Bagian-Bagian Aspek Afektif Aspek Afektif

respons. Untuk menjadikan seseorang belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis. 40 b Modeling Menurut Wina, “Modeling adalah proses peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya.” 41 Metode pembetukan sikap dengan modeling yaitu dengan cara mencontoh dan adanya rasa kagum. Seperti guru harus dapat mencontohkan sikap baik kepada siswanya. Proses modeling harus diberikan pemahaman mengapa hal itu wajib dilakukan. Karena, bertujuan agar sikap itu didasari oleh suatu keyakinan kebenaran. Misalnya guru perlu menjelaskan mengapa kita harus berkata jujur. c Metode mengajar yang menarik Guru menggunakan metode yang menarik seperti metode aktif learning, mengadakan diskusi, demonstrasi, dan sebagainya. Guru yang menggunakan metode yang menarik maka siswa akan menyukai mata pelajarannya. 2 Nilai Bagian dari aspek afektif yaitu nilai. Wina mendefisinikan nilai adalah yang berhubungan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, indah atau tidak indah, layak atau tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain sebagainya. 42 Salah satu Siswa dapat menilai yaitu jujur itu harus ditegakkan dan pentingnya perbuatan jujur dalam kehidupan sehari-hari. Seperti di dalam QS AL-Azhab: 70 40 Muhammad Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, h. 91 41 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008, h. 278 42 Ibid, h. 274         Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar. Menurut Wina, yang mengutip pendapat Gulo mengenai tentang nilai adalah: a Nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya. b Pengembangan domain afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik. c Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina. d Perkembangan nilai atau moral tidak sekaligus, tetapi melalui tahap tertentu. 43 Pendidikan nilai saat ini memiliki peran yang sangat penting bagi siswa. Pendidikan nilai harus dapat diterapkan bagi siswa, karena dengan siswa memiliki suatu nilai maka siswa akan berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggap baik dan tidak bertentangan dengan norma. Nilai bagi seseorang tidak statis, tetapi selalu berubah. Setiap orang akan menganggap sesuatu itu baik sesuai dengan pandangannya pada saat itu. Oleh sebab itu, maka sistem nilai yang dimilki seseorang itu bisa dibina dan diarahkan. Apabila seseorang menganggap nilai agama adalah di atas segalanya, maka nilai-nilai yang lain akan tergantung pada nilai agama itu. Dengan demikian sikap seseorang sangat tergantung pada sistem nilai yang dianggapnya paling besar dan kemudian sikap itu yang akan mengendalikan perilaku orang tersebut. 44 Penulis dapat menyimpulkan penjelasan di atas bahwasanya nilai dapat dijadikan pedoman untuk mengarahkan perilaku seseorang dalam bertindak. Komitmen seseorang terhadap suatu nilai dapat terjadi melalui pembentukan sikap. Contohnya jika seseorang memilki kesenangan 43 Wina Sanjaya, op.cit, h. 276 44 Ibid, h..276 terhadap suatu objek maka dia akan berusaha untuk menunjukan sikap kesenangannya secara rutin. 3 Minat Slameto mendefinisikan minat adalah sesuatu yang disukai dan adanya rasa keterkaitan pada suatu hal tanpa ada paksaan dari orang lain. 45 Sedangkan Winkel memberikan definisi minat adalah kecenderungan seseorang untuk menetap, merasa tertarik pada sesuatu hal dan merasa senang mempelajari sesuatu yang disenanginya itu. 46 Menurut Uzer Usman yang mengutip pendapat William James menyatakan bahwa minat siswa adalah faktor utama yang membantu dalam proses pembelajaran menjadi berhasil dan siswa menjadi aktif dalam belajar. 47 Seseorang yang memiliki minat dapat terlihat pada pernyataan yang menunjukan kesenangan atau kesukaan terhadap sesuatu dan dapat juga terlihat pada partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat siswa dalam belajar seperti siswa memiliki minat terhadap pelajaran maka siswa tersebut akan memberikan perhatian lebih besar terhadap pelajaran itu. Minat memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. 4 Konsep Diri Pengertian konsep diri menurut Desmita, “konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sen diri.” 48 45 Slameto, op.cit, h. 180 46 Winkel, op. cit, h. 212 47 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 27 48 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 164 Lusi Nuryanti mengemukakan bahwa konsep diri menunjukkan cara seseorang memandang dirinya sendiri dan kemampuannya. Anak yang memandang dirinya secara positif dan menilai dirinya mampu akan lebih berhasil di sekolah dan dalam kehidupan sosialnya daripada anak yang memandang dirinya secara negatif dan menilai dirinya tidak mampu. 49 Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan psikososial peserta didik. Konsep diri dapat mempengaruhi perilaku peserta didik. Untuk itu guru harus dapat mengupayakan terjadinya peningkatan konsep diri pada siswa. Menurut Desmita ada beberapa strategi yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan konsep diri pada peserta didik yaitu sebagai berikut: a Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru seperti peduli terhadap siswa, perhatian kepada siswa. b Membuat siswa merasa tanggung jawab. c Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistik. d Membantu siswa untuk menilai diri mereka secara realistik. e Membuat siswa merasa mampu. f Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya. 50 Contoh dari konsep diri yaitu ketika siswa berada di sekolah dan dalam kelas yang sama. Tetapi setiap siswa memiliki konsep diri yang berbeda. Saat siswa menghadapi tugas sekolah, setiap siswa memiliki konsep diri yang berbeda. Ada siswa yang menilai dirinya mampu dan akan berusaha untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya karena yakin akan dapat mengerjakannya. Sementara itu, ada juga siswa yang menilai dirinya tidak mampu dan cenderung kurang termotivasi untuk mengerjakannya. 5 Motivasi Menurut pendapat para tokoh yang dikutip oleh Djaali dalam buku Psikologi Pendidikan mengemukakan definisi motivasi adalah: 49 Lusi Nuryanti,dkk, Psikologi Anak, Jakarta: PT Indeks, 2008, Cet I, h. 58 50 Desmita, op.cit, h. 182 a Menurut Sumadi Suryabrata, motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas guna mencapai suatu tujuan. b Gates dan kawan-kawannya menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. c Menurut Greenberg mnyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah satu tujuan. 51 Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan definisi tentang motivasi adalah kondisi yang menjadi pendorong seseorang untuk melakukan aktivitas yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi terbagi menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Adapun penjelasan tentang motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yaitu sebagi berikut: a Motivasi Intrinsik Adalah motivasi yang terjadi tanpa bantuan dari luar melainkan dari diri sendiri yang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang gemar membaca tanpa ada dorongan dari orang lain maka ia tetap rajin membaca buku. b Motivasi Ekstrinsik Adalah motivasi yang terjadi karena adanya dorongan dari luar. Contohnya siswa belajar karena mengetahui besok akan diadakan ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang baik. 52 Motivasi intrinsik dan motivasi eksrinsik ini dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat menjadi penggerak siswa untuk menimbulkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Motivasi dalam belajar memegang peranan cukup besar terhadap pencapaian hasil, tanpa motivasi seseorang tidak dapat belajar. 51 Djaali, op.cit, h. 101 52 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 2011, h. 89 Fungsi motivasi menurut Sardiman yang dikutip oleh Abdul Majid mengatakan ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai berikut: a Mendorong manusia untuk berbuat artinya sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang ingin dikerjakan. b Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai artinya dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai dengan tujuan. 53 Bentuk dan cara guru dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar yaitu berupa memberikan pujian, hadiah, hukuman, memberikan angka, memberi ulangan, dan adanya kompetisi.

