Rekomendasi Tindakan Pelestarian Kawasan Sekitar Kebun Raya
                                                                                1. Sub zona dengan nilai tinggi
Sub zona yang memiliki nilai komposit tinggi yaitu sub zona A1, A2, dan A4. Nilai tinggi pada ketiga sub zona terlihat dengan masih terdapatnya landmark
bangunan arsitektur kolonial serta kesejarahanya yang tinggi. Ketiga sub zona ini juga  mendapat  dukungan  dari  masyarakat  sekitar  dan  pengunjung  untuk
melestarikan  ketiga  sub  zona  ini.  Namun,  kebanyakan    masyarakat  tidak mengetahui  bahwa  ketiga  sub  zona  ini  termasuk  dalam  salah  satu  tatanan  Kota
Pusaka di Bogor. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi tentang Kota Pusaka pada ketiga  sub  zona  ini  sehingga  masyarakat  dapat  mengetahui  sejarahnya  dan  ikut
menjaga  ketiga  sub  zona  ini.  Sosialisasi  dilakukan  dengan  membuat  promosi  di beberapa  titik  di  tiap  sub  zona  berupa  papan  interpretasi  guna  memberikan
informasi  tentang  Kota  Pusaka  Gambar  47.  Pembuatan  legalitas  hukum  dan ketentuan-ketentuan  perihal  konservasi  pelestarian  kawasan  juga  dibutuhkan
dalam  upaya  konservasi  pada  ketiga  sub  zona  ini.  Upaya  lain  yang  dapat dilakukan    adalah  pendanaan  pelestarian  yang  melibatkan  masyarakat  dalam
sistem  pelestarian  dengan  didukung  oleh  kegiatan  pendampingan  dari  pihak pemerintah.
Gambar 47 Ilustrasi Papan Interpretasi Tindakan  pelestarian  khusus  dilakukan  berbeda-beda  pada  ketiga  sub
zona, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tiap sub zona tersebut. Tindakan pelestarian  yang  dilakukan  terhadap  sub  zona  A2  dan  A4  adalah  preservasi,
sedangkan sub zona A1 dilakukan konservasi.
Tindakan  pelestarian  yang  dilakukan  terhadap  sub  zona  A1  adalah konservasi.  Konservasi  ini  dilakukan  guna  mencegah  bertambahnya  kerusakan
pada  sub  zona  A1.  Upaya  konservasi  dilakukan  dengan  perbaikan  fisik  dan biofisik  serta  pemugaran  pada  elemen-elemen  yang  rusak  agar  mendekati  asli
untuk meningkatkan karakteristik dan integritasnya. Perbaikan fisik pada sub zona A1 adalah dengan cara perbaikan jalur pedestrian dengan pola formal pada depan
deretan  ruko  di  sepanjang  jalan  Sudirman.  Selain  itu  dilakukan  perbaikan  fasad bangunan  ruko  bergaya  kolonial  guna  meningkatkan  karakteristiknya.  Perbaikan
biofisik  dilakukan  dengan  cara  penataan  dan  penanaman  vegetasi  dengan  pola formal,  yaitu  palem  raja  Roystonia  regia  guna  memperkuat  aksis  dan  kesan
monumental  pada  sub  zona  A1.  Pada  sub  zona  A1  terdapat  ruang  publik  yang
dikenal  dengan  Air  Mancur  yang  sudah  kehilangan  karakteristiknya.  Untuk meningkatkan  karakteristik  tersebut,  dilakukan  perbaikan  desain  dan  pemberian
batas berupa pagar untuk mengurangi intensitas pengunjung.
Preservasi pada sub zona A2 dan A4 dilakukan dengan pemeliharaan dan mengurangi  campur tangan  manusia sehingga  elemenbangunan  yang terdapat  di
sub zona A2 dan A4 tidak mengalami perubahan secara fisik.  Pada sub zona A2 dan  A4  perbaikan  fisik  berupa  perbaikan  jalur  pedestrian  dan  biofisik  berupa
penataan  vegetasi  sudah  dilakukan  oleh  pihak  pemerintah.  Upaya  yang direkomendasikan pada sub zona A2 dan A4 adalah pemeliharaan secara intensif
pada  elemen  fisik  dan  biofisik.  Pada  elemen  fisik  berupa  bangunan  dilakukan pengecatan  dan  perbaikan  infrastruktur  dengan  tetap  mempertahankan  karakter
aslinya. Pada elemen biofisik, dilakukan pemangkasan vegetasi secara rutin.
