responden sedangkan bagi para petani yang memiliki luasan lahan kurang dari satu hektar, usahatani tomat dan cabai merah diusahakan secara bersamaan
dengan tanaman lain seperti mentimun, kacang panjang, kacang buncis, dan daun bawang. Adapun pola tanam yang umum diusahakan oleh petani responden dapat
dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Pada umumnya petani responden tomat dan cabai merah memiliki lahan lebih
dari satu patok satu patok sama dengan 400 m
2
sehingga mereka mengusahakan tomat dan cabai merah pada waktu yang hampir bersamaan namun pada lahan
yang berbeda. Menurut Fariyanti 2008, cara penanaman yang seperti ini termasuk usaha diversifikasi. Hal ini dilakukan oleh para petani responden untuk mengatasi
adanya penurunan atau kegagalan produksi. Komoditas sayuran seperti bawang daun, pakcoy, kubis, mentimun, kacang
buncis, dan kacang panjang ditanam petani hanya sebagai tanaman seling setelah menanam tomat atau cabai merah. Pemilihan tanaman tersebut karena kondisi
lingkungan yang mendukung. Menurut Sunarjono 2010, tanaman kubis, bawang daun, dan pakcoy hanya mampu berproduksi secara optimal di wilayah yang
memiliki ketinggian lebih dari 1000 m dpl, sedangkan mentimun, kacang buncis, dan kacang panjang bisa tumbuh di daerah manapun.
Lampiran 6 dan 7 menunjukkan bahwa terdapat empat musim tanam cabai merah dan lima musim tanam tomat. Namun, untuk musim tanam tomat hanya
diambil empat musim saja, hal ini dikarenakan agar ada kesesuaian dalam pengambilan data. Musim tanam tomat dilakukan pada Bulan Mei-September
tahun 2010, Bulan November tahun 2010 – Bulan Februari tahun 2011, Bulan
April-Agustus tahun 2011, dan Bulan Oktober tahun 2011 - Januari 2012, sedangkan musim tanam cabai merah dilakukan pada Bulan September tahun
2009 – Februari tahun 2010, Bulan April-Oktober tahun 2010, Bulan Desember
tahun 2010 – Juni tahun 2011, dan Bulan September tahun 2011 – Februari tahun
2012.
8.4 Penggunaan Input Usahatani Tomat dan Cabai Merah
Usahatani tomat dan cabai merah memerlukan input sebagai faktor utama untuk mencapai produktivitas semaksimal mungkin dan biasanya penggunaan
input ini dilakukan pada saat pembukaan lahan baru. Pembukaan lahan baru ini
dilakukan untuk tiga kali tanam komoditas sayuran yang diusahakan. Yang termasuk input disini adalah benih, pupuk kandang, pupuk kimia ponsca, kapur
pertanian, obat-obatan, mulsa, dan tenaga kerja. Tabel 16. Rata-rata Penggunaan Input pada Usahatani Tomat Menurut Musim
Tanam di Desa Perbawati Tahun 20102011
Uraian Tomat
Musim 1 Musim 2
Musim 3 Musim 4
Benih pack 10
10 10
10 Pupuk Kandang krg
444 266
444 355
Pupuk Ponsca kg 296
178 296
237 Kapur krg
825 495
825 660
Mulsa Roll 11
11 11
11 Tenaga Kerja orang
6 6
6 6
Obat Rp 16.837.937
8.670.200 12.117.374
24.167.966
Data pada Tabel 16 dan Tabel 17 menunjukkan rata-rata penggunaan input pada usahatani tomat dan cabai merah yang dilakukan oleh para petani responden.
Pada setiap musim, penggunaan input berebeda-beda tergantung masa tanamnya. Penggunaan pupuk dan kapur setiap musimnya itu hampir sama karena dilakukan
pada saat pembukaan lahan baru saja namun penghitungannya hanya dilakukan pada saat petani responden menanam tomat atau cabai merah. Sedangkan obat-
obatan sangat berbeda penggunaannya karena dipengaruhi oleh curah hujan. Selain itu penggunaan benih rata-rata sama setiap musimnya karena memang
standarnya seperti itu dalam ukuran satu hektarnya. Sebagain besar, petani di Desa Perbawati mengusahakan sayuran tomat dan
cabai merah jenis hibrida. Namun, ada juga yang mengusahakan jenis tomat lokal dan untuk cabai ada juga yang mengusahakan cabai keriting, cabai korea, dan
cabe rawit. Jenis tomat hibrida marta dan cabai merah hibrida inko hot lebih banyak diusahakan karena masa tanamnya yang lebih cepat dan produksi
perpohoonya yang tinngi. Pada kondisi optimal tomat hibrida marta bisa berproduksi hingga 3 kgpohonmusim, sedangkan cabai merah „inko hot‟ bisa
berproduksi hingga 1 kgpohonmusim.
