Efisiensi, Biaya, dan Margin

adalah perorangan, perserikatan atau perseroan yang membeli dan mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produsen dan menyalurkannya kepada konsumen. Berdasarkan kepemilikan barang dagang, pedagang perantara dibagi menjadi pedagang yang mempunyai barang dan pedagang yang tidak mempunyai barang. Lembaga pemasaran yang tergolong pedagang yang mempunyai barang diantaranya terdiri dari pedagang pengumpul, grosir, eksportir, importir, dan pedagang eceran. Sedangkan lembaga yang tergolong pedagang yang tidak mempunyai barang adalah fungsional atau agen, dimana turunannya adalah komisioner, makelar dan juru lelang. Pedagang pengumpul umumnya dijumpai di daerah produksi dan membeli hasil perikanan dari nelayan atau petani ikan. Yang tergolong pedagang pengumpul adalah pengusaha warung, pembeli yang datang ke usaha perikanan, koperasi lokal dan pengolahan lokal. Pedagang besar biasanya aktif di pusat pasar dan memperoleh barang dari pedagang pengumpul lokal tengkulak atau pelelangan. Pedagang besar memperjualbelikan barang dalam jumlah besar. Target pasarnya adalah pedagang eceran. Yang tergolong pedagang besar adalah hotel, restoran dan pabrik pengolahan. Pedagang eceran biasanya mendapatkan barang dari pedagang lokal atau dari produsen. Yang tergolong pedagang eceran yaitu bentuk toko store retailer dan dengan bentuk non-toko melalui door to door maupun pedagang kaki lima PKL. Lembaga pemberi jasa facilitating agencies adalah mereka yang memberikan jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tataniaga yang dilakukan produsen atau perantara. Golongan pemberi jasa dibagi menjadi dua yaitu pedagang perantara merchant middleman dan agent middleman.

2.6 Efisiensi, Biaya, dan Margin

Konsep biaya pemasaran perikanan menurut Hanafiah Saefuddin 1986 adalah jumlah pengeluaran perusahaan perikanan yang dikeluarkan oleh nelayan atau petani ikan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga pemasaran perantara dan laba profit yang diterima oleh badan bersangkutan. Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dijual pada pembeli terakhir. Pada suatu perusahaan istilah margin merupakan sejumlah uang yang ditentukan secara internal accounting yang diperlukan untuk menutupi biaya dan laba. Konsep analisis biaya dan margin tataniaga menurut Azzaino 1982 merupakan salah satu alat analisis untuk menilai efisiensi sistem tataniaga. Maksud efisiensi pengusaha swasta menurut Hanafiah Saefuddin 1986 akan berbeda dengan efisiensi dalam konteks konsumen atau sosial. Pengusaha swasta menganggap efisiensi adalah keuntungan tinggi, biaya rendah dan jasa layanan baik. Sehingga melahirkan efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis meliputi produksi, pengadaan fisik mencakup prosedur, teknis, skala operasi, tujuan penghematan fisik dan penghematan tenaga kerja. Sedangkan efisiensi ekonomis digunakan sebagai alat ukur margin tataniaga yang meliputi aspek skill dan pengetahuan dalam menurunkan biaya produksi minimum dan keuntungan maksimum. Sedangkan efisiensi pada sisi sosial bila terjadi kepuasan maksimun bagi konsumen dan pemenuhan keputusan-keputusan individu. Pada sisi sosial lebih berhubungan dengan faktor input dan output. Faktor input dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan faktor hasil adalah respon yang diberikan konsumen terhadap hasil. Tataniaga dikatakan efisien menurut Samad 1982 diacu dalam Siregar 1985 jika terdapat penyesuaian produksi secara optimal dengan konsumsi. Tataniaga akan menjadi lebih efisien apabila dalam operasinya memiliki biaya yang rendah, tetapi menurut Hamin dan Teken 1972 diacu dalam Siregar 1985 meningkatnya biaya tataniaga belum tentu bahwa suatu tataniaga barang tersebut efisien, tetapi jika meningkatnya biaya tataniaga itu tidak diikuti dengan kepuasan konsumen. Demikian halnya dengan berkurangnya margin tataniaga yang tidak diikuti oleh kepuasan konsumen maka tataniaga ini tidak efisien. Salah satu alat analisis lainnya sebagai indikator efisiensi tataniaga menurut Siregar 1985 berupa farmer’s share. Farmer’s share adalah bagian harga konsumen yang diterima produsen. Adapun sistem tataniaga dianggap efisien menurut Mubyarto 1982 diacu dalam Hanafiah 1986 jika memenuhi syarat yaitu : 1. Mampu menyampaikan barang dari konsumen ke konsumen dengan biaya semurah-murahnya 2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari harga konsumen akhir kepada semua pihak serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga tersebut. Adil itu maksudnya pemberian balas jasa seusuai sumbanganya masing-masing. Efisiensi tataniaga dapat ditingkatkan menurut Converse and Jones 1968 mengemukan cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan efisiensi tataniaga, diantaranya : 1. Menghilangkan persaingan yang tidak bermanfaat 2. Mengurangi middleman pada saluran vertikal 3. Memakai metode kooperatif 4. Memberi bantuan subsidi pada konsumen 5. Standarisasi dan simplikasi

2.7 Retribusi dan Pembiayaan Pelelangan