3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai Juli 2012. Penelitian sifat kimia buah lindur dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan
Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK IPB. Penelitian jaringan buah lindur dilakukan di Laboratorium Jaringan Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Pembuatan tepung buah lindur dan pembuatan biskuit dilakukan di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan, Departemen
Teknologi Hasil Perairan, FPIK IPB. Analisis fisik dan kimia tepung buah lindur dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, FPIK IPB dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu Bogor. Analisis fisik, kimia, dan biologi biskuit
lindur dilakukan di Laboratorium Biokimia Departemen Teknologi Pangan dan Gizi Fateta IPB, Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Hasil Perairan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah buah lindur B. gymnorrhiza yang tidak cacat fisik dan busuk, memiliki panjang 10-25 cm, diameter 1-2 cm, berat
rata-rata 53 gram, dan berwarna hijau tua. Buah lindur yang digunakan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Bahan-bahan pembuatan biskuit adalah tepung buah lindur, margarin, susu bubuk, baking powder, air, telur, vanili,
dan bahan-bahan kimia lain yang digunakan untuk analisis. Alat yang digunakan adalah mikroskop merk Olympus BH-2, beaker glass 2 L, oven, talenan, cetakan,
baskom, mixer, parutan kelapa, ayakan 100 mesh, loyang, blender, chromameter CR-200, texture analyzer XT-2i, tabung reaksi, cawan alumunium, cawan
porselen, soxhlet, labu kjeldahl, timbangan analitik, desikator, gelas piala, gegep, gelas ukur, pemanas air, dan kertas saring.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan penambahan tepung buah
lindur yang optimal. Diagram alir penelittian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Diagram alir penelitian.
3.3.1 Karakterisasi bahan baku
Bahan baku buah lindur yang dipilih untuk pembuatan tepung adalah yang sehat dan berkualitas baik, yaitu tidak cacat fisik dan tidak busuk. Bahan baku
dievaluasi sifat fisik dan kimianya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui karakterisitik buah lindur yaitu analisis jaringan dan kimia yang terdiri dari
rendemen, kadar abu, kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan kadar HCN.
3.3.2 Pembuatan tepung buah lindur
Buah lindur yang telah dipilih kemudian dicuci dan direbus, hal ini untuk membantu proses pengupasan kulit karena buah lindur memiliki kulit yang keras.
Buah lindur yang telah dikupas kemudian direndam dengan air bersih, Perendaman bertujuan untuk melarutkan HCN dan tanin yang terdapat pada buah
lindur. Proses selanjutnya adalah penirisan dan pemarutan untuk mempercepat proses pengeringan. Hasil pemarutan diperas terlebih dahulu sebelum
dikeringkan, untuk mengeluarkan sisa air yang terdapat pada buah lindur.
Bahan baku
Analisis jaringan Kadar air
Kadar lemak Kadar abu
Kadar protein Kadar karbohidrat
Karakterisasi Bahan Baku
Pembuatan tepung Analisis
Fisika - kimia
Analisis biskuit
Pembuatan biskuit
Biskuit
Tepung lindur
Pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 80 C selama 3 jam, lalu
dilanjutkan dengan penggilingan dan diayak dengan ayakan 100 mesh Suprapti 2003. Proses pembuatan tepung buah lindur dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir pembuatan tepung buah lindur Dimodifikasi dari Suprapti 2003.
Pemarutan dan penirisan
Pengeringan dengan oven 80 C, 3 jam
Penggilingan dan pengayakan 100 mesh
Tepung buah lindur Buah lindur
Penyortiran
Perendaman dan penirisan
Perebusan Pencucian dan perebusan hingga mendidih
Pengupasan
Penjemuran
Analisis tepung buah lindur yang dihasilkan meliputi sifat fisik dan kimia tepung buah lindur. Sifat fisik tepung buah lindur yang akan dianalisis adalah
warna. Analisis warna menggunakan metode hunter dengan alat chromameter CR-200. Sistem notasi warna yang digunakan adalah nilai L, a, b, dan
Hue. Nilai L menunjukan kecerahan warna tepung, sedangkan nilai a dan b merupakan
pengukuran warna kromatik. Analisis sifat kimia tepung buah lindur meliputi proksimat untuk mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
kadar karbohidrat by difference, kandungan mineral, dan kadar HCN.
