Pembuatan biskuit lindur Pengamatan

Analisis tepung buah lindur yang dihasilkan meliputi sifat fisik dan kimia tepung buah lindur. Sifat fisik tepung buah lindur yang akan dianalisis adalah warna. Analisis warna menggunakan metode hunter dengan alat chromameter CR-200. Sistem notasi warna yang digunakan adalah nilai L, a, b, dan Hue. Nilai L menunjukan kecerahan warna tepung, sedangkan nilai a dan b merupakan pengukuran warna kromatik. Analisis sifat kimia tepung buah lindur meliputi proksimat untuk mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat by difference, kandungan mineral, dan kadar HCN.

3.3.3 Pembuatan biskuit lindur

Biskuit yang dibuat pada penelitian ini terdiri dari biskuit kontrol dan biskuit lindur. Biskuit kontrol dengan menggunakan tepung terigu 100, sedangkan biskuit lindur dibuat menggunakan tepung lindur dan tepung terigu dengan perbandingan tepung lindur : tepung terigu, antara lain 40:60 H716, 50:50 N290, 60:40 Z315, dan 70:30 U867. Analisis yang dilakukan pada biskuit yang dihasilkan adalah uji organoleptik berupa uji hedonik dengan menggunakan score sheet. Skor penilaiannya adalah 1 amat sangat tidak suka sampai 7 sangat suka yang meliputi penampakan, warna, tekstur, rasa, dan aroma kemudian dilakukan uji mutu biskuit untuk biskuit terpilih. Proses pembuatan biskuit dimodifikasi dari Hiswaty 2002 pada penelitian pendahuluannya. Formula yang dimodifikasi berupa penambahan air dan karagenan pada adonan serta pengurangan konsentrasi garam. Trial and error proses pemanggangan biskuit disajikan pada Lampiran 2. Formula tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan proses pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 2 Formula biskuit Bahan Komposisi gram Hiswaty 2002 Tepung 100 100 Tepung gula 30 20 Kuning telur 10 10 Mentega 35 35 Susu full cream 2,5 2,5 Baking powder 0,2 0,2 Vanili 1 1 Garam 0,5 1 Karagenan 1 - Sumber : Dimodifikasi dari Hiswaty 2002 Hasil uji hedonik berfungsi untuk menentukan biskuit pilihan panelis yang akan dilakukan analisis lebih lanjut, antara lain analisis proksimat kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat, kadar serat kasar, kadar FFA, tingkat kekerasan, uji TPC, dan koliform. Berdasarkan hasil uji organoleptik, uji fisik dan uji kimia maka dapat ditentukan penambahan tepung buah lindur yang optimal dari segi nilai gizi dan penerimaan konsumen. Gambar 5 Diagram alir pembuatan biskuit Dimodifikasi dari Hiswaty 2002.

