54
6.2.2. Penentuan Lag Kelambanan Optimal
Penentuan  lag  kelambanan  optimal  dilakukan  untuk  mengetahui kelambanan  mana  yang  paling  optimal  untuk  menggambarkan  keadaan  aktual.
Penetuan kelambanan optimal ditentukan dengan melihat nilai Akiake Information Criterion
AIC  yang  paling  kecil,  dari  hasil  pengujian  kelambanan  optimal. Berdasarkan  hasil  keluaran  software  yang  digunakan,  dipilih  VAR    kelambanan
satu, hasil pengujian kelambanan optimal dapat dilihat melalui Tabel 16.
Tabel 18. Penentuan Lag Kelambanan Optimal Model VAR
Lag AIC
-5.055463 1
-9.945248 2
-9.855524 3
-9.842707 4
-9.751222
Model VAR kelambanan satu dipilih karena nilai AIC pada lag  kelambanan satu  merupakan  nilai  terkecil  jika  dibandingkan  dengan  nilai  AIC  pada
kelambanan  yang  lain,  yakni  -9.945248.  Nilai  AIC  yang  semakin  kecil menandakan bahwa kemungkinan dari nilai harapan  yang dihasilkan dari sebuah
model akan semakin mendekati kenyataan.
6.2.3. Estimasi Model VAR
Sudah  stasionernya  variabel  yang  akan  digunakan  dalam  model  VAR, sehingga model VAR  yang digunakan termasuk ke dalam VAR in level. Karena
data  sudah  stasioner  maka  tidak  perlu    dilakukan  uji  kointegrasi  Johansen.  Uji kointegrasi  Johansen  bertujuan  untuk  melihat  apakah  kombinasi  linear  antar
variabel  stasioner  pada  jangka  panjang,  yang  diakibatkan  oleh  adanya  pengaruh dari tren, sehingga model VAR  dapat langsung diestimasi.
Jika  melihat  hasil  uji  kelambanan  optimal  didapat  kelambanan  satu, sebagai  tingkat  lag  kelambanan  optimal,  sehingga  model  VAR    yang  digunakan
untuk mengestimasi hubungan antara Jakarta Tea Auction, Colombo Tea Auction
55
dan  Guwahati  Tea  Auction  adalah  model  VAR    dengan  tingkat  lag  kelambanan satu.  Berdasarkan  hasil  output  Eviews  Tabel  17,  dapat  dilihat  hasil  estimasi
model VAR kelambanan satu adalah sebagai berikut:
Tabel 19.
Estimasi Model VAR kelambanan satu
Variabel Variabel Dependen
LogJTA LogCTA
LogGTA Konstanta
0.071045 0.098933
0.263449 LogJTA
t-1
0.858010 0.010607
-0.168176 LogCTA
t-1
0.036675 0.912136
-0.002532 LogGTA
t-1
-0.004711 -0.001781
0.845169 R
2
0.816222 0.925293
0.793896
Keterangan :  = berpengaruh nyata pada taraf nyata 0.1
Berdasarkan  model  VAR    yang  dihasilkan,  harga  teh  grade  Dust  di Jakarta  Tea  Auction
dipengaruhi  secara  nyata  pada  taraf  nyata  sepuluh  persen, oleh  harga  teh  grade  Dust  Jakarta  Tea  Auction  sebelumnya.  Sedangkan  untuk
harga  teh  grade  Dust  Colombo  Tea  Auction  dan  Guwahati  Tea  Auction  tidak berpengaruh signifikan pada penentuan harga teh grade Dust Jakarta Tea Auction.
Berdasarkan  hasil  keluaran  model  VAR  dengan  kelambanan  satu  Jakarta  Tea Auction,
mampu  menjelaskan  pendugaan  harga  yang  akan  datang  melalui variabel-variabel  yang  digunakan  dalam  model  sebesar  81,62  persen,  sisanya
dijelaskan oleh komponen error kesalahan. Tidak  signifikannya  pengaruh  Colombo  Tea  Auction  dan  Guwahati  Tea
Auction pada  penentuan  harga  teh  grade  Dust  Jakarta  Tea  Auction,  dikarenakan
Guwahati  Tea  Auction dalam  pemasaran  tehnya  tidak  hanya  digunakan  untuk
ekspor  tetapi  juga  untuk  konsumsi  dalam  negeri.  Hal  yang  sama  juga  terjadi  di Colombo  karena  selain  diekspor  ke  Pakistan  teh  grade  Dust  lebih  difokuskan
untuk konsumsi dalam negeri di Sri Lanka. Berdasarkan hasil estimasi model juga dapat disimpulkan bahwa perubahan harga yang terjadi di Guwahati dan Colombo
tidak ditransmisikan kepada harga teh grade Dust di Jakarta. Widarjono  2010,  menjelaskan  bahwa  dalam  model  VAR  Vector
Autoregression interpretasi
koefisien secara
individual sulit
untuk
56
diinterpretasikan  karena  VAR  merupakan  permodelan  simultan  yang  berbentuk reduced form matrix
, yang bertujuan untuk menangkap dinamika data time series. Sehingga  untuk  menggambarkan  bagaimana  hubungan  dinamis  antar  data
digunakan; Fungsi Respon Impuls, Dekomposisi Ragam, dan Peramalan.