3.3.3 Pembuatan biskuit lindur
Biskuit yang dibuat pada penelitian ini terdiri dari biskuit kontrol dan biskuit lindur. Biskuit kontrol dengan menggunakan tepung terigu 100,
sedangkan biskuit lindur dibuat menggunakan tepung lindur dan tepung terigu dengan perbandingan tepung lindur : tepung terigu, antara lain 40:60 H716,
50:50 N290, 60:40 Z315, dan 70:30 U867. Analisis yang dilakukan pada biskuit yang dihasilkan adalah uji organoleptik berupa uji hedonik
dengan menggunakan score sheet. Skor penilaiannya adalah 1 amat sangat tidak suka sampai 7 sangat suka yang meliputi penampakan, warna, tekstur, rasa, dan
aroma kemudian dilakukan uji mutu biskuit untuk biskuit terpilih. Proses pembuatan biskuit dimodifikasi dari Hiswaty 2002 pada
penelitian pendahuluannya. Formula yang dimodifikasi berupa penambahan air dan karagenan pada adonan serta pengurangan konsentrasi garam. Trial and error
proses pemanggangan biskuit disajikan pada Lampiran 2. Formula tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan proses pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 5.
Tabel 2 Formula biskuit
Bahan Komposisi gram
Hiswaty 2002
Tepung 100
100 Tepung gula
30 20
Kuning telur 10
10 Mentega
35 35
Susu full cream 2,5
2,5 Baking powder
0,2 0,2
Vanili 1
1 Garam
0,5 1
Karagenan 1
-
Sumber : Dimodifikasi dari Hiswaty 2002
Hasil uji hedonik berfungsi untuk menentukan biskuit pilihan panelis yang akan dilakukan analisis lebih lanjut, antara lain analisis proksimat kadar air, abu,
protein, lemak, dan karbohidrat, kadar serat kasar, kadar FFA, tingkat kekerasan, uji TPC, dan koliform. Berdasarkan hasil uji organoleptik, uji fisik dan uji kimia
maka dapat ditentukan penambahan tepung buah lindur yang optimal dari segi nilai gizi dan penerimaan konsumen.
Gambar 5 Diagram alir pembuatan biskuit Dimodifikasi dari Hiswaty 2002.
3.3.4 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis kimia, analisis fisik dan biologi. Analisis kimia yang diamati antara lain kadar air, kadar
abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kandungan HCN, kandungan mineral, kadar serat kasar, asam lemak bebas FFA, dan nilai kalori. Analisis
fisik yang diamati antara lain analisis jaringan, analisis warna tepung buah lindur, dan kekerasan biskuit. Analisis biologi yang diamati antara lain TPC dan
koliform.
Tepung terigu 60, 50, 40, 30
Tepung buah lindur 40, 50, 60, 70
Susu full cream Vanili
Baking powder Air
Garam Karagenan
Margarin, tepung gula, kuning telur
Pengocokan
Pencampuran hingga merata
Pemanggangan Pada suhu 135
o
C selama 20 menit Pengadukan hingga terbentuk adonan
Pencetakan
Biskuit
1 Analisis jaringan
Pemeriksaan jaringan tumbuhan lindur dilakukan dengan menggunakan metode parafin. Analisis ini dilakukan terhadap buah lindur. Tahapan persiapan
preparat dengan metode parafin diantaranya adalah fiksasi, dehidrasi, penjernihan, penanaman, penyayatan, penempelan sayatan, dan pewarnaan. Diagram alir
pembuatan preparat dengan metode parafin disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Diagram alir pembuatan preparat dengan metode paraffin. 2
Uji organoleptik Uji organoleptik terhadap biskuit dilakukan dengan menggunakan uji
hedonik atau uji kesukaan. Analisis ini menggunakan score sheet dengan skor penilaiannya dari 1 amat sangat tidak suka hingga 7 sangat suka yang meliputi
Tumbuhan lindur
Pemotongan
Fiksasi FFA
Pencucian dengan etanol
Infitrasi dengan parafin Penanaman dengan parafin
Penyayatan blok parafin
Perekatan dengan gelas objek
Pewarnaan
Pengamatan dengan mikroskop
penampakan, warna, tekstur, rasa, dan aroma kemudian dilakukan uji mutu biskuit
untuk biskuit terpilih. Uji ini dilakukan dengan menggunakan 30 panelis. Score
sheet uji hedonik biskuit lindur dapat dilihat pada Lampiran 3. 3
Analisis warna tepung lindur Analisis warna menggunakan metode hunter Lab dengan alat chromameter
CR-20. Sistem notasi warna yang digunakan adalah nilai L, a, b, dan Hue. Nilai L
menunjukkan kecerahan warna tepung, sedangkan nilai a dan b merupakan pengukuran warna kromatik.