3.3.4 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis kimia, analisis fisik dan biologi. Analisis kimia yang diamati antara lain kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kandungan HCN, kandungan mineral, kadar serat kasar, asam lemak bebas FFA, dan nilai kalori. Analisis fisik yang diamati antara lain analisis jaringan, analisis warna tepung buah lindur, dan kekerasan biskuit. Analisis biologi yang diamati antara lain TPC dan koliform.  Tepung terigu 60, 50, 40, 30  Tepung buah lindur 40, 50, 60, 70  Susu full cream  Vanili  Baking powder  Air  Garam  Karagenan Margarin, tepung gula, kuning telur Pengocokan Pencampuran hingga merata Pemanggangan Pada suhu 135 o C selama 20 menit Pengadukan hingga terbentuk adonan Pencetakan Biskuit 1 Analisis jaringan Pemeriksaan jaringan tumbuhan lindur dilakukan dengan menggunakan metode parafin. Analisis ini dilakukan terhadap buah lindur. Tahapan persiapan preparat dengan metode parafin diantaranya adalah fiksasi, dehidrasi, penjernihan, penanaman, penyayatan, penempelan sayatan, dan pewarnaan. Diagram alir pembuatan preparat dengan metode parafin disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Diagram alir pembuatan preparat dengan metode paraffin. 2 Uji organoleptik Uji organoleptik terhadap biskuit dilakukan dengan menggunakan uji hedonik atau uji kesukaan. Analisis ini menggunakan score sheet dengan skor penilaiannya dari 1 amat sangat tidak suka hingga 7 sangat suka yang meliputi Tumbuhan lindur Pemotongan Fiksasi FFA Pencucian dengan etanol Infitrasi dengan parafin Penanaman dengan parafin Penyayatan blok parafin Perekatan dengan gelas objek Pewarnaan Pengamatan dengan mikroskop penampakan, warna, tekstur, rasa, dan aroma kemudian dilakukan uji mutu biskuit untuk biskuit terpilih. Uji ini dilakukan dengan menggunakan 30 panelis. Score sheet uji hedonik biskuit lindur dapat dilihat pada Lampiran 3. 3 Analisis warna tepung lindur Analisis warna menggunakan metode hunter Lab dengan alat chromameter CR-20. Sistem notasi warna yang digunakan adalah nilai L, a, b, dan Hue. Nilai L menunjukkan kecerahan warna tepung, sedangkan nilai a dan b merupakan pengukuran warna kromatik. 4 Kekerasan biskuit Fardiaz 1987 Pengukuran kekerasan biskuit dilakukan dengan menggunakan texture analyzer XT-2i yang dinyatakan dalam satuan gf gram force. Pengukuran kekerasan berhubungan dengan kerenyahan biskuit, yaitu mudah atau tidaknya biskuit biskuit menjadi remuk. Probe yang digunakan adalah probe bola spherical. Jarak probe dikalibrasi sesuai dengan tinggi biskuit. Biskuit yang akan diukur kekerasannya diletakkan di bawah probe, lalu tekan Quick Run Test. Nilai kekerasan biskuit dapat dilihat pada layar komputer. 5 Analisis kadar air AOAC 2005 Analisis kadar air dilakukan dengan penguapan menggunakan oven. Tahap pertama yang dilakukan adalah mengeringkan cawan porselen pada suhu 105 o C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan dalam desikator kurang lebih 15 menit hingga dingin kemudian ditimbang. Sampel buah lindur ditimbang sebanyak 5 gram lalu dihomogenkan. Sampel yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Cawan porselen beserta sampel ke dalam oven dengan suhu 105 o C selama 6 jam. Setelah 6 jam cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin kemudian ditimbang bobotnya. Keterangan: A= Berat cawan porselen kosong gram B = Berat cawan porselen dengan sampel gram sebelum dioven C= Berat cawan porselen dengan sampel gram setelah dioven kadar air = − − � 100 6 Analisis kadar abu AOAC 2005 Analisis kadar abu dilakukan dengan mengabukan sampel di dalam tanur. Tahap pertama cawan abu porselen dikeringkan di dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105 o C, lalu didinginkan 15 menit di dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel buah lindur ditimbang sebanyak 5 gram lalu dihomogenkan. Sampel buah lindur yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam cawan abu porselen. Cawan porselen beserta sampel buah lindur didalamnya dipijarkan dalam tungku pengabuan bersuhu 105 o C sampai tidak berasap. Selanjutnya cawan tersebut dimasukkan kedalam tanur pada suhu 600 o C selama 6 jam sampai abu berwarna putih dan berat konstan. Setelah itu cawan abu porelin didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang bobotnya. Perhitungan kadar abu: Keterangan: A = Berat cawan porselen kosong gram B = Berat cawan porselen dengan sampel gram sebelum ditanur C = Berat cawan porselen dengan sampel gram setelah ditanur 7 Analisis kadar protein AOAC 2005 Tahap – tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Pertama –tama, sampel dimasukkan sebanyak 1 gram ke dalam tabung kjelhdal. Selanjutnya ditambahkan 10 ml H 2 SO 4 p.a 98 ke dalam tabung tersebut. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan suhu 400 o C. Proses dekstruksi dilakukan sampai larutan berwarna bening Tahap destruksi. Selanjutnya isi labu dituangkan ke dalam labu destilasi, lalu dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan larutan NaOH 50 sebanyak 10 ml. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam Erlenmeyer 125 ml berisi larutan H 3 BO 3 indikator yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh 200 ml destilat yang bercampur dengan H 3 BO 3 indikator dalam erlenmeyer Tahap destilasi. Terakhir dilakukan titrasi menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan Erlenmeyer berubah menjadi pink. Kadar protein ditentukan dengan rumus: kadar abu = − − � 100 N = − � 0.1 � 14.007 � � × 100 Kadar protein = N x 6,25 8 Analisis kadar lemak AOAC 2005 Lemak adalah senyawa yag larut dalam pelarut nonpolar. Sifat kelarutan lemak sangat tergantung pada strukturnya. Metode yang sering digunakan di laboratorium adalah metode ekstraksi sokhlet, yakni secara langsung mengekstraksi lemak dari bahan dengan pelarut organik non polar, misalnya heksana, petroleum eter, dan dietil eter. Sampel seberat 5 gram W1 dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya W2 dan disambungkan dengan tabung sokhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang reaktor tabung sokhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi sokhlet lalu dipanaskan pada suhu 40 o C dengan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan W3. Perhitungan kadar lemak yaitu : Kadar lemak = �3−�2 �1 × 100 Keterangan: W1 = berat sampel g W2 = berat labu lemak tanpa lemak g W3 = berat labu lemak dengan lemak g 9 Analisis karbohidrat AOAC 2005 Pengukuran kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100 dengan kadar air, abu, protein, dan lemak sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Kadar karbohidrat dapat dihitung mengunakan rumus: Karbohidrat = 100 - air + abu + protein + lemak 10 Kadar serat kasar BSN 1992 Sampel sebanyak 1 g contoh yang telah bebas dari lemak ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 750 mL, kemudian ditambah 100 mL H 2 SO 4 1,25, dan didihkan selama 30 menit. Sampel tersebut kemudian ditambahkan lagi 200 mL NaOH 3,25, lalu didihkan selama 30 menit. Dalam keadaan panas sampel disaring dengan menggunakan corong Buchner berisi kertas saring yang telah diketahui bobotnya lebih dahulu dikeringkan pada 105 o C selama ½ jam. Kertas saring dicuci berturut-turut dengan air panas, H 2 SO 4 1,25, air panas, dan alkohol 96. Kertas saring dengan isinya diangkat dan dimasukkan ke dalam cawan pijar yang telah diketahui bobotnya, lalu dikeringkan pada 105 o C selama 1 jam hingga bobot tetap. Setelah itu cawan seisinya diabukan dan dipijarkan, akhirnya ditimbang sampai bobot tetap. Kadar serat kasar = − − ℎ � 100 Dimana : A: bobot cawan + kertas saring + isi B: bobot abu + cawan C: bobot kertas saring 11 Asam lemak bebas FFA BSN 2011 Sampel minyak atau lemak sebanyak 10 gram yang diperoleh dari biskuit ditambahkan ke dalam 50 mL etanol netral 95, kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk lalu didinginkan. Setelah didinginkan, sampel ditambah 2 mL larutan fenolftalein kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar FFA adalah : FFA = 28,2 � � � � � � 1000 x 100 12 Nilai kalori BSN 1992 Nilai kalori per 100 g contoh = 9 x lemak + 4 x protein + 4 x karbohidrat kal 13 Uji Total Plate Count TPC Fardiaz 1987 Pembuatan larutan contoh dilakukan dengan cara mencampurkan 10 mL sampel dengan 90 mL larutan garam fisiologis sampai larutan menjadi homogen sehingga terbentuk pengenceran 10 -1 . Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 1 mL larutan contoh yang sudah homogen dengan pipet steril, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan garam fisiologis sehingga terbentuk pengenceran 10 -2 , kemudian larutan tersebut dikocok sampai homogen. Pengenceran dilakukan menurut kebutuhan penelitian, masing-masing tabung pengenceran dipipet sebanyak 1 mL larutan contoh dan dipindahkan ke dalam cawan petri steril secara duplo menggunakan pipet steril. Media agar ditambahkan ke dalam setiap cawan petri sebanyak 10 mL dan digoyangkan sampai merata. Setelah agak membeku, cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik dalam inkubator bersuhu 35 o C. Jumlah koloni mikroba dalam cawan petri dihitung dengan pemilihan cawan petri yang mempunyai koloni antara 30-300 koloni. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama dan angka kedua setelah koma kemudian dikalikan dengan satu per faktor pengencerannya. Jika angka yang ketiga sama atau lebih besar dari 5, maka dibutuhkan satu angka lebih tinggi dari angka kedua. Jumlah koloni yang dapat dihitung adalah sebagai berikut : Koloni per mlgram = ∑koloni = 1 F � �� � 14 Uji total bakteri koliform BSN 1992 Analisis terhadap koliform dilakukan dengan menggunakan metode Angka Paling MemungkinkanAPM Most Probable NumberMPN seri 3 tabung, yaitu dengan mengamati keberadaan gas yang terbentuk dalam tabung Durham. Prosedurnya dimulai dengan mengencerkan sebanyak 25 gram sampel ke dalam 225 mL BPW P-1, pengenceran dilakukan hingga 10 -3 P-3. Sebanyak 1 mL sampel dari masing-masing pengenceran diambil dan dipindahkan ke dalam tabung yang berisi 5 mL Lactose Broth yang telah disediakan dengan menggunakan pipet steril, tiap pengenceran disediakan 3 tabung reaksi dan di dalam masing-masing tabung reaksi diletakkan tabung Durham dengan posisi terbalik. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24-48 jam. Jumlah tabung yang membentuk gas pada masing-masing pengenceran dicatat, kemudian dikonversikan berdasarkan tabel yang telah ditetapkan untuk mendapatkan jumlah bakteri koliform Lampiran 4.

3.3.5 Pengolahan data