perahu kecil untuk mengangkut ikan. Waktu tempuh sekitar 12 jam pukul 16.00- pukul 04.00. Aktivitas ini dilakukan setiap hari, dimana siangnya memanen ikan
lalu dilanjutkan dengan menyusuri sungai dan laut menuju pelabuhan untuk menjual ikan di Pelelangan Paotere atau Pelelangan Rajawali. Hal ini menjadikan
pembudidaya kelelahan. Sekitar tahun 1960 diprakarsai oleh Haji Baharuddin panggilan Haji
Baha mulai dirintis penjualan ikan dengan mekanisme lelang. Haji Baha terinspirasi oleh saudaranya Dora, Abdul Hamman, Yi Embah, Muhammad
yang kelelahan memasarkan bandeng ke Makassar. Haji Baha menawarkan jasa penjualan bandeng pada saudaranya dengan mekanisme lelang. Fasilitas yang
digunakan terdiri dari meja, kursi. Mekanisme lelang Haji Baha berkembang dan akhirnya diikuti pembudidaya yang lainnya. Pembudidaya beralih fungsi ganda
menjadi pungawa. Pungawa adalah yang menjual bandeng dan mengumpulkannya dari pembudidaya. Pada tahun 1961 mekanisme lelang ini diikuti oleh tiga
pungawa.
5.2.2 Bandeng Pangkep
Bandeng Pangkep memiliki kekhasan dari bau dan rasa. Pembudidaya meyakini bahwa Perairan Sulawesi relatif belum banyak tercemar. Hal ini
menyebabkan bandeng tidak berbau lumpur. Kekhasan lainnya yaitu rasa khas keju dari bandeng bakar. Jika ikan disajikan melalui pembakaran, maka bandeng
akan mengeluarkan lelehan minyak seperti keju yang dipanaskan. Hal ini menyebabakan rasa yang berbeda dengan bandeng lainnya. Propinsi Sulawesi
Selatan berdasarkan Nessa 1982 merupakan pelopor pertambakan di Indonesia. Hal ini mengakibatkan kualitas bandeng Pangkep yang berbeda dengan bandeng
lainnya. Pada tahun 2007 ini, Bandeng Bakar Pangkep dijadikan produk makanan unggulan khas Pangkep disamping Sop Saudara sejenis sop dagingiga.
Kualitas dan kekhasan bandeng Pangkep menimbulkan perspektif positif bagi pemasaran bandeng. Hal ini mendorong pembudidaya di luar Pangkep
memasarkan bandeng di Pangkep. Adapaun beberapa kabupaten yang memasarkan bandeng di Pangkep diantaranya Kabupaten Pinrang, Kabupaten,
Wajo, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Siwa, bahkan ada yang berasal dari Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Tarakan.
5.2.3 Ukuran Bandeng
Pelelangan belum memanfaatkan alat timbang untuk menghitung berat bandeng. Perhitungan dilakukan secara manual by hand oleh juru hitung. Juru
hitung menggunakan metode yang unik. Perhitungan dilakukan per sepuluh bandeng. Setiap terhitung sebanyak sepuluh ekor, maka akan dipisahkan satu ekor
sebagai satu hitungan, sehingga total ikan dapat diketahui dari bandeng yang sudah dipisahkan.
Bandeng di pelelangan memiliki grade ukuran tertentu. Ukuran besar atau kecilnya bandeng diukur dengan lebar jari tangan telunjuk-jari tengah-jari manis-
kelingking. Berikut ini ukuran-ukuran yang berlaku di pelelangan : 1. Ukuran 2 jari
Bandeng berukuran 2 jari atau kurang dari 2 jari merupakan stok ukuran yang jarang terdapat di pelelangan. Suplai bandeng didorong oleh harga bandeng.
