Kondisi Risiko Produksi dan Sumber Risiko Pada Petani Desa Perbawati

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Kondisi Risiko Produksi dan Sumber Risiko Pada Petani Desa Perbawati

Risiko produksi ditandai dengan adanya varian pada produktivitas sayuran tomat dan cabai merah dalam setiap musim panennya. Varian tersebut dapat pula berupa fluktuasi produktivitas yang menyebabkan sulitnya bagi para petani yang mengusahakan tomat dan cabai merah untuk memprediksi keuntungan dan kerugian dari setiap musim panennya. Hal ini pun menjadi salah satu alasan bagi para petani di Desa Perbawati untuk melakukan pergantian tanaman setiap musimnya. Gambaran mengenai produktivitas tomat dan cabai merah yang merupakan komoditas unggulan bagi petani di Desa Perbawati dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20. Rata-Rata Tingkat Produktivitas Tomat dan Cabai Merah Per Musim di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Tahun 2010-2012 Produktivitas tomat dan cabai merah yang dihasilkan petani responden berbeda-beda Lampiran 16 hingga Lampiran 17. Namun, gambaran mengenai tingkat produktivitas tomat dan cabai merah di Desa Perbawati pada Gambar 20 memperkuat bahwa terjadinya fluktuasi pada kedua komoditas pertanian tersebut sangat tinggi khususnya yang terjadi pada tomat. Pada musim 1 Mei 2010- September 2010 hingga musim ke 4 Oktober 2011-Januari 2012, tomat mengalami fluktuasi produktivitas yang sangat signifikan dimana pada musim kedua menurun sebesar 55 persen, pada musim ketiga meningkat hingga empat kali lipat dari produktivitas sebelumnya, kemudian setelah itu karena memasuki - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 Musim 1 Musim 2 Musim 3 Musim 4 P ro dukt iv it as kg h a Musim Cabe Merah Tomat musim hujan terjadi penurunan sebesar 78 persen. Pada musim kedua November 2010-Februari 2011, penurunan terjadi karena produksi tomat yang diperoleh petani di Desa Perbawati karena adanya penurunan harga yang sangat drastis menyebabkan para petani tidak memanen hingga habis. Rata-rata mereka memanen tomat hanya sampai enam kali panen saja akibatnya produksi tomat mereka pada musim kedua ini menurun dari musim sebelumnya. Sedangkan peningkatan produksi tomat pada musim ketiga Bulan April 2011-Agustus 2011 terjadi karena kondisi cuaca yang sangat mendukung bagi para petani tomat dimana pada musim tanam hingga musim panen dilakukan pada musim kemarau dengan intensitas hujan yang cukup sehingga produksi tomat menjadi optimal. Sama halnya tingkat produktivitas pada cabai merah, pada musim kedua April 2010-Oktober 2010 meningkat secara drastis hingga 6 kali lipatnya dari musim ke 1 September 2009-Februari 2010 dan puncak produksinya terjadi pada musim ke 3 Desember 2010-Juni 2011 yaitu sebesar 15.580 ton dan peningkatan ini terjadi sebesar 25 persen. Namun, setelah itu mengalami penurunan secara drastis pada musim ke 4 September 2011-Februari 2012 dengan rata-rata penurunannya sebesar 70 persen. Penurunan produksi pada musim tanam keempat disebabkan karena kondisi curah hujan yang tinggi sehingga tanaman cabai merah sangat mudah terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan cendawan, diantaranya busuk buah dan layu pada tanaman cabai merah yang masih muda. Sedangkan peningkatan pada produksi cabai merah terjadi karena kondisi curah hujan yang mendukung bagi perkembangan cabai merah. Kondisi tersebut merupakan implikasi dari adanya risiko dimana faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko yang sering dialami oleh para petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati adalah sebagai berikut: a. Cuaca dan Iklim Cuaca merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas sayuran khususnya pada tomat dan cabai merah. