VI  HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Volatilitas  Harga
Jakarta  Tea  Auction  JTA,  Colombo  Tea  Auction CTA, dan Guwahati Tea Auction GTA.
Dalam penelitian ini pertama-tama mengkaji gambaran umum ketiga pasar
melalui  uji  tingkat  volatilas.  Langkah  yang  dilakukan  dalam  melihat  volatilitas adalah  dengan  melihat  pola  dari  harga  teh  grade  dust  yang  dapat  dilihat  melalui
grafik berikut;
Gambar  5.
Grafik  Rataan  Harga  Teh  Grade  Dust  Jakarta  Tea  Auction, Colombo  Tea  Auction
dan  Guwahati  Tea  Auction  Periode Februari  Minggu  ke-3  2009  sampai  dengan  April  minggu  ke-2
2011.
Melalui  Gambar  5,  dapat  dilihat  pada  bulan  Juni  2009  minggu  kedua, harga  teh  grade  Dust  di  tiga  tempat  lelang  mengalami  pola  meningkat  yang
disebabkan, pada bulan Juni hingga Maret, pembelian teh grade Dust mengalami kenaikan akibat pengaruh musiman. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Dadang  Juanda,  Ketua  Jakarta  Tea  Auction,  mayoritas  konsumen  Dust  adalah negara-negara  Eropa  dan  Amerika  Serikat  yang  mana  memiliki  empat  musim,
sehingga  pada  musim  gugur  sekitar  bulan  September  hingga  November  dan
1.2 1.6
2.0 2.4
2.8 3.2
3.6
F eb
-I II
2 00
9 M
ar -I
I 200
9 A
pr -I
20 09
A pr
-I V
20 09
M ei
-I I
20 09
Jun -I
20 09
Jun -I
V 2
00 9
Jul -I
II 20
09 A
ug -I
20 09
A ug
-I V
2 00
9
S ep
-I II
2 00
9 O
kt -I
I 20
09 N
ov -I
20 09
N ov
-I V
2 00
9
D ec
-I II
2 00
9 Jan
-I I
20 10
F eb
-I 20
10 F
eb -I
V 2
01 M
ar -I
II 2
01 A
pr -I
20 10
A pr
-I V
20 10
M ei
-I II
20 10
Jun -I
I 20
10 Jun
-V 20
10 Jul
-I II
20 10
A ug
-I I
201 S
ep -I
20 10
S ep
-I V
2 01
O kt
-I I
20 10
N ov
-I 20
10 N
ov -I
V 2
01 D
ec -I
II 2
01 Jan
-I I
20 11
F eb
-I 20
11 F
eb -I
V 2
01 1
M ar
-I II
2 01
1 A
pr -I
20 11
JTA CTA
GTA
H arg
a US Kg
Periode
51
musim dingin sekitar bulan Desember hingga Februari konsumsi teh grade Dust akan  meningkat,    para  konsumen  teh  di  negara  empat  musim  menggunakan  teh
sebagai minuman penghangat pada bulan-bulan tersebut. Pada Gambar 5, periode bulan Juli 2009 hingga bulan Maret 2010 harga cenderung meningkat, disebabkan
oleh banyaknya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor. Sebaliknya  terjadi  pada  periode  musim  semi  sekitar  bulan  Maret  hingga
Mei  dan  musim  panas  sekitar  bulan  Juni  hingga  Agustus,  dapat  dilihat  pada periode  pertengahan  Maret  2010  hingga  Juni  2010,  harga  teh  grade  Dust  akan
menurun,  diakibatkan  oleh  rendahnya  permintaan  dari  konsumen.  Rendahnya permintaan  berpengaruh  terhadap  harga  lelang  menjadikan  harga  yang  terjadi  di
pelelangan menjadi rendah. Harga teh kembali meningkat pada periode akhir Juli 2009, dikarenakan traders mulai membeli teh untuk produksi di musim gugur.
Harga  teh  grade  Dust  di  CTA  cenderung  memiliki  pola  yang  stasioner pada  periode  2010,  dikarenakan  Sri  Lanka  pada  awal  periode  2009  mengalami
krisis ekonomi akibat resesi dan perang saudara di Sri Lanka
9
, yang mana keadaan ekonomi  di  Sri  Lanka  mulai  membaik  pada  periode  2010.  Mayoritas  Dust  yang
dilelang  di  Sri  Lanka  digunakan  untuk  konsumsi  lokal  di  Sri  Lanka  itu  sendiri
10
sisanya  diekspor  ke  negara  seperti  Pakistan.  Sehingga  volume  ekspor  Sri  Lanka untuk grade Dust lebih sedikit jika dibandingkan dengan grade lainnya.
