Analisis Penilaian Kondisi Elemen dan Nilai Signifikansi Sejarah

Tabel 20 Nilai keunikan lanskap kawasan sekitar Kebun Raya Bogor No Sub Zona Kriteria Total Skor Kategori Asosiasi Kesejarahan Keragaman yang berbeda Kualitas Estetik Integritas 1 A1 54 48 49 52 203 Tinggi 2 A2 56 40 50 52 198 Tinggi 3 A3 50 49 47 47 193 Sedang 4 A4 52 48 51 55 206 Tinggi 5 B1 60 44 46 44 194 Sedang 6 B2 48 46 41 45 180 Rendah 7 B3 43 43 46 45 177 Rendah 8 B4 49 47 46 46 188 Sedang Keterangan: Rendah skor 177-186,67, Sedang skor 186,68-196,35, Tinggi skor 196,36-206 Hasil kuisioner penilaian keaslian menghasilkan dua kategori yaitu nilai tinggi dan sedang. Sub zona yang memiliki kategori nilai tinggi adalah sub zona A2. Sub zona lainnya yaitu A1, A3, A4, B1 dan B2 memiliki nilai keaslian sedang, sedangkan sub zona B3 dan B4 memiliki skor rendah. Adapun hasil kuisioner dari penilaian keunikan, sub zona A1, A2 dan A4 memiliki nilai keunikan tinggi. Sub zona A3, B1 dan B4 memiliki nilai keaslian yang sedang, sedangkan sub zona B2 dan B3 memiliki nilai dengan kategori rendah. Dari hasil ketiga penilaian tersebut, dihasilkan nilai komposit yang merupakan nilai gabungan dari penilaian kondisi elemen, penilaian keaslian dan penilaian keunikan. Hasil nilai komposit dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Nilai komposit lanskap kawasan sekitar Kebun Raya Bogor No Sub Zona Total Skor Kondisi Elemen Total Skor Keaslian Total Skor Keunikan Total Skor Kategori 1 A1 93 141 203 437 Tinggi 2 A2 99 155 198 452 Tinggi 3 A3 91 144 193 428 Sedang 4 A4 94 141 206 441 Tinggi 5 B1 92 142 194 428 Sedang 6 B2 86 141 180 407 Rendah 7 B3 86 133 177 396 Rendah 8 B4 87 133 188 408 Rendah Keterangan: Rendah skor 396-414,67, Sedang skor 414,68-433,35, Tinggi skor 433,36-452 Hasil nilai komposit menghasilkan tiga kategori yaitu nilai tinggi, sedang dan rendah. Sub zona A1, A2 dan A4 memiliki nilai dengan kategori tinggi. Sub zona A3 dan B1 memiliki nilai dengan kategori sedang, sedangkan sub zona B2, B3 dan B4 mendapatkan nilai dengan kategori rendah. Penilaian ini menghasilkan peta komposit yang dapat dilihat pada Gambar 44. Gambar 44 Peta Penilaian Komposit Kawasan Sekitar Kebun Raya Bogor 1. Sub Zona A1 Berdasarkan hasil kuisioner dan pengamatan, nilai komposit pada sub zona A1 menghasilkan nilai tinggi. Kondisi elemen pada sub zona ini sebagian besar dalam kondisi terawat dan kondisi lanskap nya mencerminkan kesatuan lanskap sejarah masa kolonial yang kuat. Walaupun sub zona A1 sebagian telah mengalami perubahan penggunaan lahan, akan tetapi pola sirkulasinya tidak mengalami perubahan dan karakternya masih asli Gambar 45. Bangunan pada sub zona ini walaupun mengalami asimilasi struktur, tetapi tetap mewakili karakter kolonial. Selain itu, dari segi kesejarahannya, sub zona A1 memiliki hubungan yang kuat dengan kesejarahan masa kolonial. Hal ini karena sub zona A1 dahulunya merupakan jalan Postweg yang merupakan jalur utama transportasi dan juga jalan utama menuju Bogor. Dilihat dari karakter, struktur dan fungsi elemennya, sub zona A1 memiliki integritas yang tergolong kuat. Gambar 45 Sirkulasi Jalan Sudirman Dulu dan Sekarang sumber: Disbudpar 2015 2. Sub Zona A2 Nilai komposit pada sub zona A2 dihasilkan nilai dengan kriteria tinggi. Hal ini karena selain sub zona A2 berada di Jalan Sudirman yang dahulu nya merupakan Jalan Postweg, sub zona A2 juga merupakan kawasan militer yang sudah dibangun sejak masa kolonial dan masih sama fungsi nya hingga saat ini sehingga hubungan kesejarahannya serta integritas nya kuat. Selain itu, kondisi elemen pada sub zona ini dalam keadaan yang sangat baik serta kondisi lanskap nya mencerminkan kesatuan lanskap masa kolonial yang kuat. Bangunan pada sub zona A2 pun tidak mengalami perubahan secara fisik. 