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan penyakit busuk pada sayuran tomat dan cabai merah sehingga akan mengurangi produktivitasnya. Curah hujan yang rendah juga akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tomat dan cabai merah. Selain itu, baik tomat maupun cabai merah rentan terhadap hama dan penyakit. Kondisi curah hujan yang ekstrim dirasakan oleh petani responden selama dua tahun terakhir ini yaitu tahun 2010 hingga 2012. Menurut Surmaini et al 2008 bahwa perubahan cuaca yang ekstrim tersbut disebabkan oleh peningkatan suhu udara secara global. Peningkatan suhu ini dapat menurunkan produktivitas tanaman termasuk di dalamnya yaitu sayuran. Berdasarkan hasil simulasi tanaman, kenaikan suhu hingga 2 C di dataran tinggi akan menurunkan produksi tanaman sekitar 20 persen. Berdasarkan kondisi di lapangan bahwa cabai merah akan menghasilkan produksi terbaik ketika cabai merah ditanam pada musim hujan dan dipanen pada musim kemarau karena penyakit yang disebabkan oleh hama lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus karena curah hujan yang tinggi. Pada tomat karena jenis sayuran ini mampu menyimpan cadangan air pada bagian batangnya sendiri maka dengan pengairan yang cukup yakni tanpa kekurangan dan tanpa kelebihan, sayuran ini akan tetap berproduksi dengan optimal. Gambar 21. Grafik Curah Hujan Kecamatan Sukabumi Periode September 2009-September 2011 Sumber : BP3K, 2012 Pengaruh perbedaan cuaca dan iklim yang terjadi pada usaha budidaya tomat dan cabai merah dapat dilihat pada Gambar 21, dimana produktivitas tertinggi baik pada tomat maupun pada cabai merah terjadi pada musim kemarau yaitu musim ketiga dimana besarnya produktivitas masing-masing yaitu 44.923 kgha dan 15.580 kgha dari mulai panen awal hingga panen akhir yaitu panen penghabisan. Produktivitas tomat yang tinggi ini terjadi pada Bulan April hingga 100 200 300 400 500 600 700 800 Cur ah H uj an m m b ul an Bulan 2009 2010 2011 Bulan Agustus 2011. Menurut para petani, walaupun pada musim ini terjadi musim kemarau namun pasokan air masih tetap ada sehingga tidak akan menghambat proses pertumbuhan dan produksi tomatnya sendiri. Disamping itu pada cabai merah, musim ketiga ini terjadi pada Bulan Desember hingga Juni 2011 dimana para petani menanam cabai merah pada musim hujan dan pemanenan dilakukan pada musim kemarau sehingga produksi cabai merah pada saat ini cukup tinggi. Dengan demikin, baik produksi tomat maupun cabai merah dapat berproduksi lebih tinggi pada pertengahan tahun karena kondisi curah hujan yang tidak terlalu tinggi. b. Serangan Hama dan Penyakit Selain cuaca dan iklim, hama dan penyakit merupakan faktor lain yang menciptakan ancaman bagi petani tomat dan cabai merah. Kondisi tersebut dikarenakan sayuran tomat dan cabai merah rentan terhadap hama dan penyakit. Hal ini mengakibatkan produksi tomat dan cabai merah yang dihasilkan oleh para petani tidak seperti yang diharapkan. Hama dan penyakit ini baik yang menyerang tomat maupun cabai merah dapat menyerang bagian tanaman manapun mulai dari akar, batang, daun, bunga, hingga buahnya. Kemunculan hama dan penyakit ini seringkali muncul pada waktu yang tidak bisa diprediksi sebelumnya karena keberadaannya dipengaruhi pula oleh kondisi cuaca dan iklim yang juga tidak bisa diprediksi sebelumnya oleh para petani termasuk oleh para petani yang berada di Desa Perbawati. Menurut BP4K Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sukabumi, pada