Hindu sebanyak 6 orang. Sebagian besar penduduk Desa Ciburuy bermatapencaharian sebagai petani 57,9 persen dengan 14,3 persen penduduk
adalah petani penggarap lahan. Adapun sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Desa Ciburuy Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Jumlah Orang
Persentase Petani pemilik tanah
920 37,6
Petani penggarap tanah 350
14,3 Buruh tani
146 6,0
Pengusaha 14
0,6 Pengrajin
9 0,4
Buruh industri 250
10,2 Buruh home industry
40 1,6
Buruh bangunan 48
2,0 Perkebunan
8 0,3
Bengkel Mobil Motor 28
1,1 Penjahit
4 0,2
Pedagang 250 10,2
Pengemudijasa 289 11,8
Pertukangan 36
1,5 Pegawai Negeri Sipil
24 0,9
TNIPOLRI 32
1,3 Total
2.448 100
Sumber: Data Monografi Desa Ciburuy, 2011
Di sektor pertanian, penduduk di Desa Ciburuy memproduksi beberapa jenis tanaman, ikan, dan ternak. Terdapat jenis ikan mas dengan hasil sebanyak
300 kgtahun, dan ikan mujair sebanyak 500 kgtahun. Jenis ternak yang ada, yaitu domba dengan hasil sebanyak 3.000 kgtahun dari luasan 300 m² dan ayam
pedaging dengan hasil sebanyak 5.000 kgtahun dari luasan 400 m².
4.2. Profil Kampung Ciburuy
Kampung Ciburuy merupakan areal penanaman padi sawah terbesar di Desa Ciburuy. Oleh karena itu, sebagian besar penduduknya memiliki mata
pencaharian di bidang pertanian. Selain itu, ada yang bermatapencaharian sebagai pedagang, pegawai negeri sipil, wiraswasta, pengojek, dan buruh pabrik. Di
kampung ini pun masih terdapat pengangguran yang mayoritas adalah para pemuda laki-laki dikarenakan kesempatan kerja di sektor industri yang lebih
banyak diberikan kepada tenaga kerja perempuan. Di sisi lain, untuk bekerja di sektor pertanian, para pemuda tersebut tidak memiliki lahan, tidak memiliki
pengetahuan dan pengalaman, serta tidak memiliki modal. Ketua Gapoktan dan PPL setempat menyelenggarakan sekolah lapang bagi para pemuda tani secara
berkelanjutan. Menurut Ketua Gapoktan, para pemuda di kampung ini memiliki kemauan
untuk belajar dan memiliki tenaga yang dapat mereka manfaatkan untuk berpartisipasi dalam proses regenerasi di bidang pertanian ini. Beberapa pemuda
tani pun seringkali diberikan kesempatan oleh Ketua Gapoktan dan PPL setempat untuk mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga
pelatihan di luar Kampung Ciburuy. Para pemuda setempat juga banyak yang menjadi pengojek maupun menjadi pekerja di koperasi, dan membuka usaha
budidaya ikan meskipun dengan modal yang relatif kecil. Kampung Ciburuy juga memiliki infrastruktur yang cukup memadai antara
lain jalan desa yang mempermudah proses distribusi hasil pertanian, saung pertemuan Gapoktan Silih Asih Gambar 5, ruang belajar untuk kegiatan
pelatihan, sarana penjemuran dan penggilingan padi, dan pengeringan gabah.
Gambar 5. Kelompok tani sedang diskusi di Saung Pertemuan Seluruh kegiatan kelompok tani, seperti kegiatan pelatihan dan pembinaan
petani maupun kegiatan diskusi dilaksanakan di saung pertemuan yang letaknya sangat dekat dengan kantor Gapoktan Silih Asih. Selain itu, terdapat pula tempat
pengeringan gabah Gambar 6 yang letaknya disamping tempat pembuatan arang sekam.
Gambar 6. Tempat pengeringan gabah Terdapat lokasi pembuatan pupuk kompos, lokasi pembuatan pupuk
organik organic fertilizer atau OFER, gudang beras Gambar 7, gudang pupuk, lokasi penampian beras, gudang dan alat-alat produksi pertanian traktor,
pengukur pH tanah, spryer, kolam-kolam ikan dan areal kandang ternak kambing, gedung koperasi kelompok tani “Lisung Kiwari”, serta 8 tokowarung
yang menjual kebutuhan sehari-hari yang tersebar di sepanjang jalan Kampung Ciburuy ini.
