6 los besar di deretan belakang. Setiap pungawa memiliki luas los yang berbeda- beda. Selain lokasi tempat pelelangan, terdapat area parkir khusus.
Pada tahun 2000 pemerintah daerah dengan Developer Swasta PT Wahana bekerjasama untuk merekonstruksi bangunan pelelangan bandeng. Pada tahun
2007 pemerintah berencana merelokasi kembali pelelangan bandeng dengan pembangunan terminal dan pasar di kecamatan Bungoro. Hal tersebut umumnya
ditolak Pungawa pelelangan. Jauhnya jarak dengan sungai menjadi alasan utama. Prinsip lokasi pelelangan harus berdekatan dengan sungai Sungai Pangkajene
sebagai sungai terbesar di Kabupaten Pangkep. Berdasarkan prinsip lokasi yang dipegang oleh pelaku pelelangan. Pemerintah telah mempermudah arus
transportasi ke sungai dengan pembuatan sarana jalan khusus dari Sungai Pangkajene ke Kecamatan Bungoro.
Fasilitas pelelangan merupakan sarana dan prasarana yang terdapat di pelelangan. Fasilitas ini berfungsi dalam menunjang penyelenggaraan pelelangan.
Penyelenggaraan pelelangan bandeng dilakukan oleh 16 pungawa. Setiap pungawa memiliki los lelang tersendiri. Setiap pungawa rata-rata memiliki 1-2 los
lelang. Namun ada juga yang memiliki 3-4 los lelang. Los pelelangan ini dibangun oleh pemerintah melalui Developer Swasta PT Wahana tahun 1999.
Fasilitas yang terdapat di pelelangan difasilitasi oleh pemerintah maupun swasta. Sarana dan prasarana yang difasilitasi oleh pemerintah berupa tempat
pelelangan Dinas Cipta Karya, petugas kebersihan, tenaga keamanan, jasa parkir dan beberapa box ikan dari Dinas Kelautan Perikanan. Sedangkan sarana dan
prasarana yang difasilitasi dan dikelola pribadi berupa warung kopi, warung nasi, pabrik es curahbalok dan toko. Keberadaan fasilitas di pelelangan berpengaruh
baik langsung maupun tidak langsung pada pelaksanaan pelelangan. Berbeda dengan pelelangan ikan lainnya, Pelelangan Bandeng Pangkep
belum memiliki kantor pelelangan. Akses pembeli, pungawa, pembudidaya, dan dsb dilakukan secara terbuka. Setiap orang bebas keluar masuk pasar.
5.2.7 Waktu Pelelangan
Tingkat kesegaran bandeng yang akan didistribusikan dipengaruhi panjang pendeknya rantai pemasaran. Waktu pelelangan berperan dalam distribusi ikan.
Awalnya pelelangan bandeng ini dilakukan setiap pagi 05:00 setelah shalat subuh. Sejak tahun 2000, waktu pelelangan bandeng berubah menjadi malam hari.
Aktivitas pelelangan dilaksanakan pada pukul 21:00 WITA. Aktivitas ini ditandai dengan berdatangannya juru hitung dan pungawa. Dilanjutkan dengan
pembudidaya yang membawa ikan dan pedagang besar yang bersiap mengambil ikan. Biasanya puncak aktivitas pelelangan terjadi pada pukul 22:00 WITA s.d
24:00 WITA lamanya tergantung banyaknya ikan.
5.2.8 Pengelolaan Pelelangan
Pola pengelolaan pelelangan menurut Adrianto 2006 dibagi menjadi 3 yaitu pengelolaan oleh pemerintah, pengelolaan oleh koperasi, pengelolaan oleh
swastaperseorangan. Pengelolaan oleh pemerintah dilakukan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan di ProvinsiKabupatenKota. Pengelolaan oleh koperasi
banyak ditemukan di Jepang. Bentuk pengelolaan oleh koperasi hampir sama dengan pola pengelolaan pemerintah. Pola pengelolaan oleh swastaperseorangan
banyak diterapkan di Norwegia, Jerman, Inggris, Islandia, Belanda, Australia, dan Selandia Baru. Pelelangan yang dikelola oleh swastaperseorangan ditempatkan
sebagai unit bisnis yang menyediakan jasa pelelangan terpadu. Pelelangan dijadikan sebagai tempat pembentukan harga optimal, penyedia infrastruktur
lelang, penjamin mutu ikan, penyedia sistem informasi, dan sebagainya. Pelelangan bandeng dibentuk sekelompok masyarakat pada tahun 1960.
Pada tahun 1999 Dinas Pendapatan Daerah merekonstruksi bangunan pasar grosir termasuk didalamnya pelelangan. Pelaksana konstruksi dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah yang bekerjasama dengan Developer Swasta PT Wahana. Melalui rekonstruksi bangunan pasar grosir termasuk pelelangan, pemerintah
mengeluarkan peraturan retribusi pasar grosir. Pedoman penarikan retribusi diatur dalam Perda No.4 Tahun 1999 Tentang Retribusi Pasar Grosir dan atau
Pertokoan. Sejak peraturan tersebut diberlakukan, pengelolaan Pelelangan Bandeng Pangkep diserahkan pada Developer Swasta PT Wahana. Jadi pola
pengelolaan pelelangan awalnya dilakukan oleh swasta. Pada tahun 2000, Pemerintah Kabupaten Pangkep mengambil alih fungsi
pengelolaan Developer PT Wahana. Pemerintah dalam satu tahun mampu
menutupi biaya rekonstruksi bangunan pasar grosir. Sejak tahun 2000, pemerintah mengeluarkan Perda No.22 Tahun 2000 Tentang Perubahan Pertama Perda
Kabupaten Pangkep No.4 Tahun 1999 Tentang Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan. Peraturan ini dibuat sebagai tambahan beberapa peraturan pada Perda
No.4 Tahun 1999. Perda No.22 Tahun 2000 menyebutkan dengan jelas bahwa adanya struktur tarif khusus untuk pelelangan bandeng. Sejak tahun 2000
berdasarkan peraturan tersebut maka pengelolaan Pelelangan Bandeng Pangkep dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan tersebut dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah. Teknis operasional pengelolaan pelelangan dilakukan oleh Subdinas Penagihan dan Pembukuan bagian Sie Penagihan yang membawahi Kepala Pasar
Sentral Palampang. Kepala Pasar Palampang membawahi beberapa penagih pelelangan bandeng. Secara umum Pola Pengelolaan Pelelangan Bandeng
Pangkep adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Pola Pengelolaan Pelelangan oleh Dinas Pendapatan Daerah 5.2.9 Stakeholder Pelelangan
Stakeholder pelelangan adalah pihak yang terkait dengan pelelangan. Pihak yang terkait dengan pelelangan terdiri : Pembudidaya, Pungawa,
Pacattopembeli besar, PagandengPengecer, Pemerintah Daerah Dinas Pendapatan Daerah
Subdinas Penagihan dan Pembukuan
Sie Penagihan
Kepala Pasar Palampang
Penagih Retribusi Pelelangan Bandeng
a. Pembudidaya