umumnya jenis hama yang sering menyerang tanaman tomat dapat dilihat pada Tabel 20. Biasanya jenis hama masih bisa dilihat oleh mata karena jenis hama ini berasal dari golongan serangga dan ulat. Selain itu, hama cendrung merusak bagian tertentu saja pada tanaman tomat tetapi terjadi kontak langsung sehingga tanaman mati atau tetap hidup namun tidak banyak memberikan hasil. Tabel 20. Jenis Hama yang Menyerang Tanaman Tomat Jenis Hama Ciri-Ciri Serangan Ulat Buah Tomat Heliothis armigera Hubner. Sepanjang ± 4 cm dan pada tubuhnya terdapat banyak kutil serta berbulu. Menyerang daun, bunga, dan buah. Membuat lubang-lubang pada buah sehingga buah terinveksi dan akhirnya buah tomat menjadi busuk. Kutu Daun Apish Hijau panjang kutu bersayap 2-2,5 mm dan yang tidak bersayap 1,8-2,3 mm Menyerang daun sehingga keriting, kerdil, melengkung ke bawah, dan daun menjadi rapuh. Lalat Putih Jika berhamburan akan seperti kepul putih. badannya seperti sisik pada daun Daun seperti diselimuti tepung putih sehingga pertumbuhannya lambat bahkan daun menggulung. Thrips Panjangnya 1-1,2 mm, berwarna hitam, bersayap, dan berambut berumbai- rumbai Mengisap cairan di dalam daun sehingga daun menjadi putih hingga layu, kering dan mati. Lalat Buah Seperti belatung tetapi memiliki sayap transparan. Menyerang daging buah sehingga buah menjadi bususk. Nematoda Bengkar Akar Bentuknya seperti cacing sepanjang 200-1000 mm Menyerang akar. akar membengkak memanjang atau bulat akibatnya akar kesulitan menyerap air sehingga warna daun tidak normal, menghambat pertumbuhan, layu, buah kecil, dan cepat tua. Sumber : BP4K Kabupaten Sukabumi 2012 Selain hama, tanaman tomat pun rentan terhadap penyakit. Penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh bakteri dan cendawan. Dimana jenis cendawan biasanya berupa mikroorganisme seperti jamur. Selain itu, tanaman tomat yang terserang cendawan akan mengikuti warna sporanya. Biasanya jenis cendawan dan bakteri ini tidak terjadi kontak secara langsung tetapi dimulai dari bagian tanaman tertentu lalu menyebar ke bagian tanaman yang lainnya sehingga tanaman mati secara perlahan. Menurut BP4K Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sukabumi, pada umumnya jenis penyakit yang sering menyerang tanaman tomat dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Tomat Jenis Penyakit Penyebab Serangan A. Cendawan Layu Fusarium Cendawan Fusarium oxysporium f.sp.capsici Schlecht Menyerang akar kemudian pembuluh xylem sehingga menghambat aliran air ke daun akibatnya daun layu dan menguning. Bercak Daun Septoria Cendawan Septoria lycopersici Speg Muncul bercak bulat kecil berair pada daun sehingga daun menggulung, mengering, dan akhirnya rontok Bercak Cokelat Alternaria solani Sor Menyerang pangkal buah dan daun yang berbentuk bercak dari cokelat hingga menghitam. Bercak membesar, daun menguning, layu, akhirnya mati Buah yang terifeksi akan mudah gugur. Busuk Daun cendawan Phytophthora infestans Mont. de bary Menyerang daun berbentuk bercak pada ujung atau sisinya sehingga meluas dan menyerang pangkal buah. Busuk Buah Rhizoctonia cendawan Thanatephorus cucumeris Frank Donk Bercak pada buah hingga membentuk lingkaran dan akhirnya buah pun retak. Busuk Buah Antraknosa cendawan Colletotrichum coccodes Wallr. Hughes Menyerang buah, batang, dan akar tanaman tomat yang berbentuk bercak kemudian melebar menyebabkan daun menjadi layu. B. Bakteri Penyakit Layu Pseudomonas solanacearum E.F. Sm E.F.Sm Menyerang daun dan bagian jaringan tubuh tomat. Tanaman layu walaupun daunnya masih hijau kemudiam