Penilaian Risiko Produksi Spesialisasi

tomat. Hal ini disebabkan karena harga cabai merah memiliki ukuran harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran harga pada tomat. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan secara tunggal mengandung risiko yang lebih tinggi dibandingkan usaha pertanian yang dilakukan secara bersamaan dengan tanaman lainnya. Alasannya karena ketika petani hanya mengusahakan satu tanaman saja maka apabila terjadi gagal panen, petani akan menghadapi kerugian atas tanaman yang gagal tersebut secara keseluruhan. Berbeda dengan jika petani menanam lebih dari satu tanaman, jika satu tanamana mengalami gagal panen maka akan ditutupi oleh yang lainnya.

6.2.1 Penilaian Risiko Produksi Spesialisasi

Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dapat dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan yang diperoleh dari tomat dan cabai merah. Penilaian risiko spesialisasi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation. Penilaian risiko produksi berdasarkan produktivitas yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 28 dan Tabel 29. Tabel 28. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Pada Tomat dan Cabai Merah pada Petani Desa Perbawati Tahun 2010-2012 Komoditas Variance Standard Deviation Coefficient Variation Tomat 208.810.945 14.450 0,687 Cabai Merah 29.908.974 5.469 0,629 Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa penilaian risiko berdasarkan produktivitas diperoleh nilai variance yang berbanding lurus dengan standard deviation. Dimana semakin tinggi nilai variance maka semakin tinggi pula nilai standard deviation yang diperoleh dan sebaliknya semakin rendah nilai variance maka semakin rendah pula nilai standard deviation. Hal ini dapat dilihat dari nilai variance dan standard deviation yang paling tinggi yaitu tomat sebesar 208.810.945 dan 14.450, sedangkan nilai variance dan standard deviation cabai merah hanya sebesar 29.908.974 dan 5.469. Namun untuk mengukur risiko yang paling akurat yaitu dengan menggunakan koefisien variasi karena penghitungannya dengan mempertimbangkan ratio standard deviation dengan expected return. Koefisien variasi yang paling tinggi yaitu terdapat pada tomat sebesar 0,687 yang artinya jika petani menghasilkan tanaman tomat sebanyak 1 kg maka risiko yang dihadapi yaitu sebesar 0,687 kg sehingga tomat yang ditanam petani hasilnya hanya dapat menghasilkan 0,313 kg, sedangkan koefisien variasi cabai merah hanya sebsar 0,629 yang artinya jika petani menghasilkan tanaman cabai merah sebesar 1 kg maka risiko produksi yang dihadapi yaitu sebesar 0,629 kg akibatnya hasil yang dapat diperoleh hanya sebanyak 0,371kg. Informasi tersebut menunjukkan bahwa risiko produksi tomat lebih tinggi dibandingkan risiko produksi cabai merah. Hal ini disebabkan karena tomat lebih rentan terhadap cuaca, hama, dan penyakit. Selain itu secara fisik, tomat lebih cepat busuk pada kondisi yang lembab terutama pada musim hujan yang ekstrim seperti saat ini. Akibatnya koefisien variasi lebih besar daripada cabai merah yang menandakan risiko produksi tomat yang tinggi. Selain itu penilaian risiko produksi dapat juga di hasilakan berdasarkan pendapatan dari masing-masing komiditas pada setiap musimnya. Penilaian risiko produksi berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 29 dan penghitungannnya pada Lampiran 21. Tabel 29. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Pada Tomat dan Cabai Merah pada Petani Desa Perbawati Tahun 2010-2012 Komoditas Variance Standard Deviation Coefficient Variation Tomat 5,76E+14 24.007.262 0,749 Cabai Merah 1,83E+15 42.786.602 0,650 Sama halnya dengan tingkat risiko produksi berdasarkan produktivitasnya, berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 29 di atas maka penilaian risiko produksi berdasarkan pendapatan diperoleh nilai variance dan standard deviation tertinggi yaitu terdapat pada cabai merah. Namun, jika dilihat dari koefisien vaiasinya dapat diketahui bahwa risiko produksi berdasarkan pendapatan, maka risiko tomat yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,749 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,749 rupiah. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan informasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa risiko produksi tomat lebih besar dibandingkan risiko produksi cabai merah. Hal ini dikarenakan produksi tomat yang tinggi, namun harga yang harus dikenakan sangat rendah dimana paling tinggi hanya berkisar Rp 8000,00kg saja dan ketika panen raya bisa jatuh hingga Rp 475,00kg sehingga penerimaan yang diperoleh petani lebih kecil dari menanam cabai merah. Tingkat risiko produksi yang dihadapi para petani responden tomat dan cabai merah di Desa Perbawati lebih tinggi dibandingkan dengan risiko produksi yang dihadapi oleh Perusahaan Permata Hati Organic Farm Tarigan 2009, The Pinewood Organic Farm Sembiring 2010, dan risiko produksi cabai merah keriting pada Kelompok Tani Pondok Menteng di Desa Citapen Situmeang 2011. Tingkat risiko tomat di Perusahaan Permata Hati Organic Farm sebesar 5,5 persen sedangkan di The Pinewood Organic Farm sebesar 30 persen. Risiko cabai di Perusahaan Permata Hati Organic Farm sebesar 4,8 persen sedangkan di Kelompok Tani Pondok Menteng sebesar 50 persen. Baik Desa Perbawati di Sukabumi, Desa Ciburial di Cisarua-Bogor, Desa Citapen di Bogor, maupun Desa Tugu Selatan di Cisarua-Bogor merupakan daerah dataran tinggi. Masing-masing daerah berada pada ketinggian 900 m dpl, 1000 mdpl, 450-800 mdpl, dan 1.150 m dpl. Perbedaan dari ketiganya yaitu luasan lahan yang mereka tanami, dimana petani di Desa Perbawati menanam tomat dan cabai merah pada hamparan luas lahan yang bergelombang hingga berbukit dengan luasan kurang lebih 136 ha. Sedangkan Perusahaan Permata Hati Organic Farm menanam sayuran di atas lahan sekitar 1,5 ha dan The Pinewood Organic Farm menanam sayuran di atas lahan sekitar 2 ha. Menurut para petani di Desa Perbawati bahwa, ketika sayuran ditanam pada hamparan lahan yang sangat luas lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Baik serangga, bakteri, maupun cendawan memiliki sifat mudah berpindah jadi ketika satu hektar lahan terkena hama dan penyakit maka akan menularkan pada sayuran di lahan terdekatnya terutama jika dilakukan penanaman jenis sayuran yang serempak. Dengan demikian risiko produksi pada sayuran yang ditanam pada hamparan lahan yang sangat luas akan lebih besar dibandingkan pada sayuran yang hanya ditanam pada lahan yang lebih sempit. Selain itu, Permata Hati Organic Farm dan The Pinewood Organic Farm sudah berbentuk perusahaan sehingga manajemennya lebih bagus dibandingkan yang dilakukan oleh para petani di Desa Perbawati. Sama halnya manajemen yang baik sudah dilakukan pada Kelompok Tani Podok Menteng, dengan terbentuknya kelompok tani maka memudahkan para petani untuk memperoleh informasi melalui penyuluhan mengenai budidaya pertanian sehingga produksi pertaniannya bisa ditingkatkan.

6.2.2 Penilaian Risiko Produksi Diversifikasi