24
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Lanskap dan Arsitektur Desa Adat Penglipuran
Desa Adat Penglipuran terbagi atas tiga zona besar hulu, antara, dan teben yang memanjang dari utara sampai selatan termasuk dalam desa dengan pola
linier. Sumbu linier pertama terlihat jelas berupa ruang terbuka dan jalan pada bagian tengah desa yang memanjang dari arah utara hingga selatan desa vertikal.
Sumbu linier ini membagi desa menjadi dua bagian besar, yaitu barat dan timur horizontal. Sumbu linier kedua merupakan pola memanjang arah barat-timur
dari kavling rumah tinggal pada area inti desa. Ruang terbuka di tengah dan kavling rumah tinggal ini merupakan perwujudan dari pola dasar Nawa Sanga
Gambar 9.
Pola linier desa ini mendapat aksen dengan mengikuti arah gunung dan laut sehingga menjadikan Desa Adat Penglipuran memiliki tempat tertinggi pada
bagian utara gunung dan terendah pada bagian selatan laut. Pada ujung utara kajahuluutama terdapat Pura Puseh Desa tempat memuja Dewa Brahma
Gambar 9 Karakteristik lanskap Desa Adat Penglipuran
25 sebagai manifestasi Tuhan selaku pencipta dan Pura Penataran tempat memuja
Dewa Wisnu sebagai manifestasi Tuhan selaku pemelihara serta hutan bambu sebagai area laba pura lahan yang hasilnya khusus diperuntukkan untuk
kepentingan puraibadahsuci. Bagian utara ini merupakan tempat paling suci pada desa. Bagian tengah desa madyaantara merupakan area pemukiman inti
desa dimana terdapat kebun atau tegalan, balai desa atau balai banjar, dan kavling rumah tinggal yang memanjang dari arah barat sampai timur. Bagian ujung
selatan NistaTeben yang merupakan tempat terendah pada desa terdapat kuburan desa, Pura Dalem tempat memuja Dewa Ciwa sebagai manifestasi
Tuhan selaku pelebur, Taman Makam Pahlawan monumen perjuangan untuk mengenang leluhur, sekolah dasar, kandang ternak ayam, sapi, dan babi dan
tegalan Gambar 9. Sirkulasi Desa Adat Penglipuran terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi khusus pejalan kaki dan sirkulasi untuk kendaraan bermotor. Jalan yang
mengikuti pola linier pada bagian tengah desa merupakan sirkulasi khusus pejalan kaki dan menjadi jalur utama desa yang berupa jalur pedestrian. Jalur pedestrian
ini memanjang pada bagian inti desa dari utara hingga selatan. Sirkulasi untuk kendaraan bermotor melingkari bagian terluar inti desa yang biasa disebut oleh
masyarakat desa sebagai jalan lingkar. Setiap kavling rumah tinggal pada area inti desa terhubung pada jalan lingkar ini.
Pola Desa Adat Penglipuran selain terbagi menjadi tiga bagian utamasuci, madya, nista dapat terlihat dari letak hutan serta tegalan yang berada pada bagian
terluar area inti desa. Hutan dan tegalan ini seakan-akan membentengi area inti desa dari lingkungan luar dan menjadi batas terluar desa. Sebuah jalan berukuran
4 meter menghubungkan pintu masuk desa dengan jalan kolektor pada Kelurahan Kubu.
Pemukiman penduduk terdiri dari kavling-kavling rumah tinggal dengan lebar rata-rata 8.5 m dan memanjang kebelakang sampai pada jalan lingkar
disekeliling area pemukiman. Masing-masing kavling terbagi atas tiga zona secara horizontal Konsep Tri Mandala, yaitu area tempat suci keluarga sanggah
sebagai zona utama pada bagian timur laut kaja-kangin, area tempat tinggal pawongan sebagai zona madya pada bagian tengah, dan area MCK, tempat
sampah, serta kandang ternak terletak pada zona terluar nista dari kavling tersebut. Area tempat tinggal pada zona madya terdiri dari dapur tradisional di
sebelah utara, Bale Saka Enem di bagian selatan, dan Loji di sebelah barat sebagai tempat tidur keluarga dan tempat menerima tamu. Ruang terbuka juga terdapat
pada bagian tengah kavling rumah tinggal berupa pekarangan. Pola ini masih terlihat utuh hingga sekarang dan dipertahankan dalam setiap kegiatan
pembangunan oleh warga desa. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan perubahan pada zona nista dengan mendirikan bangunan-bangunan tempat tinggal
baru. Hasil observasi lapang juga menunjukkan banyaknya bangunan-bangunan rumah tinggal baru diluar area inti desa Gambar 10. Menurut Jro Bayan
Duwuran dan Jro Bendesa sesepuh desa, jumlah kavling di Desa Adat Penglipuran sejak semula sampai kini tetap, yaitu 77 buah. Salah satu diantaranya
disebut karang memadu dan 76 buah sisanya disebut karang kerti tempat pengabdiantempat tinggal. Setiap karang kerti disertai sebidang tanah garapan
yang disebut cecatu sawah, tegalan, dan hutan bambu. Seluruh kavling rumah tinggal beserta lahan di dalam area Desa Adat Penglipuran sepenuhnya menjadi
milik Desa Adat sedangkan penghuninya hanya memperoleh hak pakai dan hak