2.4 Bahan Penunjang untuk Pembuatan Biskuit
Bahan  penunjang  dalam  pembuatan  biskuit  merupakan  bahan-bahan  yang memiliki fungsi untuk menciptakan citarasa dan flavor, pengemulsi, memberikan
warna,  menstabilkan  adonan,  meningkatkan  kerenyahan,  dan  meningkatkan kandungan  gizi  biskuit.  Bahan  penunjang  yang  digunakan  dalam  pembuatan
biskuit  antara  lain,  telur,  gula,  lemak,  bahan  pengembang,  karagenan,  garam, vanili, dan air.
2.4.1 Telur
Penggunaan  telur  dalam  pembuatan  biskuit  berfungsi  sebagai  pengemulsi yang  dapat  mempertahankan  kestabilan  adonan,  meningkatkan  dan  menguatkan
flavor,  warna  dan  kelembutan  Matz  dan  Matz  1978.  Albumin  telur  berfungsi membantu  pembentukan  struktur  adonan  selama  pemanggangan  biskuit,  karena
dapat  memerangkap  udara  saat  adonan  dikocok  sehingga  udara  dapat  menyebar merata di seluruh adonan, selain itu telur dapat meningkatkan kerenyahan crispy
biskuit Whiteley 1971. Gelatin  dan  albumin  putih  telur  adalah  protein  yang  bersifat  sebagai
emulsifier  dengan kekuatan biasa dan kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan  daya  emulsifier  yang  kuat  adalah  kandungan  lesitinnya  yang
terdapat  dalam  bentuk  kompleks  lesitin-protein.  Lesitin  adalah  fosfolipida  yang salah  satu  gugus  hidroksil  residu  asam  fosfatnya  terikat  kolina.  Lesitin
mempunyai bagian yang larut dalam minyak dan bagian yang bersifat larut dalam air, oleh karena itu lesitin dapat digunakan sebagai emulsifier Winarno 2008.
2.4.2 Gula
Gula berfungsi  sebagai  pemberi  rasa manis biskuit dan pelunakan  gluten. Gula  juga  berperan  membentuk  flavor  dan  warna  coklat  biskuit  lewat  reaksi
pencoklatan nonenzimatis selama proses pemanggangan, memperbaiki tekstur dan mempengaruhi  pengembangan  biskuit  Matz  dan  Matz  1978.  Gula  yang
digunakan  bisa  dalam  bentuk  gula  pasir,  gula  pasir  halus,  atau  tepung  gula. Besarnya  partikel  gula  dalam  adonan  akan  mempengaruhi  penyebaran  biskuit.
Gula pasir halus memiliki sifat pengkriman yang lebih baik dibandingkan tepung gula. Jenis pemanis lain yang dapat digunakan selain sukrosa adalah brown sugar,
invert syrup, laktosa, dan madu Matz 1978.
Gula  juga  berperan  dalam  memperpanjang  masa  simpan  biskuit,  karena sifatnya yang higroskopis menahan air. Waktu pemanggangan diusahakan tidak
terlalu  lama,  karena  gula  dapat  menyebabkan  karamelisasi  yang  berlebihan, sehingga penampakan biskuit akan menjadi hangus Daniel 1978.
2.4.3 Lemak