roboh dan mati Sumber : BP4K Kabupaten Sukabumi 2012 Namun, menurut para petani di Desa Perbawati hama dan penyakit yang sering menyerang tomat antara lain busuk buah dan daun, sifut, layu bakteri, dan kutu kebul. Hama dan penyakit ini menyerang tomat pada waktu tertentu yaitu ada yang menyerang ketika musim hujan dan ada juga yang musim kemarau. Selain itu, serangan hama dan penyakitpun dapat menyebabkan penurunan produksi tomat. Tabel 22 menunjukkan bahwa serangan hama dan penyakit sangat berpengaruh pada hasil produksi tanaman tomat. Penurunan produksi yang paling tinggi yaitu ketika tanaman tomat diserang busuk buah dan daun. Penyakit ini terjadi pada musim hujan sehingga jika tidak ditanggulangi lebih lanjut lagi maka kerugian yang akan ditimbulkan oleh para petani tomat sebesar 65 persen. Tabel 22. Jenis Serangan Hama dan Penyakit pada Sayuran Tomat di Desa Perbawati Jenis hama dan penyakit Waktu serangan Kerugian yang ditimbulkan Siput Musim hujan 10-15 Bercak daun Musim hujan 40-50 Layu fusarium Musim hujan 40 Busuk buah dan daun Musim hujan 65 Kutu kebul Musim kemarau 20-30 Ulat buah Musim kemarau 10-20 Sama halnya dengan tomat, cabai pun dapat terserang hama dan penyakit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23 dan Tabel 24. Berbeda dengan tomat yang lebih rentan terhadap fungi, tanaman cabai merah lebih rentan terhadap serangan insect. Tabel 23. Jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai Merah Jenis Penyakit Serangan Layu Bakteri Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith Melalui benh, bibit, irigasi, serangga, dan alat pertanian. Menyerang akar tanaman sehingga terjadi kelayuan mulai dari pucuk hingga seluruh bagian tanaman. Layu Fusarium Fusarium oxysporum Sulz. Terjadi pemucatan pada warna tulang daun sehingga seluruh tangkai daun menunduk akibatnya layu dan mati begitu saja. Bercak Daun dan BuahAntraknosePatek cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici Menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung yang diawali bintik-bintik kecil hitam dan berlekuk. Menyebabkan buah cabai membusuk yang diawali bercak cokelat kehitaman lalu meluas dan menjadi busuk lunak. Bercak Daun cendawan Cercospora capsici Diawali dengan bercak kecil kebasah- basahan lalu meluas. Pusatnya berwarna putih dan tepinya berwarna tua kemudian menguning dan berguguran. Bercak Alternaria Alternaria solani Ell Marf Diawali dengan bercak cokelat tua hingga hitam lalu meluas ke seluruh bagian daun Busuk Daun dan Buah Phytophthora spp Menyerang daun berupa bercak di tepinya kemudian menyerang buah dan seluruh bagian tanaman Sumber : BP4K Kabupaten Sukabumi 2012 Tabel 24. Jenis Hama yang Menyerang Tanaman Cabai Merah Jenis Hama Ciri-Ciri Serangan Ulat Grayak Kupu-kupu berwarna gelap. Bertelur secara berkoloni, lalu menyebar ke seluruh bagian tanaman Menyerang daun dalam jumlah besar akibatnya daun berlubang. Menghambat proses fotosintesis sehingga produksi cabai menurun Kutu Daun Mengisap cairan daun,pucuk, tangkai bunga,. Daun menjadi keriting, melengkung, kekuningan, dan rontok. Lalat Buah Panjangnya + 0.5 cm, berwarna cokelat tua. Menyerang buah dengan meneteskan telurnya lalu buah busuk. Thrips Thrips sp. Panjangnya + 1 mm Menyerang daun berupa strip-strip berwarna keperakan sehingga daun menjadi kering. Tungau Panjangnya + 1 mm dan bentuknya mirip laba-laba Menghisap cairan daunpucuk sehingga muncul bintik keputihan, akhirnya daunnya menjadi kriting. Sumber : BP4K Kabupaten Sukabumi 2012 Hama dan penyakit yang sering menyerang cabai di Desa Perbawati dapat dilihat pada Tabel 