Tabel 17. Rata-rata penggunaan Input pada Usahatani Cabai Merah Menurut Musim Tanam di Desa Perbawati Tahun 20102011
Uraian Cabai Merah
Musim 1 Musim 2
Musim 3 Musim 4
Benih pack 16
16 16
16 Pupuk Kandang krg
519 606
606 519
Pupuk Ponsca kg 486
567 567
485 Kapur krg
856 998
998 856
Mulsa Roll 11
11 11
11 Tenaga Kerja orang
6 6
6 6
Obat Rp 22.171.008
33.256.512 16.568.234
27.557.524
Pada umumnya para petani menggunakan pupuk majemuk ponsca sebagai pupuk kimianya karena pupuk jenis ini memiliki unsur yang sudah lengkap seperti
nitrogen, fosfat, kalium, dan sulfur sehingga petani tidak perlu menggunakan pupuk tunggal lainnya. Pemupukan khususnya pupuk kandang dilakukan hanya
satu kali saja ketika pembukaan lahan baru dilakukan sekaligus dengan pemberian kaptan kapur pertanian, sedangkan pemberian pupuk kimia ponsca dilakukan
ada yang saat pembukaan lahan baru saja ada pula yang dua kali yaitu pada saat pembukaan lahan baru dan setelah tanaman dipindahkan ke bedengan. Namun
sebagian besar dari para petani responden melakukan pemupukan pada saat pembukaan lahan baru saja karena dengan menggunakan mulsa maka pemupukan
yang dilakukan pada saat pembukaan lahan baru masih terjaga. Pengobatan dilakukan oleh petani tomat dan cabai merah setelah tanaman
dipindahkan ke dalam bedengan. Biasanya pada musim kemarau, penyemprotan tomat dilakukan lima hari sekali, namun ketika musim hujan yang ekstrim bisa
sampai dua hari sekali. Sedangkan cabai merah, pada musim kemarau pemyemprotan dilakukan enam hingga tujuh hari sekali dan musim hujan yang
ekstrim bisa mencapai tiga hari sekali. Obat yang digunakan oleh petani responden ketika melakukan penyemprotan antara lain insectisida, fungisida, Zat
Pengatur Tumbuh ZPT, dan perekat. Obat yang banyak digunakan oleh petani responden bersifat sistemik artinya ketika obat-obatan tersebut disemprotkan pada
tanaman tomat ataupun cabai merah, maka akan langsung didistribusikan ke seluruh sistem pembuluh pada tanaman.
Para petani di Desa Perbawati sebagian besar menggunakan mulsa karena menurut mereka hal ini dapat mengurangi pencucian unsur-unsur pupuk kandang,
ponsca, dan kapur oleh air ketika terjadi hujan sehingga penggunaan pupuk dan kapur sama, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau. Selain itu juga
dapat menjaga kelembaban suhu tanah dan dapat mengurangi pertumbuhan gulma seperti rumput-rumput akibatnya mengurangi kegiatan penyiangan yang dilakukan
oleh para pekerja. Pada umumnya, para petani dapat menggunakan mulsa untuk lebih dari satu kali tanam.
Tenaga kerja di Perbawati berasal dari Desa Perbawati itu sendiri dan juga berasal dari desa tetangga seperti Desa Karawang. Tenaga kerja tersebut bersifat
tetap artinya mereka akan bekerja pada satu pengelola lahan ataupun mandor sehingga tidak bisa pindah ke pengelola lahan atau mandor yang lainnya. Baik
tenaga kerja laki-laki maupun tenaga kerja perempuan bekerja lima jam dalam sehari dengan upah Rp 12.000,00 untuk tenaga kerja perempuan dan Rp
20.000,00 untuk tenaga kerja laki-laki. Besarnya upah yang diterima oleh pekera peremuan dan laki-laki berbeda, hal ini terjadi karena jenis pekeraan yang
dilakukan oleh pekera laki-laki cenderung lebih berat dibandingkan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja perempuan.
8.5 Struktur Pendapatan Usahatani Tomat dan Cabai Merah di Desa