Gambar 7. Gudang penyimpanan beras Koperasi kelompok tani “Lisung Kiwari” Gambar 8 merupakan tempat
yang menyediakan berbagai kebutuhan petani, baik kebutuhan pangan maupun kebutuhan untuk usahatani mereka. Koperasi ini juga menyediakan layanan
pinjaman bagi para petani yang kurang mampu dalam membeli pupuk organic fertilizer
OFER atau benih padi organik.
Gambar 8. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Struktur sosial yang terbagi dalam komunitas petani di Kampung Ciburuy
antara lain petani pemilik lahan, pemilik-penggarap lahan, penggarap lahan, pekerja tetap buruh harian tetap, dan buruh tani buruh harian lepas. Pemilik
lahan sebagian besar berada di luar Kampung Ciburuy, seperti dari Cigombong, Kota Bogor, Jakarta, dan dari perusahaan Bakrie Brothers. Seperti yang terlihat
pada Tabel 5 yang menunjukkan sebaran luas lahan garapan petani di Kampung Ciburuy.
Tabel 5. Sebaran Luas Lahan Garapan Petani di Kampung Ciburuy
Luas Lahan Ha Jumlah Petani Penggarap
Orang Persentase
0,25 69
37,7 0,25 – 0,5
65 35,5
0,5 – 1 42
23,0 1 7
3,8 Total 183
100 Sumber: Data diolah, 2011
Terdapat seorang tokoh masyarakat yang sangat disegani di Kampung Ciburuy, yaitu Pak Haz 79 tahun sebagai Ketua Gapoktan Silih Asih dan
seorang pemilik-penggarap lahan yang memegang kuasa atas kepemilikan lahan yang sangat luas di Kampung Ciburuy. Beliau terkenal dengan sikap
kepemimpinannya yang tinggi, memiliki kemampuan manajerial dan analisis yang sangat baik. Beliau berwawasan luas, cerdas, memiliki ingatan yang kuat, dan
sangat humoris, sehingga berhasil membawa nama kelompoknya menjadi kelompok teladan di tingkat nasional dalam pengembangan lembaga ekonomi
pedesaan di daerahnya. Beliau seringkali diundang dalam pertemuan-pertemuan di
tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi, bahkan luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.
Pak Haz lihat Gambar 9 memiliki dua orang putra yang kini membantu beliau dalam mengelola usaha pertanian di kampung ini. Kang Hks 40 tahun
menjadi ketua Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari” sekaligus bertanggung jawab dalam proses distribusi beras di kampung ini, sedangkan Kang Hps 33
tahun menjadi bendahara. Pak Sum adik Pak Haz menjadi sekretaris koperasi kelompok tani tersebut dan di bawah manajemen “keluarga” ini, maka Koperasi
Kelompok Tani “Lisung Kiwari” dapat dikelola dengan sangat baik dan menjadi teladan di tingkat Kabupaten Bogor.
Gambar 9. Pak Haz Tokoh Masyarakat dan Ketua Gapoktan Silih Asih Selama kurun waktu 35 tahun, sejak beliau mengembangkan kelompok
tani di Kampung Ciburuy tahun 1976 yang lalu, hingga saat ini beliau sudah dikenal luas oleh berbagai lembaga pertanian baik atas nama beliau sendiri
maupun atas nama Gapoktan Silih Asih. Mitra Gapoktan Silih Asih pun semakin meluas, seperti lembaga pemerintahan mulai dari pusat melalui Deptan, propinsi
dan kabupaten melalui Dinas Pertanian, kecamatan melalui Petugas Penyuluh Kecamatan PPK, Petugas Penyuluh Lapangan PPL, dan pemerintahan Desa
Ciburuy. Selain itu, dengan Dinas Perkoperasian, LPSDM IPB, PPMSDMPP2MKP, BBDPKH, BIOTEKBUN, Dompet Dhuafa Republika
melalui Masyarakat Mandiri dan Lembaga Pertanian Sehat, PT Coat Rejo, PT Indokonsul, Bogor Nirwana Regency BNR, PT Bakrie Brothers, dengan
berbagai universitas seperti IPB, ITB, UT, UIKA, UNPAK, UIN, dan STPP. Gapoktan Silih Asih juga bermitra dengan Gapoktan lainnya yang tersebar di tiga