4 Kekerasan biskuit Fardiaz 1987
Pengukuran kekerasan biskuit dilakukan dengan menggunakan texture analyzer XT-2i yang dinyatakan dalam satuan gf gram force. Pengukuran
kekerasan berhubungan dengan kerenyahan biskuit, yaitu mudah atau tidaknya biskuit biskuit menjadi remuk. Probe yang digunakan adalah probe bola
spherical. Jarak probe dikalibrasi sesuai dengan tinggi biskuit. Biskuit yang akan diukur kekerasannya diletakkan di bawah probe, lalu tekan Quick Run Test.
Nilai kekerasan biskuit dapat dilihat pada layar komputer. 5
Analisis kadar air AOAC 2005 Analisis kadar air dilakukan dengan penguapan menggunakan oven. Tahap
pertama yang dilakukan adalah mengeringkan cawan porselen pada suhu 105
o
C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan dalam desikator kurang lebih 15 menit
hingga dingin kemudian ditimbang. Sampel buah lindur ditimbang sebanyak 5
gram lalu dihomogenkan. Sampel yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Cawan porselen beserta sampel ke dalam oven dengan
suhu 105
o
C selama 6 jam. Setelah 6 jam cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin kemudian ditimbang bobotnya.
Keterangan: A= Berat cawan porselen kosong gram B = Berat cawan porselen dengan sampel gram sebelum dioven
C= Berat cawan porselen dengan sampel gram setelah dioven kadar air =
− −
� 100
6 Analisis kadar abu AOAC 2005
Analisis kadar abu dilakukan dengan mengabukan sampel di dalam tanur. Tahap pertama cawan abu porselen dikeringkan di dalam oven selama 1 jam
dengan suhu 105
o
C, lalu didinginkan 15 menit di dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel buah lindur ditimbang sebanyak 5 gram lalu dihomogenkan.
Sampel buah lindur yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam cawan abu porselen. Cawan porselen beserta sampel buah lindur didalamnya dipijarkan
dalam tungku pengabuan bersuhu 105
o
C sampai tidak berasap. Selanjutnya cawan tersebut dimasukkan kedalam tanur pada suhu 600
o
C selama 6 jam sampai abu berwarna putih dan berat konstan. Setelah itu cawan abu porelin didinginkan
dalam desikator kemudian ditimbang bobotnya.
