Jenis OPT Hari Setelah Tanam
7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 Hama
Thrips Kutu Daun
Tungau Ulat Daun
Heliothis sp Lalat Buah
Kutu Kebul Pengisap Daun
Penyakit Bercak Daun
Antraks Busuk BuahDaun
Gambar 6. Organisme Pengganggu Tumbuhan Selama Siklus Hidup Cabai Merah
Sumber: Syngenta 2008
Dari banyak varietas cabai merah yang ada di Indonesia. Tabel 6 menunjukkan varietas cabai merah hibrida dan non hibrida yang telah dilepas di
Indonsia. Dapat disimpulkan bahwa, produktivitas cabai merah hibrida lebih tinggi dibandingkan produktivitas cabai merah nonhibrida.
Tabel 6. Produktivitas Cabai Merah di Indonesia Tahun 2010 tonha No
Nama Genotip Varietas
Produktivitas tonha 1 TM 999
Hibrida 14
2 Inko Hot Hibrida
15-18 3 Biola
Hibrida 20-22
4 Hot Beauty Hibrida
16-18 5 Hot Chili
Hibrida 30
6 Premium Hibrida
13 7 Lembang-1
Nonhibrida 9
8 Tanjung-2 Nonhibrida
12
Sumber: Piay S, et al 2010
2.2 Tinjauan Alat Pengukuran Risiko
Penelitian mengenai risiko pada sektor pertanian sudah dilakukan sebelumnya dan komoditas yang ditelitipun beragam. Dalam melakukan penelitian khususnya
penelitian yang menganalisis risiko produksi sebaiknya harus menyesuaikan antara masalah penelitian dengan alat yang digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya analisis yang dilakukan oleh Fariyanti 2008, dalam
melakukan penelitiannya
menggunakan alat
analisis GARCH
untuk mentransformasikan data menjadi informasi.
Berbeda dengan yang dilakukan oleh Tarigan 2009, Utami 2009,
Ginting 2009,
Sembiring 2010, dan Jamilah 2010, dimana varian Variance, simpangan baku Standard Deviation, dan koefisien variasi Coefficient
Variation menjadi alat yang digunakan untuk menentukan tingkat risiko yang dihadapi oleh para petani.
2.3 Tinjauan Risiko
Risiko merupakan suatu peluang yang memungkinkan sesorang memperoleh hasil yang tidak diinginkan sehingga keberadaannya cenderung terkait dengan
situasi yang memunculkan situasi negatif dan terkait dengan kemampuan untuk memperkirakan terjadinya hasil yang negatif Basyaib 2007. Sumber risiko yang
dihadapi oleh para petani dan cara penanganannya pun berbeda tergantung komoditas yang diusahakannya. Misalnya, pada komoditas wortel dan bawang
daun yang diteliti oleh Jamilah 2010. Berdasarkan hasil pengukuran risiko yang dilakukan, diperoleh bahwa risiko produksi wortel lebih rendah dibandingkan
dengan risiko produksi pada bawang daun. Risiko produksi ini muncul karena adanya ketergantungan terhadap aktivitas produksi yang meliputi benih, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti pengairan,
pengaruh hama dan penyakit, serta pengaruh iklim dan cuaca.
Fariyanti 2008, melakukan penelitian terhadap kentang dan kubis, ternyata risiko produksi kentang dan kubis dipengaruhi oleh risiko produksi pada musim
sebelumnya. Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa kentang 0,329 lebih tinggi risiko produksinya dibandingkan kubis 0,280. Namun, ketika keduanya
diusahakan secara bersamaan dengan sistem diversifikasi maka tingkat risiko produksinya lebih rendah 0,124 dibandingkan jika usahatani kedua komoditas
tersebut dilakukan secara spesialisasi. Selanjutnya, penelitian terhadap kegiatan spesialisasi komoditas brokoli,
caisin, sawi putih dan tomat dan kegiatan portofolio tomat dengan caisin, tomat dengan sawi putih dan brokoli dengan tomat dilakukan oleh Sembiring 2010.
Pada kegiatan spesialisasi, brokoli memiliki risiko produksi tertinggi 0,54 dan yang paling rendah tingkat risiko produksinya yaitu caisin 0,24. Sedangkan
untuk kegiatan diversifikasi ternyata diversifikasi tomat dan caisin lebih rendah tingkat risiko produksinya 0,26 dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi
antara tomat dan brokoli 0,38. Tarigan 2009, dalam penelitiannya melakukan perbandingan tingkat risiko
produksi antara brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting kemudian usahatani spesialisasi tersebut dibandingkan dengan tingkat risiko pada usahatani
diversifikasi antara tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Hasilnya yaitu pada kegiatan spesialisasi dari keempat komoditas yang
dibandingkan ternyata risiko produksi bayam hijau yang paling tinggi 0,225 dan yang paling rendah yaitu cabai keriting 0,048. Hal ini dikarenakan bayam hijau
sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Sedangkan pada kegiatan diversifikasi, risiko produksi komoditas cabai keriting dan brokoli lebih
rendah 0,067 dibandingkan komoditas brokoli dalam kegiatan spesialisasi 0,112. Utami 2009 membandingkan hasil penelitiannya dengan yang dilakukan
oleh Tarigan 2009, dimana hasilnya jika dibandingkan dengan tingkat risiko produksi pada komoditas brokoli 0,112, tomat 0,055, dan cabai keriting
0,048 maka risiko produksi bawang merah lebih tinggi 0,203. Penelitian yang dilakukan oleh Situmeang 2011 bahwa risiko produksi cabai
merah keriting yang dihadapi oleh petani dalam kelompok tani yaitu sebesar 0,5. Risiko produksi yang dihadapi oleh petani disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit, keadaan cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serta kondisi tanah.
2.4 Tinjauan Strategi dalam Mengurangi Risiko