c. Taksonomi Aspek Afektif

Krathowhl dan kawan-kawan membagi aspek afektif menjadi lima jenjang yaitu: 1 Penerimaan Penerimaan merupakan jenjang paling awal dari aspek afektif. Pada tahap penerimaan sudah terjadi kepekaan atau kesedian siswa untuk memperhatikan rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Misalnya yaitu mendengarkan dengan sungguh-sungguh, menunjukkan kesadaran akan pentingnya belajar, menunjukkan sensitivitas terhadap kebutuhan manusia dan masalah sosial, menerima perbedaan ras dan kebudayaan, aktif terhadap kegiatan kelas. Hasil belajar dalam tahap penerimaan ini masih dalam bentuk pasif. 2 Partisipasi Pada tingkat partisipasi ini seseorang memiliki kemampuan untuk aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Contoh hasil 53 Abdul Majid, op.cit, h. 309 belajar dari aspek afektif partisipasi ini adalah siswa memiliki hasrat untuk mempelajari lebih mendalam tentang pelajaran yang dipelajarinya, siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi, dan siswa menunjukan minat pada mata pelajaran. 3 Penilaian Pada tingkat penilaian yaitu dapat memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek. Penilaian merupakan jenjang aspek afektif paling tinggi daripada penerimaan dan partisipasi. Kemampuan penilaian dapat dinyatakan dalam suatu tindakan atau perkataan. Contoh hasil belajar dari tingkat penilaian ini yaitu tumbuhnya kemauan yang kuat pada peserta didik untuk disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. 4 Organisasi Aspek afektif pada tingkat organisasi ini yaitu siswa memiliki kemampuan untuk membawa bersama-sama perbedaan nilai, menyelesaikan konflik diantara nilai-nilai dan mulai membentuk suatu nilai yang konsisten. Contoh hasil belajar pada jenjang organisasi ini adalah siswa mendukung penegakkan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 1995. 5 Pembentukan pola hidup Pembentukan pola hidup merupakan tingkatan tertinggi dari aspek afektif. Pembentukan pola hidup meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi pribadi dan menjadi pegangan dalam mengatur hidupnya dalam kurun waktu yang lama. Contoh hasil belajar dari pembentukan pola hidup yaitu siswa telah memiliki kebulatan sikap yaitu dengan menjadikan perintah Allah SWT yang tertera dalam surat Al-Ashar sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisplinan, baik kedisplinan di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. 54