2. Sub zona dengan nilai sedang
Sub  zona  yang  memiliki  nilai  komposit  sedang  yaitu    A3  dan  B1. Tindakan  pelestarian  yang  dilakukan  terhadap  kedua  sub  zona  ini  adalah
rehabilitasi. Rehabilitasi ini dilakukan untuk memperbaiki lanskap ke arah standar modern  dengan  peningkatan  karakter  ruang  publik  tetapi  tetap  mempertahankan
karakter sejarahnya. Upaya rehabilitasi disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing  sub  zona.  Kedua  sub  zona  tersebut  saat  ini  sebenarnya  masih
memiliki elemenbangunan bernuansa kolonial,  namun  terdapat  beberapa  elemen mengalami  perubahan  fisik  dan  kondisi  lanskapnya.  Meskipun  demikian,
masyarakat di kedua sub zona ini sangat mendukung upaya  pelestariannya. Selain itu, perlu dilakukan sistem intensif bagi para pemilik bangunan bersejarah.
Upaya  rehabilitasi  yang  dilakukan  terhadap  sub  zona  B1  adalah pengembalian  konsep  taman  rumah.  Konsep  taman  rumah  ini  berupa
pengembalian  ruang  terbuka  hijau  RTH.  Dengan  adanya  penyeragaman  RTH akan  membuat  area  permukiman  pada  sub  zona  B1  lebih  teratur  dan  akan
memunculkan kembali karakter hunian lama. Selain itu, pengembalian RTH tidak hanya dilakukan pada pada rumah tinggal saja, melainkan pada bangunan publik
dan perkantoran di sub zona B1dengan cara penanaman secara vertikal.
Pada sub zona A3, upaya rehabilitasi yang dilakukan hampir sama dengan sub  zona  B1.  Akan  tetapi  pengembalian  konsep  taman  pada  sub  zona  ini
dikhususkan  pada  infrastruktur  umum.  Salah  satunya  dengan  menata  ulang  jalur pedestrian  agar  berfungsi  sebagai  mana  fungsinya  serta  penambahan  vegetasi
berupa  pepohonan,  karena  daerah  ini  memang  memiliki  karakter  kuat  berupa pepohonan  kiara  payung  Gambar  48.  Selain  itu,  dilakukan  penataan  atau
relokasi  area  pedagang  kaki  lima  pada  sub  zona  A3  guna  memunculkan karakteristik lama Gambar 49.
Gambar 48 Ilustrasi Pepohonan pada Jalur Pedestrian Sumber: http:manado.tribunnews.com
Gambar 49 Ilustrasi Penataan Area Pedagang Kaki Lima Sumber: http:inovasi.lan.go.id  http:suaramahasiswa.info
3. Sub zona dengan nilai rendah
Sub  zona  yang  memiliki  nilai  komposit  rendah  adalah  B2,  B3,  dan  B4. Tindakan  pelesatarian  yang  dilakukan  terhadap  ketiga  sub  zona  ini  adalah
rehabilitasi. Rehabilitasi ini dengan memperbaiki lanskap ke arah standar modern dengan penataan ruang publik dengan tetap mempertahankan karakter sejarahnya.
Pelaksanaan kembali  sistem intensif  diperlukan bagi  masyarakat  pada ketiga sub zona ini guna melindungi bangunan-bangunan bersejarah terutama pada kawasan
permukinan.  Selain  itu  penerapan  adaptive  use  dikhususkan  untuk  kegiatan berkonsep komersial.
Pada sub zona B2 dilakukan pengaturan tata bangunan karena sub zona ini merupakan kawasan perdagangan. Penataan ruang publik berupa perbaikan trotoar
di  sepanjang  jalan  Otto  Iskandardinata  serta  penambahan  vegetasi  bernuansa kolonial  dengan  tetap  mempertahankan  landuse  untuk  meningkatkan  integritas
sub zona ini. Kemudian pada sub zona B3 dan B4 dilakukan perbaikan fisik untuk meningkatkan  karakter  lanskap  kolonial  yang  telah  memudar  pada  sub  zona  ini
dengan  penambahan  infrastruktur  seperti  pedestrian  dan  penerangan  yang mencirikan kolonial Gambar 50.
Gambar 50 Ilustrasi infrastruktur penerangan
                