Persepsi Masyarakat terhadap Pelestarian Kawasan Sekitar Kebun

15-20 tahun, 13,3 tinggal 11-15 tahun, 10 tinggal 5-10 tahun dan 6,7 tinggal kurang dari 5 tahun. Pengetahuan masyarakat tentang istilah kawasan penyangga terbilang sangat kurang. Hanya 20 responden yang mengetahui tentang istilah tersebut, 50 hanya mengetahui sedikit dan 30 tidak mengetahui sama sekali istilah tersebut. Hal ini terbilang wajar karena memang istilah kawasan penyangga dalam lingkup sejarah masih sangat awam didengar oleh masyarakat umum. Adapun pengetahuan mereka akan kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sebagai kawasan penyangga pun masih kurang. Hanya 26,7 responden yang tahu tentang hal tesebut. 50 mengetahui sedikit dan 23,3 tidak mengetahui. Akan tetapi untuk penetapan Bogor sebagai Kota Pusaka, sebanyak 50 responden sudah mengetahui hal tersebut walaupun sekitar 13,3 belum mengetahui nya namun sebanyak 36,7 mengetahui sedikit. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialiasi pemerintah terhadap Kota Pusaka baik secara aksi nyata maupun dari media. Selain pengetahuan terhadap istilah dan penetapan Kota Bogor tersebut, pengetahuan masyarakat terhadap sejarah perkembangan kawasan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnnya menjadi aspek penting guna menunjang keterlibatan masyarakat dalam pelestarian lanskap sejarah. Hasil wawancara menyatakan sebanyak 40 responden mengetahui sejarah kawasan ini, sedangkan 50 hanya mengetahui sedikit dan 10 tidak tahu. Pengetahuan tentang sejarah kawasan tersebut menurut responden di diperoleh dari cerita turun temurun orang tua dan media internet. Pengetahuan yang berbeda-beda tersebut tidak mempengaruhi persepsi masyarakat, sebanyak 100 responden sepakat bahwa kawasan ini bernilai sejarah dan memiliki budaya yang khas jika dibandingkan dengan kawasan lain yang ada di Kota Bogor. Masyarakat menyatakan bahwa kawasan ini telah mengalami perubahan sementara hanya 6,7 yang menyatakan bahwa kawasan ini tidak banyak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi antara lain terkait dengan perubahan lingkungan atau lanskap kawasan 53,3 yang awalnya lahan terbuka menjadi area permukiman atau yang awalnya permukiman kini menjadi area perdagangan, perubahan alih fungsi bangunan tinggal menjadi toko 33,3, perubahan jumlah masyarakat dengan adanya anggota masyarakat baru 6,7 serta perubahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan masyarakat sekitar 6,7. Sejarah kawasan sekitar Kebun Raya Bogor yang dahulunya merupakan kawasan permukiman eropa masih dapat dirasakan hingga saat ini. Sebanyak 76,7 responden berpendapat bahwa kawasan ini masih memiliki karakteristik permukiman kolonial eropa. Namun sebanyak 16,7 responden berpendapat bahwa kawasan ini merupakan kawasan permukiman sunda dan 6,7 lainnya berpendapat bahwa kawasan ini merupakan permukiman yang heterogen. Sebagian masyarakat masih dapat merasakan nuansa permukiman kolonial 50 pada kawasan ini dan sebagian lagi 50 sudah tidak dapat lagi merasakannya. Elemen-elemen sejarah yang berada di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dapat berperan sebagai sebuah penciri atau landmark dari kawasan ini. Sebanyak 73,3 responden mengatakan bahwa landmark dari kawasan ini adalah arsitektur bangunan yang khas, 13,3 mengatakan pertokoan, 6,7 mengatakan pola sirkulasi, 3,3 mengatakan taman dan 3,3 sisanya mengatakan perkantoran. Keberadaan bangunan-bangunan kuno disekitar kawasan permukiman perlu diperhatikan. Masyarakat sekitar khususnya yang tinggal di dekat bangunan- bangunan bersejarah harus disadarkan akan pentingnya bangunan-bangunan tersebut agar dapat membantu memelihara lingkungan sekitarnya. Berikut adalah pendapat masyarakat kawasan sekitar Kebun Raya Bogor terjadap eksistensi bangunan disekitar permukimannya Tabel 22. Tabel 22 Pendapat masyarakat kawasan sekitar Kebun Raya Bogor terhadap eksistensi bangunan kuno di sekitarnya No Pendapat Masyarakat Frekuensi orang Presentase 1. Citra bangunan kuno Indah 25 83,3 Tidak Indah 5 16,7 Unik 27 90 Tidak Unik 3 10 2. Jumlah bangunan kuno di kawasan penyangga Kebun Raya Bogor Masih cukup banyak 10 33,3 Sedikit 20 66,7 3. Nilai bangunan kuno