47 tempat Gambar 39. Tempat sampah tersebut dikelola langsung oleh Dinas Tata
Kota Kabupaten Bangli. Pengolahan limbah kamar mandi pada rumah-rumah tinggal warga saat ini menggunakan septic tank pada bagian belakang kavling
seperti rumah tinggal pada umumnya. Sisa bahan bangunan yang tidak terpakai dan rusak digunakan warga sebagai bahan konstruksi kandang ternak pada rumah
mereka.
5.2.3.8 Material pada hardscape
Frick 1998 memaparkan tentang klasifikasi bahan atau material bangunan secara ekologis sebagai berikut:
1. Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali regeneratif, yaitu
bahan bangunan organik nabati atau hewani yang dapat diaplikasikan langsung tanpa transformasi dan membutuhkan energi sangat kecil dalam
penggunaannya kayu, rotan, bambu, alang-alang, kulit binatang, dan lainnya.
2. Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali, yaitu bahan organik
bukan nabati atau hewani yang dapat digunakan langsung, tidak terbarukan namum dapat digunakan kembali dengan proses sederhana tanah liat, pasir,
batu alam, dan lainnya.
3. Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana,
yaitu bahan mentah bersumber dari alam dan tidak terbarukan yang kemudian ditransformasi menjadi bentuk lain batu bata, genting, dan
lainnya. Bahan ini dapat digunakan kembali dengan perlakuan tertentu. Gambar 38 Pengelolaan limbah cair pada
keempat sampel rumah tinggal
Gambar 39 Tempat sampah Desa Adat Penglipuran
48 4.
Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkat transformasi. Bahan bangunan yang menggunakan bahan mentah fosil minyak bumi, arang atau
gas. Material yang dihasilkan berupa material sintetis seperti: plastik, epoksi, polikarbonat, pvc, dan lainnya.
Desa Adat Penglipuran menggunakan bahan bangunan alami yang dapat
diambil dari lingkungan mereka sebagai bahan bangunan utamanya. Material alami tersebut banyak terlihat pada bangunan-bangunan tradisional pada desa.
Hasil pengamatan lapang pada empat sampel rumah tinggal dan studi pustaka menyimpulkan pemilihan material yang seragam terdapat pada hunian mereka
sebagai berikut:
1. Pura Merajan menggunakan bahan batu alam pada bagian lantainya,
konstruksi menggunakan bahan kayu atau bambu. Material penutup atap menggunakan sirap bambu atau alang-alang Gambar 40.
2. Angkul-angkul menggunakan bahan batu alam, batu bata, atau plesteran
dengan konstruksi dari bambu dan penutup atap berupa sirap bambu atau alang-alang Gambar 40.
3. Bale Adat menggunakan kayu sebagai konstruksi. Lantai terbuat dari batu
paras, semen, atau batu bata. Rangka atap terbuat dari bambu atau kayu dengan penutup atap dari sirap bambu Gambar 41.
4. Paon Dapur tradisional menggunakan kayu atau bambu sebagai
konstruksi. Tembok terbuat dari bedeg bambu anyaman bambu, atap menggunakan rangka bambu, dan penutup atap menggunakan sirap bambu
Gambar 41.
5. Bangunan tempat tinggal yang terletak pada bagian belakang menggunakan
bahan utama yang sering digunakan bangunan pada saat ini, yaitu batu bata dan beton bertulang. Bangunan tersebut masih menggunakan gaya arsitektur
tradisional terlihat dari ornamen-ornamen yang digunakan. Menggunakan genting untuk penutup atap Gambar 42.
Gambar 40 a. Pura pada rumah tinggal b. angkul-angkul salah satu sampel rumah tinggal
a b