Hal yang sama terjadi di GTA, yang mana teh juga selain untuk ekspor ke negara-negara  seperti  Inggris,  Jerman,  Australia,  Pakistan,  dan  Mesir.  Dust  juga
digunakan  untuk  konsumsi  dalam  negeri  di  India  itu  sendiri.  Berdasarkan  data ITC 2009, konsumsi teh di India mencapai 798.000 ton pada tahun 2008.
Untuk melihat pasar mana yang lebih volatil, dilakukan analisis deskriptif. Pada  Tabel  14,  dapat  disimpulkan  bahwa  GTA  merupakan  pasar  yang  memiliki
volatilitas  terbesar,  dibandingkan  dua  pasar  lelang  lainnya,  jika  dilihat  melalui nilai standar deviasi dan koefisien varians-nya. Nilai koefisien varians yang tinggi
menandakan  tingkat  variabilitas  data  yang  tinggi,  yakni  sebaran  data  yang  lebih besar  jika  dibandingkan  dengan  nilai  rataannya.  Berdasarkan  nilai  koefisien
9
Bureau of South and Central Asian Affairs. ―Background Note: Sri Lanka” .2011.
http:www.state.govrpaeibgn5249.htm [20 September 2011]
10
Ishan Sherifdeen. ―Double Standards of Tea ?‖.2011. http:print.dailymirror.lkbusiness127- local49630.html [Juli 2011]
52
variansnya,  JTA  menempati  peringkat  kedua  dan  CTA  menempati  peringkat ketiga.
Tabel 16.
Rataan, Standar Deviasi, dan Koefisien Varians Harga Teh Grade Dust Jakarta  Tea  Auction
JTA,  Colombo  Tea  Auction  CTA,  dan Guwahati Tea Auction
GTA
Variabel Rataan
St. Dev Koefisien varians
persen JTA
2,136 0,2019
9,45 CTA
3,134 0,4334
13,8 GTA
2,331 0,3951
16,95
Besarnya  nilai  koefisien  varians  dari  GTA,  dikarenakan  teh  grade  Dust yang  dilelang  pada  GTA  tidak  hanya  difokuskan  untuk  ekspor  tetapi  juga  untuk
konsumsi  dalam  negeri  sehingga  harga  yang  terjadi  pada  auction  di  Guwahati lebih bervariasi dikarenakan banyaknya peserta yang mengikuti jalannya auction.
Rendahnya  nilai  koefisien  varians  pada  teh  grade  Dust  Jakarta  dipengaruhi  oleh kondisi pasar teh grade Dust lebih stabil jika dibandingkan dengan kondisi pasar
pada GTA dan CTA. Selain itu, jumlah peserta pada JTA yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan peserta pada GTA dan CTA membuat harga yang terjadi di
pasar JTA tidak memiliki banyak variasi. Sedangkan  bagi  CTA,  nilai  koefisien  varians-nya  bernilai  13,9
dikarenakan  pada  awal  periode  2009  Sri  Lanka  baru  saja  menyelesaikan  perang saudara yang telah berlangsung dari tahun 1983, selain itu pengaruh resesi dollar
pada tahun 2008 juga membuat sektor ekonomi Sri Lanka melemah. Hal ini juga dialami oleh industri teh Sri  Lanka  yang menyebabkan harga teh  grade  Dust Sri
Lanka  menurun.  Namun,  sektor  ekonomi  Sri  Lanka  dapat  tumbuh  tumbuh kembali  sehingga  harga  komoditi  teh  grade  Dust  dapat  kembali  stabil  pada
periode  2010.  Mayoritas  grade  Dust  di  Sri  Lanka  lebih  difokuskan  untuk konsumsi dalam negeri, sehingga harga yang terjadi lebih stabil jika dibandingkan
dengan  dua  auction  lainnya.  Namun,  Sri  Lanka  juga  mengekspor  beberapa  teh grade
Dust yang ia hasilkan ke negara-negara lain seperti Pakistan
11
.
11
Alan and Iris Macfarlane. ―Modern Methods of Tea Growing and Processing. 2002.
http:www.alanmacfarlane.comteaTea_manufacture.pdf [20 September 2011]
53
Selanjutnya  akan  dilakukan  pendugaan  model  VAR,  untuk  melihat hubungan antara harga grade Dust JTA dengan kedua tempat lelang lainnya, pada
awalnya diasumsikan bahwa data yang ada masih belum stasioner sehingga perlu dilakukan uji akar unit unit root test.
6.2. Penyusunan Model VAR