bagi masyarakat kawasan penyangga Kebun raya Bogor Fungsional 24 80 Tidak Fungsional 6 20 Membanggakan 27 90 Tidak membanggakan 3 10 Budaya tinggi 28 93,3 Tidak bernilai budaya 2 6,7 Sejarah tinggi 28 93,3 Tidak bernilai sejarah 2 6,7 Persepsi masyarakat tentang kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sangat beragam. Namun untuk kegiatan pelestarian, 100 masyarakat menyatakan sangat setuju apabila kawasan ini beserta elemen yang berada didalamnya untuk dilestarikan. Akan tetapi, dalam kontribusinya masyarakat yang mendukung dengan menyumbangkan tenaga dan masyarakat yang mendukung secara pasif memiliki jumlah yang sama yaitu sebesar 30. Sebanyak 23,3 masyarakat mendukung dengan pikiran, 3,3 dengan finansial dan 13,3 mendukung dengan menyumbang pikiran, tenaga, dan finansial. Terkait dengan program Kota Pusaka, masyarakat 100 setuju dengan penetapan Kota Bogor sebagai Kota Pusaka karena peninggalan sejarah yang terdapat di Kota Bogor ini sangat kental. a. Pengunjung kawasan sekitar Kebun raya Bogor Pengunjung yang menjadi responden pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor berasal dari beberapa kecamatan di kota Bogor. Diantaranya dari Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Selatan dan Bogor Utara. Responden terdiri dari 25 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Sebanyak 25 orang dengan kategori umur 18-22 tahun, 4 orang dengan kategori 23-30 tahun dan 1 orang dengan kategori umur 41-50 tahun. Pekerjaan pengunjung bermacam-macam, sebanyak 25 orang pengunjunng adalah mahasiswa, 1 orang karyawan swasta, 1 orang PNS, dan 4 orang dengan jenis pekerjaan lain. Pendidikan terakhir masyarakat rata-rata adalah lulusan SMA sebanyak 18 orang, 10 orang lulusan sarjana, 2 orang lulusan D3. Sebanyak 90 responden melakukan kegiatan wisata, kuliner, dan hanya sekedar jalan-jalan pada kawasan ini. Sedangkan 6,7 responden datang ke kawasan ini untuk bekerja dan 3,3 repsonden datang ke kawasan ini untuk melakukan kegiatan olah raga. Adapun frekuensi kunjungan masing-masing responden berbeda-beda, sebanyak 67,7 responden mengunjungi kawasan ini lebih dari 10 kali, 13,3 sebanyak 5-10 kali, dan 10 kurang dari 5 kali. Waktu kunjungan repsonden ke kawasan sekitar Kebun Raya Bogor ini terkait dengan aktivitas yang dilakukannya. Sebanyak 43,4 menyatakan berkunjung ke kawasan ini pada hari kerja, 40 pada akhir pekan, dan 16,7 pada hari lainnya. Pengetahuan pengunjung tentang istilah kawasan penyangga cukup baik. Sebanyak 60 pengunjung yang merupakan mahasiswa menyatakan mengetahui tentang istilah tersebut. Sedangkan 40 nya hanya mengetahui sedikit. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang kawasan sekitar Kebun Raya Bogor yang merupakan kawasan penyangga. Sebanyak 60 responden mengetahui bahwa kawasan ini merupakan kawasan penyangga dari Kebun Raya Bogor. Namun 30 responden hanya mengetahui sedikit dan 10 nya tidak mengetahui hal tersebut. Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentang Kota Pusaka, hanya 50 dari responden yang mengetahui bahwa Kota Bogor telah ditetapkan sebagai Kota Pusaka. 33,3 nya hanya mengetahui sedikit dan 16,7 tidak mengetahuinya. Alasan mereka sama yakni masih kurangnya sosialisasi pemerintah Kota Bogor terkait Kota Pusaka. Frekuensi kunjungan responden ke kawasan sekitar Kebun Raya Bogor ini tidak lantas membuat mereka mengetahui betul sejarah dari kawasan ini. Hanya 13,3 responden yang mengetahui tentang sejarah kawasan ini yang mereka dapatkan dari cerita turun temurun. Sebanyak 73,3 hanya mengetahui sedikit dari mata kuliah yang pernah diajarkan atau dari internet dan 13,3 tidak mengetahui sama sekali sejarahnya. Perbedaan pengetahuan pengunjung terhadap sejarah kawasan sekitar Kebun Raya Bogor tidak mempengaruhi persepsi pengunjung, sebanyak 96,7 responden sepakat bahwa kawasan ini bernilai sejarah dan memiliki budaya yang khas jika dibandingan dengan kawasan lain di Kota Bogor. Adapun perubahan yang terjadi di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dapat dirasakan juga oleh pengunjung. Sebanyak 80 responden menyatakan bahwa kawasan ini telah banyak mengalami perubahan dan hanya 20 yang menyatakan bahwa kawasan ini tidak