Analisis nilai ekonomi manfaat dan dampak negatif penambangan pasir illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri

(1)

ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK

NEGATIF PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI

BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR KOTA KEDIRI

DINIYYA IRIANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Diniyya Iriani H44080091


(3)

RINGKASAN

DINIYYA IRIANI. Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri. Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil sumber daya alam, baik sumber daya alam darat, laut maupun udara. Keberadaan sumber daya yang melimpah kurang termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan sumber daya yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Salah satu bentuk perusakan lingkungan adalah aktivitas penambangan pasir illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.

Menurut Kantor Lingkungan Hidup Kota Kediri, bahwa pada prinsipnya penambangan Galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai Brantas, tidak diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional dan hal tersebut dikarenakan kondisi Sungai Brantas dan lingkungannya telah mengalami kerusakan sangat parah dan membahayakan infrastruktur sungai yang ada dan telah dituangkan dalam kesepakatan bersama pada tahun 2009 antara KLH, Satpol PP dan Disperindagtamben Kota Kediri. Penambangan illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir, terdiri dari 2 jenis penambangan. Penambangan tersebut diantaranya, penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin dan penambangan secara tradisional/ menggunakan perahu. Penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin yang dimaksud adalah proses penambangan/ pengambilan pasir menggunakan mesin. Mesin tersebut berfungsi untuk menyedot pasir dalam skala besar dimana batu-batu besar yang ada di dasar sungaipun dapat terangkut. Penambangan secara tradisonal/ mengunakan perahu yang dimaksud yakni para penambang menggunakan perahu untuk membantu mereka menuju ke tengah sungai untuk mengabil pasir. Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir illegal di kelurahan Semampir diantaranya pengusaha tambang pasir, buruh tambang pasir, kuli angkut pasir, sopir truk pasir dan preman yang bertugas menjaga keamanan area tambang.

Truk-truk pasir yang sering melintasi jalan desa akibat adanya penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir menyebabkan dampak terhadap masyarakat sekitar. Dampak yang dirasakan masyarakat sekitar diantaranya menurunnya kualitas udara, meningkatnya polusi suara/ kebisingan dan kerusakan jalan di Kelurahan Semampir. Penambangan yang tidak ramah lingkungan juga menyebabkan dampak lain yakni rusaknya tebing-tebing sungai dan penurunan dasar sungai. Tidak hanya memberikan dampak kerusakan secara fisik jangka pendek namun pada jangka panjang akan menimbulkan hancurnya ekosistem DAS Brantas. Degradasi dasar sungai yang mencapai 6 meter menimbulkan munculnya palung-palung sungai yang sangat dalam. Longsornya tebing-tebing sungai sehingga kondisi sungai menjadi keruh dengan tingkat


(4)

1 padatan terlarut yang cukup tinggi. Hal ini, sangat berpengaruh pada kualitas air Sungai Brantas, sehingga perlu diwaspadai karena air Sungai Brantas digunakan sebagai bahan baku air minum.

Total manfaat dari kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir meliputi segala manfaat yang diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan yakni sebesar Rp 61 703 085 000.33. Terdiri dari pendapatan/ keuntungan pengusaha tambang pasir sebesar Rp 17 198 085 000.33, pendapatan buruh tambang pasir sebesar Rp 17 820 000 000, pendapatan kuli angkut pasir sebesar Rp 10 674 000 000, pendapatan sopir truk sebesar Rp 7 116 000 000, dan pendapatan preman/ keamanan sebesar Rp 8 895 000 000. Total kerugian yang dirasakan akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir sebesar Rp 84 488 162 200. Terdiri dari kerugian akibat lapisan pasir yang hilang sebesar Rp 81 877 464 000, perbaikan jalan yang rusak Rp 1 149 570 000, pendapatan pemerintah yang hilang Rp 1 245 300 000, perbaikan tebing sungai Rp 215 828 200, Pemasangan groundsil jembatan sebesar Rp 1 500 000 000.


(5)

ANALISIS NILAI EKONOMI MANFAAT DAN DAMPAK

NEGATIF PENAMBANG PASIR ILLEGAL DI SUNGAI

BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR KOTA KEDIRI

DINIYYA IRIANI H44080091

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(6)

Judul Skripsi : Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.

Nama : Diniyya Iriani

NRP : H44080091

Disetujui, Dosen Pembimbing

Rizal Bahtiar, SPi, MSi NIP 19800603 200912 1 006

Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih pertama penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang dianugerahkan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada :

1. Ayahanda H. Zaenal Fanani, SE dan Hj. Amining Rochmad, Spd yang penulis cintai, terima kasih atas doa, nasihat, dukungan, dan segala kasih sayang serta cintanya kepada penulis. Serta adik-adikku tersayang Kasirotur Rohmah dan Muhammad Syakir Kautsar dan nenekku tercinta Suci Hidayati.

2. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak Novindra, SP, M.Si selaku penguji perwakilan departemen.

4. Segenap dosen dan staf administrasi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

5. Seluruh informan baik dari Perum Jasa Tirta I, Disperindagtamben Kota Kediri, Satpo PP Kota Kediri, Pemerintah Kota Kediri, Dinas PU Kota Kediri, dan khususnya masyarakat Kelurahan Semampir. Serta paklek Agung yang telah memberikan bantuan dan informasi data kepada penulis. 6. Teman-teman satu bimbingan Anis Purnama, Nanda, Erna, Andini, Husen,

Dika, Budi.