Perhitungan kadar abu:
Keterangan: A = Berat cawan porselen kosong gram B = Berat cawan porselen dengan sampel gram sebelum ditanur
C = Berat cawan porselen dengan sampel gram setelah ditanur 7
Analisis kadar protein AOAC 2005 Tahap
– tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Pertama
–tama, sampel dimasukkan sebanyak 1 gram ke dalam tabung kjelhdal. Selanjutnya ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
p.a 98 ke dalam tabung tersebut. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke
dalam alat pemanas dengan suhu 400
o
C. Proses dekstruksi dilakukan sampai larutan berwarna bening Tahap destruksi. Selanjutnya isi labu dituangkan ke
dalam labu destilasi, lalu dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan larutan NaOH 50 sebanyak 10 ml. Cairan dalam ujung tabung kondensor
ditampung dalam Erlenmeyer 125 ml berisi larutan H
3
BO
3
indikator yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh 200 ml destilat yang
bercampur dengan H
3
BO
3
indikator dalam erlenmeyer Tahap destilasi. Terakhir dilakukan titrasi menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan Erlenmeyer
berubah menjadi pink. Kadar protein ditentukan dengan rumus: kadar abu =
− −
� 100
N =
− � 0.1
� 14.007 �
�
× 100 Kadar protein = N x 6,25
8 Analisis kadar lemak AOAC 2005
Lemak adalah senyawa yag larut dalam pelarut nonpolar. Sifat kelarutan lemak sangat tergantung pada strukturnya. Metode yang sering digunakan di
laboratorium adalah metode ekstraksi sokhlet, yakni secara langsung mengekstraksi lemak dari bahan dengan pelarut organik non polar, misalnya
heksana, petroleum eter, dan dietil eter. Sampel seberat 5 gram W1 dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian
dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya W2 dan disambungkan dengan tabung sokhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam
ruang reaktor tabung sokhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi sokhlet lalu dipanaskan pada suhu 40
o
C dengan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak
didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke
dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan W3. Perhitungan kadar lemak yaitu :
Kadar lemak =
�3−�2 �1
× 100 Keterangan: W1 = berat sampel g
W2 = berat labu lemak tanpa lemak g W3 = berat labu lemak dengan lemak g
9 Analisis karbohidrat AOAC 2005
Pengukuran kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100 dengan kadar air, abu, protein, dan lemak sehingga kadar
karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Kadar karbohidrat dapat dihitung mengunakan rumus:
Karbohidrat = 100 - air + abu + protein + lemak
10 Kadar serat kasar BSN 1992
Sampel sebanyak 1 g contoh yang telah bebas dari lemak ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 750 mL, kemudian ditambah 100 mL H
2
SO
4
1,25, dan didihkan selama 30 menit. Sampel tersebut kemudian ditambahkan lagi 200 mL NaOH 3,25, lalu didihkan selama 30 menit. Dalam keadaan panas
sampel disaring dengan menggunakan corong Buchner berisi kertas saring yang telah diketahui bobotnya lebih dahulu dikeringkan pada 105
o
C selama ½ jam. Kertas saring dicuci berturut-turut dengan air panas, H
2
SO
4
1,25, air panas, dan alkohol 96. Kertas saring dengan isinya diangkat dan dimasukkan ke dalam
cawan pijar yang telah diketahui bobotnya, lalu dikeringkan pada 105
o
C selama 1 jam hingga bobot tetap. Setelah itu cawan seisinya diabukan dan dipijarkan,
akhirnya ditimbang sampai bobot tetap. Kadar serat kasar =
− − ℎ
� 100 Dimana : A: bobot cawan + kertas saring + isi
B: bobot abu + cawan C: bobot kertas saring
11 Asam lemak bebas FFA BSN 2011
Sampel minyak atau lemak sebanyak 10 gram yang diperoleh dari biskuit ditambahkan ke dalam 50 mL etanol netral 95, kemudian dipanaskan selama 10
menit dalam penangas air sambil diaduk lalu didinginkan. Setelah didinginkan, sampel ditambah 2 mL larutan fenolftalein kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai berwarna merah jambu. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar FFA adalah :
FFA =
28,2 �
� �
� � � 1000
x 100 12
Nilai kalori BSN 1992 Nilai kalori per 100 g contoh = 9 x lemak + 4 x protein + 4 x karbohidrat
kal 13
Uji Total Plate Count TPC Fardiaz 1987 Pembuatan larutan contoh dilakukan dengan cara mencampurkan 10 mL
sampel dengan 90 mL larutan garam fisiologis sampai larutan menjadi homogen
sehingga terbentuk pengenceran 10
-1
. Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 1 mL larutan contoh yang sudah homogen dengan pipet steril, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan garam fisiologis sehingga terbentuk pengenceran 10