banyak mengalami perubahan. Sebanyak 60 responden menyatakan perubahan yang paling menonjol terlihat dari lingkungan atau lanskap kawasan yang dahulu merupakan lahan terbuka kini menjadi area permukiman atau yang dahulu area permukiman sekarang menjadi area perdagangan. Sebanyak 23,3 responden lainnya menyatakan perubahan terlihat dari alih fungsi bangunan yang awalnya rumah tinggal menjadi toko atau café dan 16,7 menyatakan perubahan terlihat dari sarana dan prasana yang menunjang kehidupan masyarakat. Pengunjung kawasan sekitar Kebun Raya Bogor 100 sepakat menyatakan bahwa kawasan ini memiliki karakteristik dominan, yaitu permukiman kolonial. Sebanyak 66,7 responden menyatakan masih dapat merasakan nuansa permukiman kolonial dan 33,3 menyatakan sudah tidak dapat merasakan nuansa tersebut. Bagi pengunjung, elemen lanskap sejarah di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor ini berperan sebagai penciri atau landmark kawasan. Sebanyak 90 responden menyatakan bahwa landmark dari kawasan ini adalah arsitektur bangunan yang khas, sedangkan 6,7 menyatakan pertokoan sebagai landmark dan 3,3 menyatakan perkantoran sebagai landmark. Pengunjung kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sudah selayaknya diberikan sosialisasi mengenai pentingnya bangunan kuno di suatu kawasan bersejarah agar bangunan tersebut dapat tejaga dengan baik dan dapat dijadikan sebagai objek pendidikan. Berikut adalah pendapat pengunjung terhadap eksistensi bangunan kuno yang terdapat di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor Tabel 23. Tabel 23 Pendapat pengunjung terhadap eksistensi bangunan kuno di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor No Pendapat Pengunjung Frekuensi orang Presentase 1. Citra bangunan kuno Indah 25 83,3 Tidak Indah 5 16,7 Unik 29 96,7 Tidak Unik 1 3,3 2. Jumlah bangunan kuno di kawasan penyangga Kebun Raya Bogor Masih cukup banyak 8 26,7 Sedikit 22 73,3 3. Nilai bangunan kuno bagi masyarakat kawasan penyangga Kebun raya Bogor Fungsional 20 66,7 Tidak Fungsional 11 36,7 Membanggakan 29 96,7 Tidak membanggakan 1 3,3 Budaya tinggi 29 96,7 Tidak bernilai budaya 1 3,3 Sejarah tinggi 30 100 Tidak bernilai sejarah Persepsi pengunjung tentang bangunan kuno di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor beragam, akan tetapi mereka 100 menyatakan bahwa kawasan ini beserta bangunan kuno didalamnya perlu dilestarikan. Pengunjung yang ikut berkontribusi dalam kegiatan pelestarian secara aktif dengan menyumbangkan pikiran sebanyak 16,7, menyumbangkan tenaga sebanyak 3,3, menyumbangkan finansial sebanyak 3,3 dan menyumbangkan baik pikiran, tenaga dan finansial sebanyak 6,7. Namun, sebagian besar pengunjung hanya ikut berkontribusi secara pasif 70. Hal ini perlu diarahkan kembali agar pengunjung dapat berperan aktif dalam kegiatan pelestarian. Dari hasil wawancara secara keseluruhan, baik masyarakat sekitar maupun pengunjung kawasan sekitar Kebun Raya Bogor menyarankan agar program Kota Pusaka di Kota Bogor lebih disosialisasikan lagi. Hal ini bertujuan agar seluruh masyarakat Kota Bogor mengetahui bahwa kota ini masih memiliki peninggalan sejarah yang sangat kental dari masa kerajaan hingga masa kolonial dan sangat perlu dilestarikan guna keberlanjutannya. Selain itu, diperlukan penataan yang lebih baik terhadap elemen-elemen sejarah agar terlihat ciri dari Kota Pusaka. Sudah sepatutnya sebagai masyarakat Kota Bogor, kita bangga dengan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih terjaga hingga saat ini. Selain saran untuk Kota Bogor secara umum, masyarakat sekitar dan pengunjung kawasan menginginkan pemerintah lebih memperketat lagi aturan tentang alih fungsi bangunan serta izin pembangunan agar fasad bangunan dan nilai historis dari elemen-elemen sejarah yang berada di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dapat dipertahankan. Pola sirkulasi serta pola vegetasi pada kawasan ini juga dipertahankan agar unsur sejarahnya semakin kuat. 4.6. Pengelolaan Kawasan Sekitar Kebun Raya Bogor Pengelolaan kawasan beserta elemen sejarah pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dikelola oleh masing-masing instansi terkait yang berada pada masing-masing