diterima produsen. Adapun sistem tataniaga dianggap efisien menurut Mubyarto 1982 diacu dalam Hanafiah 1986 jika memenuhi syarat yaitu :
1. Mampu menyampaikan barang dari konsumen ke konsumen dengan biaya semurah-murahnya
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari harga konsumen akhir kepada semua pihak serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga tersebut. Adil itu
maksudnya pemberian balas jasa seusuai sumbanganya masing-masing. Efisiensi tataniaga dapat ditingkatkan menurut Converse and Jones 1968
mengemukan cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan efisiensi tataniaga, diantaranya :
1. Menghilangkan persaingan yang tidak bermanfaat 2. Mengurangi middleman pada saluran vertikal
3. Memakai metode kooperatif 4. Memberi bantuan subsidi pada konsumen
5. Standarisasi dan simplikasi
2.7 Retribusi dan Pembiayaan Pelelangan
Untuk membiayai segala keperluan yang ditimbulkan oleh adanya pelelangan ikan menurut Adrianto 2006 maka organisasi penyelenggaraan ikan
diatur dalam pasal 7 ayat 3 PP No.64 Tahun 1957. Organisasi penyelenggara lelang dapat memungut retribusi setinggi-tingginya 5 dari hasil penjualan ikan.
Pungutan retribusi dibebankan kepada pihak penjual dan pembeli yang melaksanakan transaksi lelang. Retribusi dikenakan pada pelelangan jika
pemerintah setempat memberikan fasilitas atau pelayanan pelelangan. Hasil pungutan retribusi dan alokasi penggunaannya ditetapkan dengan
perda yang pelaksanaannya diatur dengan SK Bupatiwalikota pada tiap-tiap lokasi pelelangan. Garis besar alokasi retribusi digunakan untuk keperluan sebagai
berikut : 1. Penerimaan untuk pemda provinsi
2. Penerimaan untuk pemda kabupaten 3. Biaya penyelenggaraan lelangpemeliharaan sarana lelang
4. Dana kesejahteraanasuransi nelayanpembudidaya
Pengelolaan pungutan retribusi berdasarkan Adrianto 2006 digunakan untuk penyelenggaraan dan pemeliharaan sarana pelelangan. Biaya yang biasanya
digunakan adalah biaya untuk pembinaan dan pengembangan usahaorganisasi penyelenggara lelang, usaha perkreditan dan penyelenggaraan lelang. Selain itu
retribusi pelelangan dapat digunakan untuk biaya kebersihan dan dana kesejahteraan nelayanpembudidaya.
2.8 Faktor Strategis Internal dan Eksternal
Semua organisasi menurut David 2004 akan memiliki kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang fungsional bisnis. Namun tidak satupun
perusahaan yang mempunyai kekuatan dan kelemahan yang sama di semua bidang. Kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal
serta pernyataan misi merupakan landasan dalam menetapkan sasaran dan strategi. Analisis faktor internal memerlukan pengumpulan dan pengolahan informasi
mengenai manajemen pemasaran, keuanganakutansi, produksioperasi, penelitian dan pengembangan dan pengembangan serta sistem informasi manajemen.
Berdasarkan beberapa informasi yang didapatkan di atas akan menjadi faktor- faktor kunci yang harus diurutkan berdasarkan prioritas, sehingga kekuatan dan
kelemahan perusahaan dapat ditentukan. Berbeda halnya dengan analisis faktor internal diatas, analisis faktor
eksternal suatu perusahaan harus mengumpulkan informasi mengenai tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum
dan teknologi. Sejumlah orang yang dapat diminta untuk memantau berbagai sumber informasi seperti majalah, jurnal perdagangan, dan surat kabar ternama.
Ketika informasi sudah terkumpul, informasi harus dicerna dan dievaluasi. Daftar prioritas faktor-faktor tersebut dapat diperoleh dengan meminta manajer
mengurutkan faktor-faktor yang diidentifikasi. Faktor-faktor utama dapat berbeda pada setiap waktu atapun industri. Faktor-faktor eksternal menurut David 2004
penting untuk pencapaian tujuan jangka panjang dan sasaran tahunan, dapat diukur, berlaku bagi semua perusahaan pesaing, dan berkaitan dengan keseluruhan
perusahaan dan beberapa yang lain.
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Tujuan yang telah ditetapkan pada penelitian yaitu mengetahui kondisi umum pelelangan bandeng di Kabupaten Pangkep, menganalisis biaya, margin,
dan efisiensi pemasaran bandeng, menganalisis kontribusi retribusi Pelelangan Bandeng Pangkep terhadap Pendapatan Asli Daerah dan menganalisis faktor-
faktor strategis internal dan eksternal pelelangan. Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yang disesuaikan dengan tujuan tersebut. Tahap pertama mengidentifikasi
rantai pemasaran dari produsen sampai konsumen di lingkungan pelelangan lalu dilanjutkan tahap kedua mengetahui kontribusi retribusi pelelangan, dan tahap
ketiga menganalisis faktor strategis internal dan faktor eksternal pelelangan. Pada tahap pertama dibahas mengenai gambaran umum kondisi
pelelangan. Dengan gambaran tersebut akan diketahui stakeholder pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pelelangan dan rantai pemasaran ikan bandeng
dari pembudidaya hingga konsumen yang melalui pelelangan. Rantai pemasaran yang terbentuk akan menggambarkan besarnya biaya dan margin pada lembaga
pemasaran. Besarnya margin tersebut merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran. Adapun kerangka pemikiran penelitian dapat
dilihat pada Gambar 2. Pada tahap kedua dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi
retribusi pelelangan terhadap retribusi pasar grosir dan pertokoan. Pelelangan bandeng terkoordinasi pengelolaannya dengan pasar grosir dan pertokoan.
Sehingga besarnya retribusi yang diterima dari pasar grosir dan perkotoan akan dipengaruhi oleh besarnya retribusi pelelangan. Selain itu dilihat bagaimana
kontribusi retribusi pelelangan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangkep.
Pada tahap ketiga dalam mengidentifikasi faktor strategis internal dan eksternal dengan menggunakan matrik pembobotan IFE Internal Factor
Evaluation dan EFE External Factor Evaluation. Tahap analisis lingkungan
internal Matrik IFE dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelelangan bandeng. Tahap analisis eksternal Matrik EFE