3
1.4 Kerangka Pikir Penelitian
Desa Adat Penglipuran merupakan sebuah lanskap tradisional yang memiliki prinsip ekologis dalam adat dan budaya masyarakatnya. Arsitektur hijau
sendiri memiliki parameter dalam pengukuran tingkat hijau. Kedua hal tersebut dikaitkan sehingga didapatkan prinsip-prinsip arsitektur hijau dalam lanskap Desa
Penglipuran Bali. Prinsip tersebut diperoleh melalui studi pustaka, wawancara, dan survei lapang yang kemudian dilakukan suatu penilaian dengan melihat 3
parameter dalam LEED for Neighborhood Development Rating System. Hasil dari penilaian tersebut berupa tingkat hijau lanskap Desa Adat Penglipuran. Tingkat
hijau yang diperoleh akan diketahui kelebihan dan kekurangankelemahan dari desa tersebut terutama dalam prinsip-prinsip arsitektur hijau. Hal-hal yang
menjadi kekurangankelemahan tersebut akan dijadikan rekomendasi yang dapat menjaga dan meningkatkan tingkat hijau dari Desa Adat Penglipuran. Proses
berfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Lanskap Tradisional Desa Penglipuran Bali
Arsitektur Hijau
Prinsip-prinsip Ekologis Masyarakat Tradisional Desa Panglipuran Bali
Studi Pustaka Wawancara Masyarakat Pakar
Survei Lapang
Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau dalam Lanskap Tradisional Desa Penglipuran Bali
Smart Location and Linkage
Neighbourhood Pattern and Design
Green Construction and Technology
Tingkat Hijau Lanskap Desa Penglipuran Bali berdasarkan LEED for Neighbourhood Development Rating System
Parameter Arsitektur
Hijau
Rekomendasi bagi Desa Penglipuran Bali dalam menjaga dan meningkatkan tingkat hijaunya
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Tradisional Desa Adat Penglipuran
Adat Penglipuran menurut LEED for Neighborhood Development Adat Penglipuran
Tingkat Hijau Lanskap Desa Adat Penglipuran berdasarkan LEED for Neighborhood Development Rating System
Desa Adat Penglipuran
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latar Belakang Arsitektur Hijau
Vitruvius dalam bukunya Ten Books on Architecture terjemahan Morris H. Morgan 1960 menyatakan bahwa arsitektur harus memenuhi tiga unsur, yaitu
Firmitas ketahanan, Utilitas kegunaan, dan Venustas keindahan. Membuat karya yang kokoh dan indah berarti kita menciptakan karya seni murni seperti
patung, dan bila kita membuat karya yang hanya fungsional dan kokoh, maka kita menciptakan bangunan. Karya arsitektur harus memenuhi ketiga unsur diatas atau
penambahan unsur keindahan pada sebuah bangunan. Hal tersebut yang menjadi konsep perkembangan arsitektur klasik. Kehidupan, bentuk aktivitas, ilmu
pengetahuan dan teknologi telah berkembang sehingga membawa pertambahan terhadap sumber energi sampai pada penggunaan bahan bakar minyak, listrik, dan
nuklir. Ketergantungan bangunan terhadap penggunaan energi semakin tinggi ketika arsitek membuat bangunan tinggi yang harus dilengkapi dengan mesin
angkut vertikal elevator, pompa air, mesin pendingin ruangan, dan lainnya. Penggunaan energi besar-besaran merupakan suatu faktor yang selalu melekat
dalam karya arsitektur Karyono 2010.
Embargo minyak terhadap Blok Barat Amerika dan sekutunya di Eropa Barat oleh negara Arab pada tahun 1973 menyebabkan krisis energi pada negara-
negara barat. Hal tersebut membawa perubahan besar dalam dunia arsitektur. Para arsitek di negara Barat mulai sadar betapa pentingnya energi bagi dunia arsitektur.
Komisi PBB untuk lingkungan dan pembangunan membuat suatu deklarasi yang dikenal dengan Brundtland report yang di dalamnya mendefinisikan tentang
Pembangunan Berkelanjutan Karyono 2010. Menurut World Commision and Environment Development WCED 1987 dalam Pranoto 2008, Pembangunan
Berkelanjutan adalah “the development which meets the needs of present, without compromising the ability of future generation to meet with their own needs”.
Pernyataan tersebut bertujuan agar sebuah desain berkelanjutan dapat meminimalisasi dampak negatif terhadap sumberdaya sosial, ekonomi, dan
ekologi.
Dalam mencapai kondisi berkelanjutan tersebut muncullah pemikiran- pemikiran dan pendekatan-pendekatan baru dalam desain diantaranya desain
ekologis ecological design, desain berkelanjutan secara ekologis ecologically sustainable design, desain hijau green design, dan lainnya adalah istilah-istilah
yang menggambarkan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam merancang bangunan maupun lanskap Kibert 2008.
2.2 Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau merupakan arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan
penekanan pada efisiensi energi energy-efficient, pola berkelanjutan sustainable dan pendekatan holistik holistic approach. Credo form follows
energy diperluas menjadi form follows environment yang berdasarkan pada prinsip recycle, reuse, reconfigure Priatman 2002.