2.1.4. Penelitian-Penelitian tentang Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian
Teknologi pertanian merupakan suatu cara yang diterapkan dalam kegiatan proses produksi usahatani padi, yang terdiri dari teknologi tradisional dan
teknologi maju dan diukur dalam satu kali musim tanam Wahyuni 2000. Teknologi tradisional didefinisikan sebagai pengelolaan usahatani padi secara
alami dengan memakai pupuk alami seperti pupuk kandang dan pupuk kompos, pemberantasan hama penyakit dan pengolahan lahan secara sederhana. Teknologi
maju didefinisikan sebagai pengelolaan usahatani dengan penerapan panca usahatani sesuai dengan anjuran, seperti menggunakan bibit unggul, pupuk
kimiawi, pemberantasan hama penyakit dengan obat-obatan dan pengelolaan lahan sesuai anjuran. Teknologi tradisional inilah yang kemudian menjadi
program pertanian terbaru dari Departemen Pertanian untuk menggalakkan program “Go Organik 2010” yang telah diperkenalkan pada tahun 2001.
Pemerintah juga mengembangkan berbagai teknologi, baik teknologi fisik meliputi perbaikan irigasi dan penerapan panca usaha tani, teknologi sosial
meliputi penyuluhan dengan sistem kerja Latihan dan Kunjungan LAKU, dan berbagai kegiatan melalui kelompok tani, serta teknologi mekanis seperti traktor
dan alat-alat yang dipakai dalam penyiapan lahan, panen, dan pasca panen, seperti huller
Sudarta dkk 1989. Jenis-jenis teknologi pertanian antara lain traktor, hand sprayer
, sabit, huller, dan lain-lain Tindjabate 1993. Jenis teknologi pertanian yang hanya dapat diakses oleh petani perempuan adalah sabit,
sedangkan petani laki-laki dapat menggunakan caplak, landak, sprayer, huller, dan traktor Sudarta dkk 1989. Hal ini disebabkan teknologi maju pertanian pada
umumnya lebih banyak dapat diterapkan akses atau kontrol oleh petani laki-laki Mustafainah 2003 dan dikarenakan sektor pertanian dianggap sebagai domain
laki-laki Cahyono 2001 dalam Yudiono 2005. Berdasarkan kajian literatur, ditemukan bahwa hasil penelitian di Desa
Bengkel Sudarta dkk 1989, dalam perkembangan teknologi pertaniannya terdapat pergeseran penerapan usahatani dari penerapan non panca usahatani
menjadi panca usahatani teknologi tradisional bergeser ke teknologi maju. Pergeseran dalam penerapan usahatani di Desa Bengkel terlihat dari perubahan
penggunaan bajak tradisional menggunakan sapi menjadi penggunaan traktor
dalam hal pengolahan tanah, penggunaan benih lokal menjadi benih varietas unggul, penggunaan pupuk kandang menjadi pupuk buatan, penggunaan tangan
bergeser ke penggunaan caplak sebagai alat bantu dalam penanaman, dalam hal penyiangan petani tidak lagi menggunakan tangan melainkan menggunakan
landak sebagai alat bantu. Selain itu, pola pengairan yang dulunya tadah hujan
menjadi bendungan permanen. Tahap penerapan usahatani pada pemberantasan hama penyakit tanaman
mempunyai suatu tradisi yang dinamakan “nangluk merana” dan memakai ember untuk melarutkan obat-obatan yang digunakan dalam memberantas hama tanaman
dengan menggunakan tangan. Tradisi “nangluk merana” berarti membatasi segala sesuatu yang menyebabkan manusia merana dalam hal ini hama dan penyakit
tanaman di sawah yang rutin dilakukan sekali dalam satu siklus pertanaman pada waktu padi bunting. Tradisi tersebut dipahami sebagai cara mengusir hama
dan memohon anugerah Ida Ratu Gede Macaling, penguasa laut selatan yang beristana di Pura Penataran Ped, Nusa Penida, agar dijauhkan dari segala jenis
penyakit. Tradisi tersebut sampai saat ini masih sering diterapkan, namun juga telah menggunakan “sprayer” sebagai alat penyemprot obat-obatan Sudarta
1989. Tahapan pemanenan juga terdapat pergeseran penerapan usahatani, seperti penggunaan threserdoroz yang menghilangkan kebiasaan petani untuk turun ke
sawah saat panen dan perempuan tani menjadi tidak terlibat langsung dalam proses panen Mustafainah 2003. Selain itu, pada penggunaan ani-ani menjadi
penggunaan sabit dan dalam penyosohan beras yang biasanya menggunakan penumbuk padi tradisional kini menjadi penggunaan huller Tindjabate 1993.