3. Sub Zona A3 Sesuai dengan hasil kuisioner dan pengamatan, nilai komposit pada sub zona A3 menghasilkan nilai sedang. Pada sub zona A3 yang merupakan kawasan permukiman, kondisi elemen bangunan dalam keadaan yang sangat baik dan bangunanya pun sebagian besar tidak mengalami perubahan. Pola penggunaan lahan terjadi sedikit perubahan karena awalnya sub zona A3 berfungsi sebagai kawasan permukiman namun saat ini sebagian menjadi kawasan komersil. Dari segi kesejarahannya, sub zona A3 memiliki hubungan yang lemah dengan kesejarahan Bogor masa kolonial. Hal ini membuat integritas pada kawasan ini kurang kuat. Tahun 1870 Tahun 2015 4. Sub Zona A4 Berdasarkan hasil kuisioner dan pengamatan, nilai komposit pada sub zona A4 menghasilkan nilai tinggi. Sub zona ini sebagian besar mencerminkan satu kesatuan lanskap sejarah masa kolonial yang kuat. Hal ini karena pada masa kolonial, di sekitar kawasan ini banyak terdapat bangunan-bangunan penting penting pemerintahan yang masih ada hingga saat ini. Pola penggunaan lahanya pun tidak mengalami perubahan karena hingga saat ini, sub zona A4 merupakan kawasan pemerintahan. Selain itu, Jalan Juanda juga dahulunya merupakan jalan Postweg yang pola sirkulasinya tidak mengalami perubahan dan membuat sub zona ini memiliki hubungan kesejarahan dengan masa kolonial yang kuat. Kondisi elemen pada sub zona A4 juga dalam kondisi yang sangat baik dan bangunannya tidak mengalami perubahan sehingga sangat mewakili gaya arsitektur masa kolonial. Dilihat dari karakter, struktur dan fungsi elemennya, sub zona A4 memiliki integritas yang tergolong kuat. 5. Sub Zona B1 Berdasarkan hasil kuisioner, nilai komposit pada sub zona B1 menghasilkan nilai sedang. Sub zona B1 menurut pengamatan langsung, kondisi elemennya dalam keadaan yang sangat terawat serta elemenbangunan tidak mengalami perubahan penggunaan lahan karena hingga saat ini, sebagian besar bangunan-bangunan yang ada masih memiliki fungsi yang sama walaupun terdapat beberapa yang sudah alih fungsi. Untuk pola sirkulasi pada sub zona B1 relatif tidak mengalami perubahan. Dilihat dari segi kesejarahannya sub zona B1 memiliki hubungan yang kuat dengan kesejarahan Kota Bogor masa kolonial akan tetapi integritas kawasannya kurang kuat. 6. Sub Zona B2 Dilihat dari nilai komposit, sub zona B2 memiliki kategori nilai rendah. Walaupun memiliki kategori nilai rendah, kondisi elemen pada sub zona B2 tergolong dalam keadaan yang baik. Kondisi lanskap pada sub zona B2 masih mempunyai bagian-bagian yang mencerminkan kesatuan lanskap sejarah, tetapi pada bagian lainnya kondisinya tidak mendukung salah satu contohnya yaitu adanya bangunan Bogor Trade Mall BTM yang tidak mencerminkan satu kesatuan lanskap kolonial. Hal ini membuat integritas sub zona B2 menjadi kurang kuat. Untuk pola penggunaan lahan tidak mengalami perubahan karena sejak jaman kolonial sub zona ini memang berfungsi sebagai pusat perdagangan walaupun terdapat beberapa bangunan pemerintahan. 7. Sub Zona B3 Dipandang dari hasil kuisioner dan pengamatan langsung, sub zona B3 memiliki nilai dengan kategori rendah. Dilihat dari segi kesejarahan, sub zona B3 memiliki hubungan yang lemah dengan kesejarahan Bogor di masa kolonial. Walaupun sub zona B3 memiliki fasad dan struktur bangunan yang mencirikan nuansa kolonial yang kuat, namun integritas kesejarahan antar elemen kurang kuat. 8. Sub Zona B4 Berdasarkan hasil kuisioner, nilai komposit pada sub zona B4 menghasilkan nilai rendah. Walaupun sebagian besar penggunaan lahan di sub zona B4 sudah mengalami perubahan sebanyak 25-50 , akan tetapi karakter dan struktur bangunannya tidak mengalami perubahan sehingga masih mewakili gaya arsitektur kolonial. Salah satu contoh karakter dan struktur bangunan yang mewakili gaya kolonial dapat dilihat pada Gambar 46. Dari aspek kesejarahannya, sub zona B4 memiliki hubungan yang kurang kuat dengan kesejarahan Kota Bogor di masa kolonial karena pengembangan pembangunan kawasan sub zona B4 ini dilakukan sekitar tahun 1920-1946 yang mendekati periode kemerdekaan. Gambar 46 Bangunan IPB Pasca Sarjana Dulu dan Sekarang Sumber: Disbudpar 2015 dan Dokumentasi Pribadi 2015

4.5. Persepsi Masyarakat terhadap Pelestarian Kawasan Sekitar Kebun