-2
, kemudian larutan tersebut dikocok sampai homogen. Pengenceran dilakukan menurut kebutuhan penelitian, masing-masing
tabung pengenceran dipipet sebanyak 1 mL larutan contoh dan dipindahkan ke dalam cawan petri steril secara duplo menggunakan pipet steril. Media agar
ditambahkan ke dalam setiap cawan petri sebanyak 10 mL dan digoyangkan sampai merata. Setelah agak membeku, cawan petri diinkubasi dengan posisi
terbalik dalam inkubator bersuhu 35
o
C. Jumlah koloni mikroba dalam cawan petri dihitung dengan pemilihan
cawan petri yang mempunyai koloni antara 30-300 koloni. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama dan angka kedua setelah koma
kemudian dikalikan dengan satu per faktor pengencerannya. Jika angka yang ketiga sama atau lebih besar dari 5, maka dibutuhkan satu angka lebih tinggi dari
angka kedua. Jumlah koloni yang dapat dihitung adalah sebagai berikut : Koloni per mlgram =
∑koloni =
1 F
� �� �
14 Uji total bakteri koliform BSN 1992
Analisis terhadap koliform dilakukan dengan menggunakan metode Angka Paling MemungkinkanAPM Most Probable NumberMPN seri 3 tabung, yaitu
dengan mengamati keberadaan gas yang terbentuk dalam tabung Durham. Prosedurnya dimulai dengan mengencerkan sebanyak 25 gram sampel ke dalam
225 mL BPW P-1, pengenceran dilakukan hingga 10
-3
P-3. Sebanyak 1 mL sampel dari masing-masing pengenceran diambil dan dipindahkan ke dalam
tabung yang berisi 5 mL Lactose Broth yang telah disediakan dengan menggunakan pipet steril, tiap pengenceran disediakan 3 tabung reaksi dan di
dalam masing-masing tabung reaksi diletakkan tabung Durham dengan posisi terbalik. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24-48 jam. Jumlah tabung yang membentuk gas pada masing-masing pengenceran dicatat, kemudian
dikonversikan berdasarkan tabel yang telah ditetapkan untuk mendapatkan jumlah bakteri koliform Lampiran 4.
3.3.5 Pengolahan data
Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan substitusi tepung lindur yang berbeda. Perlakuan yang digunakan pada pembuatan biskuit dengan substitusi
tepung lindur ini, yaitu 40, 50, 60, dan 70. Masing-masing perlakuan substitusi tepung lindur dilakukan dengan 2 kali ulangan. Data yang diperoleh dari
hasil organoleptik diolah menggunakan software SPSS untuk mengetahui hasil terbaik. Jika hasil uji Kruskal wallis menunjukkan nilai Asymp.Sig. 0,05 maka
perlu dilakukan uji lanjut Duncan dengan hipotesis berikut : H
: Perbedaan konsentrasi tepung lindur yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter rasa, warna, tekstur,
penampakan, dan aroma biskuit. H
1
: Perbedaan konsentrasi tepung lindur yang ditambahkan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter rasa, warna, tekstur,
penampakan, dan aroma biskuit. Hasil uji organoleptik yang terbaik akan diuji mutunya secara fisik, yaitu
uji kekerasan, analisis kimia dan biologi. Analisis kimia meliputi analisis proksimat kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat, nilai kalori, kadar
serat kasar, dan asam lemak bebas. Analisis biologi meliputi uji TPC dan koliform.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Jaringan Buah Tumbuhan Lindur B. gymnorrhiza
Penampang melintang buah tumbuhan lindur menunjukkan bahwa lapisan epidermis merupakan lapisan terluar. Buah lindur memiliki lapisan epidermis
selapis yang cenderung berbentuk segi empat. Dinding tangential atas buah lindur lebih tebal dibandingkan dengan dinding tangential bagian bawahnya. Penampang
melintang buah lindur disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Penampang melintang buah lindur. Gambar 7 menjelaskan bahwa kedua dinding radial sel cenderung lebih
pendek daripada dinding tangential selnya. Pati ditemukan dalam jumlah besar pada jaringan korteks buah selayaknya susunan jaringan. Jaringan buah lindur
juga tersusun atas berkas pembuluh yang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Berkas pembuluh pada buah lindur. Gambar 8 menjelaskan bahwa silinder vaskuler pada buah tumbuhan
lindur membentuk sistem konsentris amphikribral. Xilem berada di dalam
Epidermis Butiran pati
Rongga antar sel
Floem Xilem
Korteks
sedangkan floem mengelilingi xilem tersebut. Kerja xilem dalam hal transportasi air dan zat mineral dari akar ke seluruh jaringan serta adanya kandungan pati
menyebabkan ukuran pembuluhnya lebih tebal daripada floem. Pati pada vakuola berfungsi sebagai cadangan makanan pada tumbuhan.
4.2 Komposisi Kimia Buah Lindur Segar B