Faktor Dalam Faktor Luar

43 membahayakan infrastruktur sungai yang ada baik jembatan, bendungan, tanggul, dan lain sebagainya. Tabel 6. Peraturan dan Perundang-undangan Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas No Tingkatan Peraturan Perundang-undangan 1. Makro  Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air  Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang  Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Meso  Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah propinsi, dan Pemerintah Kabupaten Kota  Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional  Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan  Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara  Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumberdaya Air 3. Mikro  Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 tentang pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian C pada wilayah sungai di Provinsi Jawa Timur  Peraturan Mentri Pekerjaan Umum 04PRTM2008 tentang pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Tingkat Propinsi, Kabupaten Kota dan Wilayah Sungai  Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 36 tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2005  Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.248KPTS2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas Sumber: Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor 09KPTSTKPSDA.BRANTAS2010, 2010

6.2 Faktor-faktor Penyebab Kegiatan Penambang Pasir Illegal

Adanya penambangan pasir illegal di Sungai Brantas dikarenakan ada beberapa faktor yakni faktor dalam dan faktor luar, yaitu sebagai berikut:

6.2.1 Faktor Dalam

Faktor dalam yang dimaksud yakni adanya faktor dari diri penambang untuk melakukan usaha penambangan pasir. Faktor dalam tersebut diantaranya 44 keinginan nafsu dari para pengusaha pertambangan pasir yang ingin memperoleh keuntungan, pemenuhan kebutuhan ekonomi oleh masyarakat penambang pasir, dan keterbatasan pendidikan dan keterampilan masyarakat sekitar yang menjadi buruh tambang dikarenakan menambang pasir merupakan satu-satunya keahlian mereka. Penambangan pasir merupakan peluang usaha yang menarik bagi pengusaha tambang pasir. Pembangunan yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan pasir meningkat dan permintaan akan pasir terus meningkat. Kualitas pasir di Sungai Brantas Kota Kediri yang cukup baik juga membuat para pengusaha pasir tetap melakukan aktivitas penambangan pasir. Semakin mahalnya harga kebutuhan pokok membuat biaya pemenuhan kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan masyarakat semakin menambah beban masyarakat Masyarakat sekitar yang terbiasa turun temurun bertambang pasir di Sungai Brantas menyebabkan mereka tidak mempunyai keahlian atau keterampilan lain. Pada akhirnya profesi sebagai buruh tambang pasir tetap dilakukan.

6.2.2 Faktor Luar

Faktor luar adalah faktor yang berasal dari faktor lain diluar diri penambang pasir. Faktor luar yang meyebabkan adanya aktivitas penambangan pasir illegal di Kelurahan Semapir yakni kurangnya sosialisai terkait pelarangan spenambangan pasir, belum adanya kebijakan alih profesi yang tepat untuk masyarakat, kebijakan pengalihan penambangan dari Sungai Brantas ke kantong- kantong lahar pasir Gunung Kelud yang kurang tepat, serta kurangnya pegawasan dan pengamanan terkait penambangan illegal. 45 Sejak tahun 2009 segala aktivitas pertambangan di sepanjang aliran Sungai Brantas telah dilarang pemerintah Kota Kediri. Kebijakan tersebut kurang tersosialisasikan kepada masyarakat sehingga banyak masyarakat kurang mengetahui akan pelarangan tersebut. Pelarangan yang dilakukan pemerintah tidak disertai pemberian solusi kebijakan alih profesi yang tepat bagi para buruh tambang pasir. Pada tahun 2010 berdasarkan Keputusan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor 09 tahun 2010, merekomendasikan pengendalian illegal sand mining penambangan tanpa ijin dari Sungai Brantas ke kantong-kantong lahar pasir Gunung Kelud. Kebijakan tersebut tidak tepat dikarenakan berdampak pada konflik lahan dengan penambang pasir di kantong-kantong lahar pasir Gunung Kelud yang sebelumnya telah ada. Konflik perebutan lahan menyebabkan para penambang kembali menambang di Sungai Brantas. Kebijakan pelarangan penambangan pasir di sepanjang Sungai Brantas hendaknya diimbangi dengan adanya pengawasan dan pengamanan yang intensif dan kondusif dari pihak berwajib seperti Satpol PP guna mengurangi jumlah penambang illegal. Faktor kebocoran informasi razia juga harus diperkecil sehingga pihak-pihak yang terklibat dalam penambangan illegal dapat benar- benar dihentikan.

6.3 Jenis Penambangan Pasir