Raya Bogor Dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan lanskap bersejarah, masyarakat merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu dilakukan wawancara kepada masyarakat guna mengetahuin persespsi dan keinginan mereka terhadap kawasan sekitar Kebun Raya Bogor. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner terhadap 60 responden yang terdiri dari 30 responden masyarakat yang bermukim di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dan 30 responden pengunjung kawasan. Hasil wawancara ini selanjutnya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan pelestarian kawasan ini. a. Masyarakat kawasan sekitar Kebun Raya Bogor Masyarakat yang menjadi responden terdiri dari 12 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Sebanyak 6 orang dengan kategori umur 18-22 tahun dan 23-30 tahun, 4 orang dengan kategori umur 31-40 tahun, 5 orang dengan kategori umur 41-50 tahun, 7 orang dengan kategori umur 51-60 tahun dan 1 orang dengan kategori umur 60 tahun. Pekerjaan masyarakat bermacam-macam, sebanyak 11 orang merupakan pedagang, 8 orang karyawan swasta, 5 orang pelajar, 4 orang PNS, dan 3 orang dengan jenis pekerjaan lain. Pendidikan terakhir masyarakat rata-rata adalah lulusan SMA sebanyak 15 orang, 8 orang lulusan sarjana, 4 orang lulusan D3 dan 3 orang lulusan SMP. Sebagian besar masyarakat telah bermukim lama di kawasan ini. Sebanyak 33,3 sudah tinggal lebih dari 30 tahun , 20 tinggal 20-30 tahun, 16,7 tinggal 15-20 tahun, 13,3 tinggal 11-15 tahun, 10 tinggal 5-10 tahun dan 6,7 tinggal kurang dari 5 tahun. Pengetahuan masyarakat tentang istilah kawasan penyangga terbilang sangat kurang. Hanya 20 responden yang mengetahui tentang istilah tersebut, 50 hanya mengetahui sedikit dan 30 tidak mengetahui sama sekali istilah tersebut. Hal ini terbilang wajar karena memang istilah kawasan penyangga dalam lingkup sejarah masih sangat awam didengar oleh masyarakat umum. Adapun pengetahuan mereka akan kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sebagai kawasan penyangga pun masih kurang. Hanya 26,7 responden yang tahu tentang hal tesebut. 50 mengetahui sedikit dan 23,3 tidak mengetahui. Akan tetapi untuk penetapan Bogor sebagai Kota Pusaka, sebanyak 50 responden sudah mengetahui hal tersebut walaupun sekitar 13,3 belum mengetahui nya namun sebanyak 36,7 mengetahui sedikit. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialiasi pemerintah terhadap Kota Pusaka baik secara aksi nyata maupun dari media. Selain pengetahuan terhadap istilah dan penetapan Kota Bogor tersebut, pengetahuan masyarakat terhadap sejarah perkembangan kawasan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnnya menjadi aspek penting guna menunjang keterlibatan masyarakat dalam pelestarian lanskap sejarah. Hasil wawancara menyatakan sebanyak 40 responden mengetahui sejarah kawasan ini, sedangkan 50 hanya mengetahui sedikit dan 10 tidak tahu. Pengetahuan tentang sejarah kawasan tersebut menurut responden di diperoleh dari cerita turun temurun orang tua dan media internet. Pengetahuan yang berbeda-beda tersebut tidak mempengaruhi persepsi masyarakat, sebanyak 100 responden sepakat bahwa kawasan ini bernilai sejarah dan memiliki budaya yang khas jika dibandingkan dengan kawasan lain yang ada di Kota Bogor. Masyarakat menyatakan bahwa kawasan ini telah mengalami perubahan sementara hanya 6,7 yang menyatakan bahwa kawasan ini tidak banyak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi antara lain terkait dengan perubahan lingkungan atau lanskap kawasan 53,3 yang awalnya lahan terbuka menjadi area permukiman atau yang awalnya permukiman kini menjadi area perdagangan, perubahan alih fungsi bangunan tinggal menjadi toko 33,3, perubahan jumlah masyarakat dengan adanya anggota masyarakat baru 6,7 serta perubahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan masyarakat sekitar 6,7. Sejarah kawasan sekitar Kebun Raya Bogor yang dahulunya merupakan kawasan permukiman eropa masih dapat dirasakan hingga saat ini. Sebanyak 76,7 responden berpendapat bahwa kawasan ini masih memiliki karakteristik permukiman kolonial eropa. Namun sebanyak 16,7 responden berpendapat bahwa kawasan ini merupakan kawasan permukiman sunda dan 6,7 lainnya berpendapat bahwa kawasan ini merupakan permukiman yang heterogen. Sebagian masyarakat masih dapat merasakan nuansa permukiman kolonial 50 pada kawasan ini dan sebagian lagi 50 sudah tidak dapat lagi merasakannya. Elemen-elemen sejarah yang berada di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dapat berperan sebagai sebuah penciri atau landmark dari kawasan ini. Sebanyak 73,3 responden mengatakan bahwa landmark dari kawasan ini adalah arsitektur bangunan yang khas, 13,3 mengatakan pertokoan, 6,7 mengatakan pola sirkulasi, 3,3 mengatakan taman dan 3,3 sisanya mengatakan perkantoran.