kecamatan, yaitu Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, dan Kecamatan Caringin. Gapoktan tersebut adalah Gapoktan Harapan Maju, Gapoktan Maju
Jaya, Gapoktan Tumeka, Gapoktan Bersaudara, Gapoktan Dewi Sri, Gapoktan Wanti Asih, Gapoktan Mekar Sejahtera, Gapoktan Tugu Jaya, dan Gapoktan
Antanan. Bentuk kelembagaan di Kampung Ciburuy, antara lain kelembagaan
pengajian, kelembagaan arisan, dan kelembagaan kredit barang. Pada satu kampung terdapat jadwal pengajian yang biasanya dilakukan seminggu sekali bagi
tiap bapak-bapak maupun ibu-ibu di madrasah. Pengajian ibu-ibu biasanya dilakukan pada Hari Minggu pukul 7 sampai 9 pagi, sedangkan pengajian bapak-
bapak biasanya dilakukan pada Hari Kamis pukul 7 sampai 9 malam dan kedua pengajian tersebut dilakukan secara terpisah. Pada pengajian ibu-ibu, pemimpin
pengajian tetap laki-laki yang nantinya akan memberikan ceramah dan berdiskusi dengan peserta pengajian. Terdapat hal unik dalam pengajian ibu-ibu, yaitu
pemimpin pengajian dan peserta pengajian dibatasi dengan sehelai kain yang disebut “hijab” dan bertujuan untuk menjaga pandangan mata mereka pada lawan
jenis. Kampung Ciburuy memiliki dua paham yang berbeda, yaitu ASPEK anti
speaker dan non-ASPEK pengguna speaker. Pada umumnya, mesjid-mesjid di kampung ini tidak menggunakan pengeras suara saat mengumandangkan adzan
dan terlebih dulu mengawali dengan tabuhan “bedug”. Tidak hanya di mesjid, para penganut paham ini tidak mengakses televisi, radio, dan barang-barang yang
memiliki pengeras suara. Menurut mereka, barang-barang tersebut hanya akan membuat mereka terlena dan lupa dalam mengingat Allah SWT. Warga Kampung
Ciburuy yang benar-benar menerapkan paham ASPEK hanya sebagian kecil saja dan sebagian besarnya lagi sudah memiliki barang-barang elektronik yang
“berspeaker”. Hal ini dibenarkan oleh salah satu penganut non-ASPEK, yaitu Pak Haz yang mengatakan bahwa sebagian besar warga di kampung ini tidak
bermasalah apabila tidak ada pengeras suara dari mesjid. Hal unik menurut Pak Haz adalah pemimpin dari penganut paham ASPEK tersebut, sebagaimana yang
dikatakan oleh Pak Haz sebagai berikut: “Di Kampung Ciburuy ini penganut paham ASPEK-nya benar-
benar tidak mengakses barang-barang elektronik yang memiliki pengeras suara, namun yang lucunya pemimpin paham tersebut
mempunyai dan menggunakan HP. HP kan termasuk barang elektronik yang mempunyai pengeras suara”.
Pak Haz 79 tahun Terdapat kelembagaan arisan yang hanya diikuti oleh kaum perempuan
dan terdapat dua jenis arisan arisan dua mingguan dan arisan bulanan. Pada arisan dua mingguan, dikenakan uang arisan sebesar Rp.5.000,- per kali
penarikan, sedangkan pada arisan bulanan dikenakan uang arisan sebesar Rp.50.000,-. Peserta arisan ini tidak banyak, hanya sekitar 10 sampai 20 orang dan
hanya merupakan ibu-ibu yang memiliki pekerjaan saja. Terdapat juga kelembagaan kredit barang yang sudah berlangsung lama di
kampung ini dan sudah banyak warga yang memanfaatkan kelembagaan ini. Semua jenis kebutuhan, seperti sandal, sepatu, baju, handuk, panci, piring, lemari,
kursi, bahkan tempat menjemur pakaian dapat dipesan pada “Si Jangkung” tukang kredit dengan cara memesan dan dibayar secara kredit sebesar Rp.1.000,-
. Si Jangkung pun memberikan cicilan yang rendah, tidak memaksa dan sering memberikan kelonggaran dalam proses pembayaran kredit, sehingga warga pun
tertarik untuk memesan barang padanya.
4.3. Sejarah Penerapan Teknologi Pertanian Padi di Kampung Ciburuy