Kajian literatur terkait juga menunjukkan bahwa di daerah pasang surut Propinsi Jambi ternyata tidak mengalami pergeseran peranan kerja akibat
penggunaan teknologi. Penggunaan teknologi maju pertanian dapat menghemat waktu kerja perempuan tani dan tidakbelum merubah pola kerja mereka.
Perempuan tani di Propinsi Jambi menganggap bahwa bekerja di pertanian hanya untuk membantu pekerjaan suami dan memperoleh tambahan nafkah bagi
keluarga, sehingga mereka bekerja didasari oleh keinginan mereka sendiri Wahyuni 2000. Selain itu, di Sulawesi Utara menunjukkan pula bahwa tidak
terjadi pergeseran peranan kerja petani perempuan akibat penggunaan teknologi
maju pertanian Lontaan dkk 1995. Hasil-hasil penelitian tentang adopsi inovasi teknologi pertanian dapat dilihat pada Gambar 3.
No. PenulisPengarang
dan Tahun Hasil-Hasil Penelitian
1. Lontaan dkk 1995
a Di Sulawesi Utara tidak mengalami pergeseran peranan kerja
petani perempuan akibat penggunaan teknologi maju pertanian.
b Hal ini disebabkan lahan pertanian di daerah tersebut yang
masih luas, sehingga masih banyak membutuhkan tenaga kerja.
2. Mustafainah 2003
a Teknologi maju pertanian lebih banyak dapat diakses oleh
petani laki-laki. b
Penggunaan teknologi maju pertanian menyebabkan tersingkirnya perempuan tani dalam aktivitas pasca produksi
pertanian. c
Penggunaan threserdoroz menghilangkan kebiasaan petani turun ke sawah saat panen dan perempuan tani hanya
melakukan kegiatan ma’sangkih menyabit dan memegang karung yang akan diisi gabah. Sementara, pekerjaan petani
laki-laki adalah menjalankan mesin threserdoroz dan mengawasi pekerjaan.
3. Sudarta dkk
1989 a
Pemerintah mengembangkan berbagai teknologi, seperti teknologi fisik meliputi perbaikan irigasi dan penerapan
panca usaha tani, teknologi sosial meliputi penyuluhan dengan sistem kerja Latihan dan Kunjungan LAKU, dan
berbagai kegiatan melalui kelompok tani, serta teknologi mekanis seperti traktor dan alat-alat yang dipakai dalam
penyiapan lahan, panen, dan pasca panen, seperti huller.
b Jenis teknologi pertanian yang hanya dapat diakses oleh
petani perempuan adalah sabit, sedangkan petani laki-laki dapat menggunakan caplak, landak, sprayer, huller, dan
traktor.
c Di Desa Bengkel, terdapat pergeseran penerapan usahatani
dari penerapan non panca usahatani menjadi panca usahatani teknologi tradisional bergeser ke teknologi maju.
