Pendapatan Usahatani Tomat dan Cabai Merah

yang meningkat ini disebabkan karena petani menanam cabai pada musim hujan dan waktu panen terjadi pada musim kemarau. Harga yang diterima petani pada musim ini yaitu mencapai Rp 12.000,00kg nya, sedangkan penerimaan terendah terjadi pada musim pertama Bulan September 2009 hingga Bulan Februari 2010 dan keempat yaitu sekitar Bulan September 2011 hingga Bulan Februari 2012. Pada musim pertama dan keempat ini merupakan musim hujan dimana terjadi penurunan produktivitas pada musim keempat hingga 60 persen dari panen musim sebelumnya dengan harga rata-rata yang diterima petani sekitar Rp 18.000,00kg nya. Penurunan produksi ini disebabkan karena dari awal menanam cabai merah hingga panen cabai merah dilakukan pada musim hujan sehingga tanaman cabai merah sangat rentan busuk akibatnya waktu panen cabai menjadi lebih singkat dari normalnya. Biasnya petani dapat memanen cabai hingga 30 kali panenan tetapi pada musim keempat ini petani hanya mampu memanen 10 hingga 20 kali panen saja.

8.5.3 Pendapatan Usahatani Tomat dan Cabai Merah

Berdasarkan data penerimaan rata-rata para petani dan biaya produksi rata- rata yang dikeluarkan oleh para petani pada setiap musimnya maka diperoleh pendapatan yang diterima petani dan penerimaan bersih yang benar-benar diterima petani. Biaya produksi rata-rata tunai, biaya produksi rata-rata total, penerimaan rata-rata, pendapatan atas biaya tunai, dan pendapatan atas biaya total tomat dan cabai merah dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Berdasarkan Gambar 18 bahwa pendapatan atas biaya total dan pendapatan atas biaya tunai bervariasi setiap musimnya. Pendapatan atas biaya total tertinggi pada tomat terjadi pada musim ketiga yaitu pada bulan April hingga bulan Agustus tahun 2011 yaitu sebesrar Rp 61.192.8145,00. Hal ini dikarenakan pada bulan ini produktivitas tomat meningkat dan merupakan produksi tertinggi sepanjang musim serta diikuti oleh harga tomatkgnya yang cukup stabil. Selanjutnya diikuti musim pertama Mei 2010-September 2010 yaitu sebesar Rp 38.127.455,00 lalu disusul musim keempat Oktober 2011-Januari 2012 sebesar Rp 30.777.824,00 dan pendapatan atas biaya total terkecil yang pernah diterima petani tomat yaitu pada musim kedua November 2010-Februari 2011 yaitu Rp - 18.769.293,00. Sama halnya dengan pendapatan atas biaya total, pendapatan atas biaya tunai tertinggi yang pernah diperoleh petani tomat yaitu pada musim ketiga April 2011-Agustus 2011 yaitu sebesar Rp 66.158.462,00 diikuti musim pertama yaitu pada bulan Mei hingga September 2010 sebesar Rp 43.093.772,00, kemudian musim keempat September 2011-Februari 2012 yaitu sebesar Rp 34.734.493,00 dan pendapatan atas biaya tunai yang paling rendah diperoleh petani pada musim kedua November 2010-Februari 2011 yaitu sebesra Rp -15.801.791,00. Kerugian ini disebabkan karena harga tomat pada saat musim ini sangat rendah hingga tidak mampu menutupi biaya modal perpohonnya akibatnya petani tidak memanen hingga habis tapi hanya sampai enam kali panen saja. Gambar 18. Biaya Produksi Rata-Rata, Penerimaan Rata-Rata, Pendapatan atas Biaya Tunai, dan Pendapatan atas Biaya Total Tomat di Desa Perbawati, Tahun 2010-2012 Pada cabai merah Gambar 19 pendapatan atas biaya tunai yang teringgi diperoleh pada musim ketiga yaitu terjadi pada Bulan Desember 2010 hingga Bulan Juni 2011 yaitu sebesar Rp 135.494.840,00. Hal ini disebabkan karena cuaca yang terjadi saat musim ini sangat mendukung bagi pertumbuhan cabai merah, sehingga produksi yang dihasilkannya pun lebih tinggi dari musim sebelumnya. Kemudian diikuti oleh musim kedua April 2010-Oktober 2010 yaitu sebesar Rp 66.473.209,00 lalu disusul oleh musim pertama September 2009-Februari 2010 yaitu sebesar Rp 33.612.054,00. Pendapatan atas biaya tunai terkecil yang pernah diterima petani cabai merah yaitu sebesar Rp 27.774.624,00 yang terjadi pada musim keempat September -40 -20 20 40 60 80 100 120 Penerimaan Rata-Rata Biaya Produksi Total Biaya Produksi Tunai Pendapatan atas Biaya Total Pendapatan atas BiayaTunai Jut a R p Musim1 Musim2 Musim3 Musim4 2011-Februari 2012. Hal ini disebabkan karena produksi cabai merah pada saat musim ini sangat rendah. Rendahnya produksi cabai merah karena curah hujan yang sangat tinggi sehingga banyak cabai merah yang cacat dan juga busuk sehingga tidak layak untuk dijual. Selain itu, pendapatan atas biaya total tertinggi yang pernah diterima petani cabai merah sama yaitu terjadi pada musim ketiga yaitu terjadi pada Bulan Desember 2010 hingga Bulan Juni 2011 yaitu sebesar Rp 128.577.281,00. Kemudian diikuti oleh musim kedua April 2010-Oktober 2010 yaitu sebesar Rp 59.555.650,00 lalu disusul oleh musim pertama September 2009-Februari 2010 yaitu sebesar Rp 27.680.073,00. Sedangkan pendapatan atas biaya total terkecil yang pernah diterima petani cabai merah yaitu sebesar Rp 21.842.643,00 yang terjadi pada musim keempat September 2011-Februari 2012. Gambar 19. Biaya Produksi Rata-Rata, Penerimaan Rata-Rata, Pendapatan atas Biaya Tunai, dan Pendapatan atas Biaya Total Cabai Merah di Desa Perbawati, Tahun 2010-2012 Berdasarkan Gambar 18 dan Gambar 19 disimpulkan bahwa baik pendapatan atas biaya total maupun pendapatan atas biaya tunai pada tomat dan cabai merah dapat dikatakan berfluktuasi setiap musimnya. Dimana petani tomat mengalami kerugian pada musim kedua November 2010-Februari 2011 dimana pendapatan yang diperoleh petani tidak mampu menutupi biaya produksi yang sudah dikeluarkannya, s edangkan petani cabai merah mengalami kerugian pada musim keempat September 2011-Februari 2012. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko pada usaha budidaya tomat dan cabai merah yang dialami para petani di Desa Perbawati. - 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Penerimaan Rata Biaya Produksi Total Biaya Produksi Tunai Pendapatan Bersih atas Biaya Total Pendapatan Bersih atas BiayaTunai Jut a R p Musim 1 Musim 2 Musim 3 Musim 4