sub zona tersebut. Adapun satuan kerja perangkat daerah SKPD yang bertanggung jawab adalah Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendidikan, dan KelurahanKecamatan pada zona tersebut. Bangunan-bangunan yang merupakan Benda Cagar Budaya BCB dan Benda Bukan Cagar Budaya Non BCB yang berjenis rumah tinggal dikelola oleh pemilik dan untuk bangunan-bangunan publik dikelola oleh masing-masing instansi baik pemerintah maupun swasta. Kondisi dari masing-masing elemenbangunan tersebut rata-rata masih dalam keadaan yang baik dan sangat terawat. Menurut bappeda Kota Bogor, tidak terdapat suatu kegiatan pengelolaan yang spesifik dilakukan terhadap kawasan ini, kecuali terdapat bangunan sekolah atau museum. Dalam Perda No. 8 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor, pada kawasan ini dilakukan sistem insentif dan disinsentif yaitu pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. Insentif pada kawasan ini diberikan apabila pemilik dapat bekerja sama dalam menjaga bangunanelemen sejarah agar tetap terjaga keutuhan dan keasliannya. Dengan kata lain, insentif dan disinsentif ini dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu pemilik dan pemerintah. Adapun langkah pelestarian dan intesitas waktu pengelolaan dilakukan pada waktu yang tidak ditentukan, tergantung kondisi elemenbangunan pada saat itu. Saat ini, kegiatan pengelolaan yang dilakukan hanya sebatas pemeliharaan aspek fisik bangunan berupa pengecetan dan pemugaran.

4.7 Rekomendasi Tindakan Pelestarian Kawasan Sekitar Kebun Raya

Bogor Tindakan pelestarian disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap kondisi elemen, keaslian dan keunikanya. Didapatkan tiga kategori berdasarkan hasil penilaian yaitu sub zona dengan nilai tinggi, sedang dan rendah. Berikut adalah tindakan pelestarian yang dilakukan terhadap masing-masing sub zona: 1. Sub zona dengan nilai tinggi Sub zona yang memiliki nilai komposit tinggi yaitu sub zona A1, A2, dan A4. Nilai tinggi pada ketiga sub zona terlihat dengan masih terdapatnya landmark bangunan arsitektur kolonial serta kesejarahanya yang tinggi. Ketiga sub zona ini juga mendapat dukungan dari masyarakat sekitar dan pengunjung untuk melestarikan ketiga sub zona ini. Namun, kebanyakan masyarakat tidak mengetahui bahwa ketiga sub zona ini termasuk dalam salah satu tatanan Kota Pusaka di Bogor. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi tentang Kota Pusaka pada ketiga sub zona ini sehingga masyarakat dapat mengetahui sejarahnya dan ikut menjaga ketiga sub zona ini. Sosialisasi dilakukan dengan membuat promosi di beberapa titik di tiap sub zona berupa papan interpretasi guna memberikan informasi tentang Kota Pusaka Gambar 47. Pembuatan legalitas hukum dan ketentuan-ketentuan perihal konservasi pelestarian kawasan juga dibutuhkan dalam upaya konservasi pada ketiga sub zona ini. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah pendanaan pelestarian yang melibatkan masyarakat dalam sistem pelestarian dengan didukung oleh kegiatan pendampingan dari pihak pemerintah. Gambar 47 Ilustrasi Papan Interpretasi Tindakan pelestarian khusus dilakukan berbeda-beda pada ketiga sub zona, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tiap sub zona tersebut. Tindakan pelestarian yang dilakukan terhadap sub zona A2 dan A4 adalah preservasi, sedangkan sub zona A1 dilakukan konservasi. Tindakan pelestarian yang dilakukan terhadap sub zona A1 adalah konservasi. Konservasi ini dilakukan guna mencegah bertambahnya kerusakan pada sub zona A1. Upaya konservasi dilakukan dengan perbaikan fisik dan biofisik serta pemugaran pada elemen-elemen yang rusak agar mendekati asli untuk meningkatkan karakteristik dan integritasnya. Perbaikan fisik pada sub zona A1 adalah dengan cara perbaikan jalur pedestrian dengan pola formal pada depan deretan ruko di sepanjang jalan Sudirman. Selain itu dilakukan perbaikan fasad bangunan ruko bergaya kolonial guna meningkatkan karakteristiknya. Perbaikan biofisik dilakukan dengan cara penataan dan penanaman vegetasi dengan pola formal, yaitu palem raja Roystonia regia guna memperkuat aksis dan kesan monumental pada sub zona A1. Pada sub zona A1 terdapat ruang publik yang