d. Penilaian Aspek afektif

Lukman mengemukan bahwa peserta didik dikatakan berhasil belajar jika dilihat dari aspek afektif yaitu: 1 Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa diharapkan memiliki sikap yang baik terhadap pelajaran. Oleh karena itu guru hendaknya memberikan motivasi yang juga secara terus menerus agar siswa tetap memiliki sikap yang baik terhadap pelajaran 2 Minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Minat itu ditunjukan dengan rajin dan aktif mengikuti pelajaran, seperti aktif bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi, buku dan catatannya rapi dan lengkap, mengumpulkan tugas tepat waktu dan sebagainya. 55 Sedangkan Nana menyatakan bahwa siswa yang berhasil belajar afektif dengan melihat perilaku siswa di dalam kelas seperti kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, hasrat untuk bertanya kepada guru, kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran, senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikan. 56 Perbedaan hasil belajar kognitif dengan hasil belajar afektif maka berpengaruh kepada penilaian. Penilaian aspek afektif berbeda dengan penilaian aspek kognitif. Penilaian aspek afektif pada siswa berkaitan dengan sikap yang dilakukan melaui pengamatan dan interaksi langsung dengan siswa secara terus menerus. Guru dapat menggunakan penilaian aspek afektif untuk mengetahui sikap siswa terhadap guru atau temannya, motivasi belajar siswa dengan menggunakan beberapa cara: 1 Skala sikap 54 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia, 2002, h. 213 55 Lukman Hakim, op.cit, h. 172 56 Nana Sudjana, op.cit, h. 32 Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa katagori sikap, yakni mendukung positif, menolak negatif, dan netral. 57 2 Observasi pengamatan Observasi atau pengamatan merupakan alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar seperti tingkah laku siswa pada waktu belajar. 58 3 Kuesioner angket Kuesioner angket adalah sekumpulan pertanyaan atau pernyataan tertulis yang disampaikan oleh guru kepada siswa. 59 Alat penilaian berupa kuesioner angket digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa. 60

B. Hasil Penelitian yang relevan

Penulis melakukan penelitian ini dengan mengacu kepada penelitian- penelitian yang terdahulu yang masih relevan. Ada tiga hasil penelitian yang relevan yaitu skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah: 1. Sami Wulandari 2010 tentang Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMPN 2 Kota Tangerang Selatan, berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat diberi kesimpulan hasil penelitiannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas mengajar guru dengan prestasi belajar siswa. 57 Ibid., h. 77 58 Nana Sudjana, op.cit, h. 84 59 Sudarwan Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Bandung: cv alfabeta, 2010, h. 59 60 Nana Sudjana, op.cit, h. 67 2. Nunung Nurpadilah 2011 tentang Hubungan Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa SMAN 4 Tangerang Selatan, dengan kesimpulan hasil penelitiannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar dengan motivasi belajar siswa. Hasil r hitung sebesar 0,36 sedangkan r tabel sebesar 0,273 maka r hitung lebih besar 0,36 daripada r tabel 0,273. Ini menyatakan ditolak dan terima 3. Siti Masturoh 2012 tentang Kreativitas Guru dalam Persepsi Siswa pada Proses Pembelajaran Fiqh dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Siswa di MI Sullaman Kalideras Jakarta Barat, dengan kesimpulan hasil penelitiannya adalah kreativitas guru dalam persepsi siswa pada proses pembelajaran fiqh dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dapat dikatakan memiliki korelasi yang rendah. Dari ketiga penelitian tersebut, penulis membedakan antara ketiga penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Sami Wulandari pada tahun 2010 adalah kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nunung Nurpadilah pada tahun 2011 untuk mengetahui seberapa besar hubungan kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar dengan motivasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Siti Masturoh pada tahun 2012 untuk mengetahui pengaruh kreativitas guru dalam persepsi pada proses pembelajaran fiqih dengan hasil belajar siswa. Adapun dari ketiga penelitian tersebut, ada persamaan objek kajian yaitu kreativitas guru dalam mengajar. Tetapi penulis membedakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan kreativitas guru dalam mengajar Akidah Akhlak dengan pengembangan aspek afektif siswa.

C. Kerangka Berpikir

Kreativitas adalah kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu baru baik itu merupakan suatu kombinasi yang baru dari ide-ide atau gambaran yang disusun secara teliti atas inisiatif sendiri.

Dokumen yang terkait

Hubungan kompentensi guru dengan motivasi berprestasi siswa madrasah tsanawiyah pemabangunan UIN Syarif Hidaytullah Jakarta

0 3 90

Hubungan pendidikan aqidah akhlak dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah Jakarta Timur

0 11 95

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

Upaya guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa di MTS Ma'arif Sabilull Hudaa Bogor

2 9 84

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI MENGAJAR PADA GURU MADRASAH Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Motivasi Mengajar Pada Guru Madrasah Tsanawiyah Kartasura.

0 0 15

HUBUNGAN KREATIVITAS MENGAJAR GURU DENGAN KREATIVITAS BELAJAR GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON.

0 0 31

PENILAIAN AUTENTIK OLEH GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM KURIKULUM 2013 DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

Peranan Guru Akidah Akhlak dalam Mengembangkan perilaku Afektif Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Nahdatul Ulum 2 Jeneponto - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89