16
2.4. Proses Produksi Teh Hitam dan Pemasarannya
Ada  dua  macam  jenis  produksi  teh  yang  dikenal  dalam  agroindustri  teh, yakni produksi teh basah dan produksi teh kering. Produksi teh basah merupakan
hasil pemetikan tanaman teh yang akan menjadi bahan baku untuk diolah menjadi teh  kering,  oleh  karena  itu  hasil  produksi  basah  menjadi  salah  satu  faktor  yang
mempengaruhi mutu teh kering yang akan dihasilkan. Secara fisik menurut Pusat Penelitian  Teh  dan  Kina  PPTK,  pucuk  yang  bermutu  adalah  pucuk  yang  utuh,
segar,  dan  berwarna  kehijauan.  Mencegah  turunnya  mutu  pucuk  diperlukan pengaturan  yang  baik  dari  pemetikan,  penampungan  di  los  pucuk,  pewadahan,
hingga pengangkutan sampai ke pabrik. Sebagian  besar  pabrik  teh  di  Indonesia  mengolah  teh  hitam  karena  teh
hitam  sudah  mendapat  perhatian  dari  pasar  ekspor  semenjak  ekspor  teh  pertama ke  Amsterdam  pada  1835.  Oleh  karena  itu  untuk  menghasilkan  teh  hitam  yang
bermutu, diperlukan beberapa faktor penunjang yakni: memperhatikan pasar yang dituju,  pengetahuan  akan  proses  pengolahan  dan  peranan  pengolah  dalam
mengarahkan  cara  kerja  yang  benar,  mesin  yang  dipakai,  dan  bahan  baku  pucuk yang akan diolah.
Secara  umum  pengolahan  teh  hitam  dibagi  menjadi  dua  yakni;  ortodoks dibagi  menjadi  ortodoks-murni  dan  ortodoks-rotorvane  dan  CTC  Crush,
Tearing,  and  Curling .  Pengolahan  teh  hitam  yang  dilakukan  rata-rata  oleh
industri  teh  Indonesia  menggunakan  metode  ortodoks-rotorvane  karena  pasar ekspor  lebih  menyukai  ke  teh  hitam  dengan  partikel  kecil  bubuk.  Adapun
beberapa langkah-langkah  yang digunakan untuk mengolah teh secara orthodoks adalah sebagai berikut PPTK 2008;
1 Pelayuan
Pelayuan merupakan tahap pertama dalam pengolahan teh hitam, indikator yang  menjadi  penentu  kualitas  teh  hitam  yang  dihasilkan  adalah  derajat
layu,  besarnya  derajat  layu  agar  pengolahan  teh  hitam  orthodoks menghasilkan  mutu  yang  baik  adalah  44-46  persen,  derajat  layu
merupakan hasil keringan dibagi pucuk layu yang dikalikan seratus persen. Dalam  proses  pelayuan  daun  teh  dibeber  pada  alat  withering  through
dengan suhu 26,7C selama kurang lebih 14-18 jam.
17
2 Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah
Proses  kedua  dari  pengolahan  teh  hitam  adalah  penggulungan, penggilingan dan sortasi basah, setelah dilayukan daun teh akan digulung
dengan  menggunakan  mesin  open  top  roller
s
elama  30-40  menit. Penggulungan  dilakukan  untuk  merangsang  terjadinya  oksidasi  enzimatis
akibat cairan sel yang keluar  dari daun. Setelah  digulung  daun  akan  dimasukkan  ke  dalam  Press  Cap  Roller  atau
Rotorvane untuk  digiling.  Proses  penggilingan  bertujuan  untuk
memperkecil  gulungan  menjadi  partikel  yang  dikehendaki,  menggerus pucuk agar cairan sel keluar semaksimal mungkin dan membenntuk hasil
keringan yang keriting, dan memperoleh bubuk basah yang banyak. Proses penggilingan  dilakukan  sekitar  40-70  menit.  Biasanya  di  perkebunan
dilakukan  penggilingan  dengan  penggunaan  rotorvane  di  gilingan  kedua dan ketiga atau ketiga dan keempat karena akan menghasilkan bubuk lebih
dari  85  persen  dan  mengurangi  jumlah  badag,  bubuk  teh  dengan  mutu rendah.
Sortasi  bubuk  basah  dilakukan  untuk  memperoleh  ukuran  bubuk  yang seragam,  memudahkan  pekerjaan  sortasi  kering,  dan  memudahkan
pengaturan pengeringan  di  -fluid bed dryer. Mesin  yang digunakan untuk sortasi adalah rotary ball breaker dengan ukuran mesh 7,7,7 atau 6,6,7.
