proporsi penduduk laki-laki dan perempuan terbilang sama, yaitu penduduk laki-laki berjumlah 468 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 452 jiwa Tabel 5. Dari tabel tersebut dapat dilihat proporsi penduduk Desa Adat Penglipuran didominasi oleh kelompok umur 19 tahun keatas yang mencapai 75.5, sehingga sebagian besar penduduk Desa Adat Penglipuran sudah dalam usia dewasa dan tidak berada dalam jenjang pendidikan dasar BPS Pemkab Bangli 2008. Desa Adat Penglipuran merupakan sebuah desa adat sehingga memiliki hak otonomi, yang berarti memiliki kontribusi besar dalam membantu pemerintah baik fisik maupun nonfisik. Krama masyarakat Desa Adat Penglipuran terdiri atas 2 jenis, yaitu krama pengarep, dan krama pengerob. Keluarga pengarep merupakan keluarga yang memiliki tanggung jawab terhadap pembangunan fisik dan menyungsung Pura Kahyangan Tiga. Awig-awig atau peraturan adat desa telah menetapkan bahwa Desa Adat Penglipuran memiliki 76 unit kavling Karang Ayahan Desa dan masing-masing kavling terdapat satu keluarga pengarep. Krama pengarep memiliki kedudukan paling menonjol dalam suatu keluarga dan dipilih melalui musyawarah keluarga. Kewajiban dari krama pengarep adalah ngayah gotong royong dalam upacara, sembahyang, menyungsung pura dan aset-aset desa adat, serta membayar iuran. Keluarga pengerob merupakan keluarga Desa Adat Penglipuran selain Keluarga pengarep. Kewajiban dari krama pengerob adalah ngayah fisik gotong royong desa, sembahyang, serta membayar iuran. Krama pengerob sendiri dibagi menjadi beberapa kelompok atau biasa disebut Sekaa, yaitu Sekaa Baris mengatur tarian untuk upacara adat, Sekaa Gong mengatur penggunaan alat musik tradisional saat upacara, Sekaa Pratangan juru masak dalam berbagai kegiatan, dan Sekaa Teruna dikhususkan bagi yang belum menikah Dwijendra 2009. 23 Masyarakat mengelola wilayah desa mereka secara tradisi turun temurun, sehingga tidak boleh diperjualbelikan dan hanya diwariskan pada anak laki-laki yang disetujui keluarga. Bagi yang tidak memiliki anak laki-laki dapat menunjuk anak dari keluarga besar mereka maupun yang disepakati oleh sistem komunitas dan keberadaannya. Melakukan poligami tidak diijinkan bagi penduduk desa ini, hal ini merupakan satu-satunya tradisi yang masih tetap dipertahankan desa sejak dahulu. Selain merupakan sebuah peraturan adat desa setempat, hal tersebut juga bertujuan untuk mengendalikan perkembangan penduduk. Hukuman atau sangsi bagi yang melanggar peraturan adat tersebut akan dikucilkan ke sebuah area khusus yang disebut karang memadu, sampai saat ini area tersebut belum pernah dihuni oleh penduduk desa.

4.3 Aspek Ekonomi

Penduduk Desa Adat Penglipuran sebagian besar berprofesi sebagai petani. Profesi lain yang terdapat pada desa adalah peternak, pedagang, pengrajin, buruh, tukang, PNS, TNI AD, dan lainnya Tabel 6. Penduduk Desa Adat Penglipuran yang bermatapencaharian sebagai petani memiliki proporsi 25 dari jumlah penduduk. Komoditi pertanian yang dihasilkan dari desa berupa kelapa, bambu, salak, kopi, singkong, jagung, dan ubi jalar. Hasil pertanian tersebut hanya dipasarkan hingga tingkat kecamatan saja karena terbilang usaha pertanian skala kecil. Hasil ternak berupa ayam potong pada desa ini terbilang cukup baik sehingga banyak perusahaan swasta yang memberikan modal pada peternak di desa ini. Tabel 6 Proporsi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Presentase 1 Petani 115 25 2 Pedagang 25 5 3 Pengrajin 98 22 4 Tukang 45 10 5 Buruh 80 18 6 PNS 38 8 7 TNI 6 1 8 Swasta 16 4 9 Peternak 30 7 Sumber: BPS Pemkab Bangli 2008 Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur tahun Jumlah 1 0-3 51 2 4-6 34 3 7-12 85 4 13-15 33 5 16-18 36 6 19 691 Total 920 Sumber: BPS Pemkab Bangli 2008