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Kondisi Risiko Produksi dan Sumber Risiko Pada Petani Desa Perbawati

Risiko produksi ditandai dengan adanya varian pada produktivitas sayuran tomat dan cabai merah dalam setiap musim panennya. Varian tersebut dapat pula berupa fluktuasi produktivitas yang menyebabkan sulitnya bagi para petani yang mengusahakan tomat dan cabai merah untuk memprediksi keuntungan dan kerugian dari setiap musim panennya. Hal ini pun menjadi salah satu alasan bagi para petani di Desa Perbawati untuk melakukan pergantian tanaman setiap musimnya. Gambaran mengenai produktivitas tomat dan cabai merah yang merupakan komoditas unggulan bagi petani di Desa Perbawati dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20. Rata-Rata Tingkat Produktivitas Tomat dan Cabai Merah Per Musim di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Tahun 2010-2012 Produktivitas tomat dan cabai merah yang dihasilkan petani responden berbeda-beda Lampiran 16 hingga Lampiran 17. Namun, gambaran mengenai tingkat produktivitas tomat dan cabai merah di Desa Perbawati pada Gambar 20 memperkuat bahwa terjadinya fluktuasi pada kedua komoditas pertanian tersebut sangat tinggi khususnya yang terjadi pada tomat. Pada musim 1 Mei 2010- September 2010 hingga musim ke 4 Oktober 2011-Januari 2012, tomat mengalami fluktuasi produktivitas yang sangat signifikan dimana pada musim kedua menurun sebesar 55 persen, pada musim ketiga meningkat hingga empat kali lipat dari produktivitas sebelumnya, kemudian setelah itu karena memasuki - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 Musim 1 Musim 2 Musim 3 Musim 4 P ro dukt iv it as kg h a Musim Cabe Merah Tomat