Jika bandeng pada hari sebelumnya memiliki harga yang tinggi, maka kecenderungan pembudidaya untuk memanen ikan akan semakin besar. Panen
yang dilakukan pembudidaya memberikan dampak pada bandeng yang masih berukuran kecil. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Berat bandeng ukuran 2 jari berdasarkan Acuan Konversi Perhitungan seberat 0.11 kgekor. Jumlah ikan per kg sebanyak 9-10 ekor bandeng. Harga
bandeng sebesar Rp 10.000kg. 2. Ukuran 3 jari
Bandeng berukuran 3 jari merupakan ukuran yang sering banyak ditemukan di pelelangan. Ukuran ini sesuai dengan fase budidaya bandeng yang
membutuhkan waktu 3-4 bulan. Ukuran ini sebagai ukuran standar pelelangan, karena terdapat di pelelangan dengan jumlah yang banyak Lampiran 16. Berat
bandeng berukuran 3 jari berdasarkan Acuan Konversi Perhitungan seberat 0.22 kgekor. Jumlah ikan per kg sebanyak 5-6 ekor bandeng. Harga bandeng di pasar
sebesar Rp 10.000kg
3. Ukuran 4 jari Seperti halnya bandeng berukuran 2 jari, stok bandeng berukuran 4 jarang
terdapat di pelelangan. Penyebabnya pada saat panen, bandeng tersebut masih berada di tambak dan mendapatkan suplai makanan yang teratur.
Pembeli memiliki karakter tersendiri dalam memilih ikan. Berat bandeng berukuran 4 jari berdasarkan Acuan Konversi Perhitungan seberat 0.33 kgekor.
Jumlah ikan per kg sebanyak 3-4 ekor bandeng. Variasi ukuran bandeng dipengaruhi oleh kecepatan waktu panen. Selain
itu dipengaruhi oleh musim pasang pagi dan pasang sore, dan juga tempat pembesaran. Pasang pagi merupakan kondisi air pasang yang terjadi pada pagi
hari dan yang membawa suhu dingin. Periode pasang pagi terjadi pada bulan Februari-September. Kondisi ini menyebabkan bandeng sedikit makan sehingga
berdampak pada ukuran bandeng. Bandeng pada waktu pasang pagi berukuran lebih kecil ukuran 2 jari atau kurang ukuran 2. Pasang sore merupakan kondisi
pasang yang terjadi pada sore hari dan membawa suhu hangat. Periode pasang sore terjadi pada bulan Oktober-Januari. Kondisi ini menyebabkan bandeng
mendapatkan banyak sehingga berukuran besar. Bandeng yang mengalami pasang sore biasanya berukuran 3-4 jari. Kedua kondisi baik pasang pagi maupun pasang
sore akan berdampak pada ukuran ikan. Teknik pembesaran nener benih bandeng berpengaruh terhadap ukuran
bandeng yang dihasilkan. Teknik pembesaran dipengaruhi oleh ketersedian pakan alami. Kesiapan tambak dengan pakan alami akan menyebabkan bandeng
memiliki suplai makanan dan hal ini akan berdampak pada ukuran bandeng yang lebih besar. Pakan alami didapatkan dari prosedur budidaya yang baik. Pemberian
pupuk pada tambak yang telah dikeringkan diisi air dengan tinggi ΒΌ kolam lalu dibiarkan hingga muncul pakan alami. Tanda munculnya pakan alami di kolam
tambak yaitu tergenangnya sejenis lumut dipermukaan air. Setelah muncul tanda tersebut nener yang berumur 30 hari telah siap untuk dibudidayakan.
Karakteristik pembeli bandeng berbeda di setiap daerah. Perbedaan ini dalam ukuran ikan. Pembeli yang berasal dari Jeneponto biasanya lebih menyukai
bandeng yang berukuran kecil ukuran 2 jari. Berbeda halnya dengan pembeli untuk restoran atau warung makan. Dimana untuk kebutuhan restoran atau warung
makan lebih menyukai bandeng yang berukuran besar ukuran 4. Pada umumnya masyarakat lebih menyukai ukuran 3 jari.
5.2.4 Jumlah Bandeng