25. Kerugian terbesar yang dialmi petani cabai merah disebabkan oleh insect thrips yang menyebabkan kerugian hingga 50 persen. Jenis hama dan penyakit yang menyerang tomat dan cabe merah yang ditemukan selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19. Tabel 25. Jenis Serangan Hama dan Penyakit pada Sayuran Cabai Merah di Desa Perbawati Jenis hama dan penyakit Waktu serangan Kerugian yang ditimbulkan Lalat buah Dacus ferrugineus Musim kemarau 10-15 Thrips Thrips sp Musim kemarau 40-50 Tungau Musim kemarau 5-15 Layu bakteri Musim hujan 40 Bercak daun dan buah Musim hujan 5-30 Busuk daun dan buah Musim hujan 5-30 c. Tingkat Kesuburan Lahan Kondisi lahan merupakan salah satu faktor pendukung untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat dan cabai merah. Pada awal mulanya, lahan yang digunakan para petani di Desa Perbawati merupakan lahan perkebunan teh. Selain itu lahan di Desa Perbawati merupakan daerah yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi dimana jenis tanahnya yaitu berupa tanah latosol dan andosol. Sebagian besar daerah yang berbentuk perkebunan tanpa adanya aktivitas industri menyebabkan kondisi lingkungannya belum mengalami pencemaran tingkat tinggi. Lahan yang subur dapat menentukan produktivitas hasil tanaman dengan kata lain ketika tanaman dibudidayakan pada lahan yang subur maka akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan ketika petani membudidayakannya pada lahan yang kurang subur. Hal ini disebabkan karena selain dipengaruhi oleh penggunaan input yang tepat, kondisi cuaca dan iklim, serta kemunculan hama dan penyakit, produksi tanaman tomat dan cabai merah juga dipengaruhu oleh struktur dan tekstur tanah yang menjadi media tanamnya. Menurut Suwandi 1982, bagi tanaman tomat dan cabai merah di dataran tinggi, kekurangan unsur unsur hara akan menurunkan hasil produksi tomat dan cabai merah antara 5-30 persen. Terjadinya perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu merupakan pemicu terjadinya ledakan hama dan penyakit. Menurut para petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati, membeludaknya hama dan penyakit ini menyebabkan petani tomat dan cabai merah semakin intensif untuk melakukan penyemprotan tentunya dilakukan dengan menggunakan obat kimia seperti insektisida dan fungisida. Hal inilah yang dapat meningkatkan residu bahan kimia yang terkontaminasi di dalam tanah. Residu bahan kimia ini dapat bertahan lama di dalam tanah tergantung intensitas dan jenis insektisida maupun fungisida yang digunakannya. Hasilnya kondisi tersebut akan merusak kehidupan organisme dan mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat dan cabai merah yang dibudidayakan sehingga tingkat kesuburan tanah di lahan perkebunan Desa Perbawati berkurang. Dengan begitu dapat berisiko terjadinya penurunan produksi tomat dan cabai merah. Disamping faktor residu bahan kimia, intensitas pemanfaatan lahan juga berkontribusi dalam mengurangi tingkat kesuburan lahan. Berdasarkan pemaparan para petani responden di Desa Perbawati bahwa mereka memanfaatkan lahannya untuk tiga kali tanam dalam satu tahun. Mereka menetapkan masa bera pada lahannya, namun masa beranya tersebut dimanfaatkannya untuk menanam tanaman berusia pendek, seperti kubis dan pakcoy. Hal ini merupakan salah satu bentuk eksploitasi lahan sehingga apabila para petani tersebut tidak melakukan perbaikan pada saat pembukaan lahan baru maka tingkat kesuburan tanah akan semakin menurun akibatnya kondisi tersebut berpeluang dalam penurunan hasil produksi tomat ataupun cabai merah.

6.2 Penilaian Risiko Produksi