Gambar 10  Histogram  nilai  rata-rata  tingkat  kesukaan  terhadap  penampakan
biskuit lindur. Perbedaan substitusi tepung lindur tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap  penampakan  yang  dihasilkan  oleh  biskuit  lindur.  Bentuk  biskuit  lindur yang  dihasilkan  memiliki  penampakan  yang  seragam  jika  dilihat  secara  kasat
mata. Hasil uji Kruskal wallis dapat dilihat pada Lampiran 5. Tingkat penerimaan
biskuit  tertinggi  terhadap  parameter  penampakan  adalah  biskuit  dengan penambahan  tepung  lindur  sebanyak  40  dan  tepung  terigu  sebanyak  60  dan
tingkat  penerimaan  biskuit  terendah  terdapat  pada  biskuit  dengan  penambahan tepung  lindur  60  dan  tepung  terigu  40.  Penambahan  tepung  lindur  pada
adonan menyebabkan penampakan biskuit menjadi berwarna coklat.
4.8.2 Warna
Hasil  uji  kesukaan  terhadap  warna  menunjukkan  bahwa  nilai  rata-rata kesukaan panelis terhadap warna biskuit dengan penambahan tepung lindur adalah
4,9-5,3.  Tingkat  kesukaan  panelis  terhadap  warna  biskuit  lindur  berkisar  antara netral  sampai  agak  suka.  Tingkat  kesukaan  warna  biskuit  tertinggi  terdapat  pada
biskuit dengan penambahan tepung lindur 40 dan tepung terigu 60 dan tingkat kesukaan  terkecil  terdapat  pada  biskuit  dengan  penambahan  tepung  lindur  60
dan tepung terigu 40. Penilaian panelis terhadap parameter warna biskuit lindur disajikan pada Gambar 11.
a a
a a
Gambar 11  Histogram  nilai  rata-rata  tingkat  kesukaan  terhadap  warna  biskuit lindur.
Hasil  analisis  Kruskal  wallis  menunjukkan  bahwa  perbedaan  sustitusi tepung  lindur  tidak  memberikan  pengaruh  yang  nyata  terhadap  warna  biskuit
lindur  yang  dihasilkan.  Hasil  uji  Kruskal  Wallis  dapat  dilihat  pada  Lampiran  5. Warna  biskuit  lindur  yang  dihasilkan  pada  penelitian  ini  adalah  warna  coklat.
Warna  biskuit  berasal  dari  tepung  lindur  itu  sendiri  yang  memiliki  warna  coklat kemerah-merahan.  Warna  coklat  juga  disebabkan  oleh  reaksi  maillard  dan
karamelisasi  yang  terjadi  pada  saat  pemanggangan  dengan  oven.  Suarni  2009 menjelaskan  bahwa  pemanggangan  akan  mempengaruhi  warna  produk  menjadi
coklat  karena  terjadi  reaksi  pencoklatan  non  enzimatik,  yaitu  karamelisasi  dan reaksi mailliard.
4.8.3 Aroma
Hasil  uji  kesukaan  terhadap  aroma  menunjukkan  nilai  rata-rata  kesukaan panelis terhadap aroma biskuit dengan penambahan tepung lindur adalah 4,7-5,2.
Tingkat  kesukaan  panelis  terhadap  aroma  biskuit  lindur  berkisar  antara  netral sampai agak suka. Tingkat kesukaan tertinggi terhadap parameter aroma terdapat
pada  biskuit  dengan  penambahan  tepung  lindur  sebesar  40  dan  tepung  terigu 60 dan biskuit dengan penambahan tepung lindur 50 dan tepung terigu 50,
sedangkan  tingkat  kesukaan  terendah  terdapat  pada  biskuit  dengan  penambahan tepung lindur sebesar 70 dan tepung terigu 30. Nilai rata-rata tingkat kesukaan
panelis terhadap parameter aroma biskuit lindur disajikan pada Gambar 12.
a a
a a
Gambar 12  Histogram  nilai  rata-rata  tingkat  kesukaan  terhadap  aroma  biskuit lindur.
Hasil  analisis  Kruskal  wallis  menunjukkan  bahwa  perbedaan  sustitusi tepung  lindur  tidak  memberikan  pengaruh  yang  nyata  terhadap  parameter  aroma
biskuit  lindur  yang  dihasilkan.  Hasil  uji  Kruskal  wallis  dapat  dilihat  pada Lampiran 5. Aroma  yang dihasilkan oleh biskuit lindur berasal dari bahan-bahan
yang  digunakan  dalam  adonan  biskuit,  yaitu  margarin,  gula,  telur,  vanili.  Selain aroma  yang  dihasilkan  dari  bahan-bahan  tersebut,  aroma  yang  dihasilkan  oleh
tepung  lindur  juga  dapat  tercium  pada  biskuit. Suarni  2009  menyatakan  bahwa aroma biskuit ditentukan oleh bahan yang digunakan dan perbandingannya, antara
lain  margarin,  telur,  bahan  tambahan,  dan  jenis  tepung.  Penambahan  konsentrasi tepung  lindur  yang  semakin  tinggi  akan  mengurangi  tingkat  kesukaan  panelis
walaupun dengan perbedaan yang tidak signifikan, hal ini disebabkan oleh aroma tepung lindur yang masih asing untuk diterima oleh panelis.
4.8.4 Rasa