d Pergeseran dalam penerapan usahatani di Desa Bengkel
terlihat dari perubahan penggunaan bajak tradisional menggunakan sapi menjadi penggunaan traktor dalam hal
pengolahan tanah, penggunaan benih lokal menjadi benih varietas unggul, penggunaan pupuk kandang menjadi pupuk
buatan, penggunaan tangan bergeser ke penggunaan caplak sebagai alat bantu dalam penanaman, dalam hal penyiangan
petani tidak lagi menggunakan tangan melainkan menggunakan landak sebagai alat bantu. Selain itu, pola
pengairan yang dulunya tadah hujan menjadi bendungan permanen.
e Tahap penerapan usahatani pada pemberantasan hama
penyakit tanaman mempunyai suatu tradisi yang dinamakan
“nangluk merana” dan memakai ember untuk melarutkan obat-obatan yang digunakan dalam memberantas hama
tanaman dengan menggunakan tangan. Tradisi tersebut sampai saat ini masih sering diterapkan, namun juga telah
menggunakan “sprayer” sebagai alat penyemprot obat- obatan.
4. Tindjabate 1993
a Jenis-jenis teknologi pertanian antara lain traktor, hand
sprayer , sabit, huller, dan lain-lain.
b Penggunaan ani-ani menjadi penggunaan sabit dan dalam
penyosohan beras yang biasanya menggunakan penumbuk padi tradisional kini menjadi penggunaan huller.
5. Wahyuni 2000
a Teknologi pertanian terdiri dari teknologi tradisional dan
teknologi modern. b
Teknologi tradisional didefinisikan sebagai pengelolaan usahatani padi secara alami dengan memakai pupuk alami
seperti pupuk kandang dan pupuk kompos, pemberantasan hama penyakit dan pengolahan lahan secara sederhana.
c Teknologi majumodern didefinisikan sebagai pengelolaan
usahatani dengan penerapan panca usahatani sesuai dengan anjuran, seperti menggunakan bibit unggul, pupuk kimiawi,
pemberantasan hama penyakit dengan obat-obatan dan pengelolaan lahan sesuai anjuran.
d Di daerah pasang surut Propinsi Jambi ternyata tidak
mengalami pergeseran peranan kerja akibat penggunaan teknologi. Penggunaan teknologi maju pertanian dapat
menghemat waktu kerja perempuan tani dan tidakbelum merubah pola kerja mereka.
e Perempuan tani di Propinsi Jambi menganggap bahwa
bekerja di pertanian hanya untuk membantu pekerjaan suami dan memperoleh tambahan nafkah bagi keluarga, sehingga
mereka bekerja didasari oleh keinginan mereka sendiri.
Gambar 3. Matriks Hasil-Hasil Penelitian tentang Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian
Hasil-hasil penelitian tentang adopsi inovasi teknologi pertanian pada Gambar 3 menunjukkan bahwa teknologi maju ada yang dapat dan tidakbelum
dapat menggeser peranan kerja petani laki-laki maupun perempuan. Tidak terjadinya pergeseran peranan kerja perempuan tani di daerah pasang surut
Propinsi Jambi akibat mereka memiliki pandangan bahwa mereka bekerja di usahatani didasari oleh keinginan mereka membantu pekerjaan suami dan
menambah nafkah keluarganya. Selain itu, di Sulawesi Utara juga tidak mengalami pergeseran peranan kerja perempuan tani akibat lahan pertanian yang
masih luas, sehingga masih banyak membutuhkan tenaga kerja. Di Desa Bengkel merupakan salah satu desa yang mengalami pergeseran peranan kerja petani
akibat penggunaan teknologi maju pertanian. Hal ini karena teknologi maju yang lebih banyak dapat diakses oleh petani laki-laki dan pertanian dianggap sebagai
domain pekerjaan laki-laki. Kaitan terhadap penelitian ini dapat sebagai bahan masukan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pertanian organik sebagai inovasi teknologi pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan inovasi
teknologi pertanian antara lain luas lahan pertanian, kemampuan akses.kontrol petani terhadap teknologi, serta pandangan petani mengenai kegiatan usahatani
mereka.
2.2. Kerangka Pemikiran