3 Oksidasi Enzimatis
Oksidasi Enzimatis bergantung kepada beberapa faktor; kadar air suhu dan kelembaban, kadar enzim, jenis bahan, dan oksigen. Suhu dan kelembaban
ruang  giling  harus  diatur  sedemikian  rupa  agar  proses  ini  dapat  berjalan dengan  baik.  Proses  ini  bertujuan  untuk  menghasilkan  theaflavin  dan
thearubigin yang  akan  menentukan  kualitas  seduhan,  proses  oksidasi
enzimatis biasanya dilakukan selama 90-110 menit. 4
Pengeringan Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan oksidasi enzimatis pada
saat komposisi zat-zat pendukung sudah mencapai keadaan optimal. Mesin yang  biasanya  digunakan  yakni;  Endless  Chain  Pressure  atau  Fluid  Bed
Dryer . Suhu masuk yang digunakan dalam proses pengeringan sekitar 90-
18
95ºC dengan suhu keluar 40-50ºC, lamanya proses pengeringan sekitar 20 menit,  pengeringan  yang  terlalu  lama  akan  mengakibatkan  teh  menjadi
gosong. 5
Sortasi Kering Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan teh sesuai dengan partikel dan
warna  yang  diinginkan  oleh  konsumen.  Mesin  yang  digunakan  dalam proses  sortasi  biasanya  dengan  chota  shifter  atau  ayakan  tangan  untuk
memisahkan  bentuk,  winnower  untuk  memisahkan  sesuai  berat, vibroscreen
untuk  membersihkan  serat,  peti  miring  penyimpanan  teh jadi, dan tea bulker untuk pencampuran.
6    Pengemasan Teh yang sudah jadi akan dimasukkan ke peti miring, lalu dimasukkan ke
tea  bulker sebelum  dikemas  ke  dalam  chop,  biasanya  dengan
menggunakan paper sack.. Dari  proses  pengolahan  teh  hitam  menjadi  bubuk  tersebut  dihasilkan  tiga
standar mutu, dari grade pertama, teh daun leaf grade dihasikan beberapa mutu yakni,  OP  Orange  Pekoe,  OP  Sup  Orange  Pekoe  Superior,  FOP  Flowery
Orange  Pekoe ,  S  Souchon,  BS  Broken  Souchon,  BOP  Sup  Broken  Orange
Pekoe    Superior ,  BOP  Grof  Broken  Orange  Pekoe  Grof,  BOP  Sp  Broken
Orange Pekoe Special ,  dan  LM  Leaf Mixed.   Grade kedua teh bubuk  broken
grade dihasilkan  beberapa  grade  seperti;  BOPBOP  I  Broken  Orange  Pekoe,
BOP  II,  FBOP  Flowery  Broken  Orang  Pekoe,  BP  Broken  Pekoe,  BP  II,  BT Broken Tea, BT II, BOPF Broken Orange Pekoe Fanning ,BOPF Sup Broken
Orange  Pekoe  Superior ,  dan  BM  Broken  Mixed.  Sedangkan  grade  ketiga,  teh
halus  small  grades,  mutunya  terbagi  menjadi  F  Fanning,  F  II,  TF  Tippy Fanning
, PF Pekoe Fanning, PF II, Dust, Dust II, dan Dust III. Perbedaan jenis mutu dan grade ini didasarkan atas perbedaan bobot dari partikel teh dan bentuk
dari  partikel  teh  yang  sudah  disortasi  melalui  Winnower  penentuan  mutu  dan chota  shifter
penentuan  grade.  Perlakuan  mutu  teh  ini  tertera  dalam  Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri Nomor SP-17-1975 Revisi 1989.
Dalam  pemasarannya  biasanya  teh  hitam  yang  sudah  diproduksi  oleh pihak  perkebunan  akan  dipasarkan  melalui  tiga  jalur  1  dijual  langsung  ke
19
perusahaan packing atau blending 2 diekspor langsung ke negaralain 3 dilelang di  Jakarta  Tea  Auction.  Biasanya  hampir  80  persen  teh  yang  diproduksi  oleh
perkebunan akan dilelang di Jakarta Tea Auction
5
. Harga yang terjadi di Jakarta Tea Auction
akan menjadi dasar penentuan harga penjualan teh untuk kedua rantai lainnya.  Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  harga  yang  terjadi  di  Jakarta  Tea
Auction memegang  peranan  dalam  industri  teh  nasional.  Diagram  mengenai
supply chain dari industri teh nasional dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2.
Supply Chain Komoditas Teh Nasional
Sumber : Kustanti et al. 2007
2.5.      Analisis Transmisi Harga