Lanskap dan Arsitektur Desa Adat Penglipuran

26 guna bangunan. Kavling rumah beserta lahan garapan tidak diijinkan untuk dibangun diluar ketentuan adat dan awig-awig sehingga tidak mungkin untuk diperjualbelikan. Bangunan rumah tinggal, dapur tradisional, dan lainnya memiliki arsitektur khas tradisional Bali daerah pegunungan dengan atap lancip kemiringan 45, berdinding pendek dan berdiri diatas umpak atau pondasi batu padas. Material bangunan memakai bahan alami yang ada disekitar desa, yaitu batu dan tanah lempung untuk pondasi atau lantai, kayu dan bambu untuk bahan konstruksi, struktur dinding, dan atap Gambar 11. Seluruh bangunan terlihat hampir serupa, mencerminkan kesederhanaan, dan keserasian alam dan lingkungan. Penggunaan ornamen-ornamen khas Bali terlihat menonjol pada bangunan tempat suci sedangkan pada bangunan rumah tinggal hampir tidak terdapat ornamen yang berarti. Bahan dan material bangunan ditampilkan apa adanya dengan jujur dan serasi dengan alam yang merupakan prinsip arsitektural tradisional Bali. Hasil observasi keempat sampel kavling rumah tinggal pada area inti desa menunjukkan pola rumah tinggal yang serupa pada keempatnya. Susunan dan letak bangunan-bangunannya tidak berbeda satu sama lain. Tempat suci di bagian timur laut, dapur tradisional di utara, bale saka enem di selatan, dan loji di sebelah barat. Pola tersebut selalu terlihat sama pada keempat sampel rumah tinggal sedangkan pada zona nista yang seharusnya sebagai tempat ternak, MCK, dan tempat sampah tersebut terlihat telah berdiri bangunan-bangunan rumah tinggal dan garasi kendaraan yang berbeda-beda setiap sampelnya. Perbedaan kemampuan ekonomi keluarga yang tinggal pada masing-masing kavling sampel rumah tinggal tersebut menimbulkan adanya perbedaan penggunaan material serta ornamen tradisional pada bangunan-bangunan rumah tinggal yang terletak pada zona nista yang telah mengalami perubahan bentuk fungsi Gambar 12. Gambar 10 Sketsa pola rumah tinggal Desa Adat Penglipuran Gambar 11 Material alami pada bangunan desa jalan utama desa 27 Gambar 12 Pola rumah tinggal pada keempat sampel 28 5.2 Identifikasi dan Analisis Konsep Arsitektur Hijau 5.2.1 Pemilihan Tapak dan Penghubung Aspek pemilihan tapak dan penghubung menjelaskan kearifan yang digunakan masyarakat penglipuran dalam menentukan lokasi tapak desa dan membangun Desa Adat Penglipuran. Penentuan lokasi juga memperhatikan hubungan tapak dengan lingkungan sekitanya. Identifikasi konsep arsitektur hijau desa pada aspek ini akan dilihat dalam hal berikut ini: kondisi awal desa dan perkembangannya, kondisi lingkungan sekitar desa, rekayasa lanskap, aksesibilitas desa, tanaman lokal, kondisi badan air, dan pengelolaan habitat lokal.

5.2.1.1 Kondisi Awal Desa dan Perkembangannya

Desa Adat Penglipuran awalnya merupakan tempat peristirahatan di tengah hutan bagi prajurit Kerajaan Bangli yang berasal dari Desa Bayung Gede. Letak tapak desa yang dekat dengan pusat Kota Bangli menjadikan tapak ini dihuni oleh prajurit yang berasal dari wilayah pegunungan di utara Desa Bayung Gede. Hutan bambu yang luas menjadi alasan untuk membuat tempat tinggal pada tapak ini. Masyarakat tradisional pada saat itu menggunakan bambu sebagai bahan utama rumah tinggal. Bentuk penataan desa saat itu mengadopsi konsep dari Desa Bayung Gede. Desa Adat Penglipuran mulanya hanya berupa barisan pekarangan dan rumah tradisional di sepanjang poros utama desa yang masing-masing memiliki luas sama yaitu sikut satak 250 m 2 . Wilayah lainnya masih merupakan kawasan tak terbangun berupa hutan dan tegalan Gambar 13. Perkembangan permukiman pada zona terluar mulai terjadi pada awal tahun 1980 dimana perkembangan permukiman tersebut melebar ke arah barat dan timur namum tetap sepanjang akses linier utara-selatan. Perkembangan yang lebih pesat terjadi pada bagian timur desa karena letaknya dekat dengan akses jalan menuju pusat Kota Bangli. Sebuah jalan lingkar yang mengelilingi desa dibangun pada akhir tahun 1980 untuk mengantisipasi perkembangan permukiman yang semakin terus melebar. Jumlah penduduk yang terus meningkat tidak dapat ditampung oleh kawasan permukiman inti sehingga banyak permukiman yang muncul di sepanjang jalan lingkar desa hingga ke bagian selatan. Permukiman modern dengan penggunaan ganda sarana tinggal dan komersial mulai muncul juga di sepanjang jalan lingkar tersebut pada awal tahun 2000 Gambar 14. Gambar 13 Ilustrasi pola permukiman permulaan 29

5.2.1.2 Kondisi Lingkungan Sekitar Desa

Desa Adat Penglipuran terhubung dengan jalan kolektor menuju pusat Kota Bangli sehingga memudahkan akses penduduk desa menuju kota yang berjarak kurang lebih 5 km Gambar 15. Hasil observasi lapang menunjukkan bahwa secara garis besar areal Desa Penglipuran terbagi atas tiga bagian besar, yaitu area permukiman hunian penduduk yang terletak di tengah-tengah, area pertanian berupa tegalan kebun dan ladang, dan area hutan bambu maupun hutan alami. Area pertanian banyak terdapat pada bagian tengah dan selatan desa diluar area inti desa. Alih fungsi lahan sawah untuk ditanami cengkeh pada saat dahulu membuat masyarakat tidak dapat menanami lahan dengan padi kembali. Pada saat ini warga menanami lahan mereka dengan tanaman seperti singkong, jagung, ubi jalar, kopi, dan kelapa. Lahan pertanian terdapat pada area yang relatif datar sedangkan area yang memiliki kemiringan tinggi berupa hutan alami dan hutan bambu yang terdapat pada bagian utara desa. Pura Penataran pada bagian paling utara desa yang berbatasan langsung dengan jalan lingkar dan hutan bambu. Beberapa fasilitas umum atau publik terdapat pada desa ini, seperti Sekolah Dasar, lapangan terbuka, Bale banjarbale desa, dan taman makam pahlawan. Akses menuju fasilitas-fasilitas publik tersebut terbilang baik dan dekat sehingga dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, beberapa rumah pada area permukiman memiliki fungsi komersial seperti menjual barang-barang keperluan sehari-hari hingga makanan khas desa ini. Gambar 14 Perkembangan Desa Adat Penglipuran Kasuma 2009 30 Pada area pertanian tegalan selain kebun dan ladang juga terdapat kandang ternak. Ternak yang banyak dihasilkan di desa ini ialah ayam potong. Kandang ayam potong terletak pada bagian selatan dekat dengan jalan lingkar desa. Fasilitas Agro Tourism juga terdapat di sebelah selatan desa pada area ini. Gambar 15 Peta lingkungan sekitar desa