7. Sahabat-sahabatku Asih, Esti, Tya, Nina, iin, anik, wulan, Irma serta sahabat-sahabat ESL 45 dan IKALUM, CSS MoRA IPB, KMNU, SESC, REESA yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Serta tak lupa teman-teman satu kosan yang tercinta vita, qiqi, riris, rosi dan fina.


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan ridho-Nya penulis dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul Analisis Nilai Ekonomi Manfaat dan Dampak Negatif Penambangan Pasir Illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir Kota Kediri.

Didasari dengan ketertarikan penulis mengenai pertambangan dan latar belakang sebagai mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, penulis memiliki keinginan untuk mempelajari sisi ekonomi dari penambangan pasir dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir, serta menganalisis nilai manfaat dan dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan penambangan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keuntungan serta dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas penambangan pasir khususnya di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) kepada masyarakat maupun pemerintah. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk kemajuan penelitian ini.

Bogor, Februari 2013


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 5

1.3 Tujuan penelitian ... 8

1.4 Manfaat penelitian ... 8

1.5 Batasan penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 11

2.2 Pertambangan Bahan Galian Golongan C ... 12

2.2.1 Dampak Positif Penambangan Bahan Galian C ... 13

2.2.2 Dampak Negatif Penambangan Bahan Galian C ... 14

2.3 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Sungai ... 15

2.3.1 Fungsi sebagai Saluran Eko-dranase (Drainase Ramah lingkungan) ... 15

2.3.2 Fungsi sebagai Saluran Irigasi Alamiah... 16

2.3.3 Fungsi Ekologi ... 16

2.4 Analisis Cost-Benefit ... 17

2.4.1 Konsep Biaya (cost) ... 18

2.4.2 Konsep Manfaat (Benefit) ... 19

2.4.3 Penerimaan ... 19

2.4.4 Pendapatan ... 20

2.4.5 Efisiensi ... 20

2.4.6 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial ... 21

2.5 Penilaian Ekonomi ... 21

2.6 Penelitian Terdahulu ... 22

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

IV. METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu ... 28

4.2 Jenis dan Sumberdata ... 28

4.3 Penetuan Jumlah Responden ... 29

4.4 Pengumpulan Data ... 29

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30

4.5.1 Persepsi Masyarakat ... 31


(10)

ix

4.5.3 Estimasi Dampak Negatif ... 32

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 36

5.1 Gambaran Umum ... 36

5.1.1 Kota Kediri ... 36

5.1.2 Kecamatan Kota ... 38

5.2 Kelurahan Semampir ... 38

5.2.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 39

5.2.2 Keadaan Demografis ... 40

VI. ANALISIS PENAMBANG PASIR ... 42

6.1 Kronologis Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas ... 42

6.2 Faktor Penyebab Kegiatan Penambangan Pasir Illegal ... 43

6.2.1 Faktor Dalam ... 43

6.2.2 Faktor Luar ... 44

6.3 Jenis Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir... 45

6.3.1 Penambangan secara Mekanik/ menggunakan Mesin ... 46

6.3.2 Penambangan secara Tradisional/ menggunakan Perahu ... 47

6.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kegiatan Penambangan Pasir Illegal Kelurahan Semampir Kota Kediri ... 48

6.5 Analisis Dampak Kegiatan Penambangan Pasir Illegal Kelurahan Semampir Kota Kediri ... 49

6.5.1 Analisis Dampak Positif Penambang Pasir ... 49

6.5.1.1Dampak Positif terhadap Ekonomi ... 49

6.5.1.2Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat ... 50

6.5.2 Analisis Dampak Negatif Penambang Pasir ... 51

6.5.2.1Dampak Negatif Lingkungan ... 51

6.5.2.2Dampak Negatif terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat ... 53

6.5.2.3Dampak Negatif terhadap Ekologis Sungai ... 54

VII. ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT ... 56

7.1 Karakteristik Responden ... 56

7.1.1 Jenis Kelamin ... 56

7.1.2 Usia ... 57

7.1.3 Pendidikan ... 58

7.1.4 Pekerjaan ... 58

7.1.5 Pendapatan ... 60

7.1.6 Kependudukan ... 60

7.2 Pandangan Umum tentang peran Lingkungan ... 61

7.3 Pandangan Mengenai Kondisi Lingkungan ... 62

7.3.1 Kondisi Pertambangan ... 62

7.3.2 Kondisi Air ... 63

7.3.3 Kondisi Udara ... 64

7.3.4 Kondisi Suara ... 65


(11)

x

7.3.6 Kondisi Sarana Prasarana... 66

7.4 Persepsi Mengenai Penambangan Illegal ... 67

VIII. ESTIMASI MANFAAT DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR ... 69

8.1 Penilaian Dampak positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ... 69

8.1.1 Analisis Keuntungan/ pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir.... 71

8.1.2 Analisis Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ... 77

8.1.3 Analisis Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir... 78

8.1.4 Analisis Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ... 79

8.2 Penilaian Dampak Negatif Penambangan Pasir ... 80

8.2.1 Lapisan Pasir yang Hilang ... 81

8.2.2 Kerusakan Jalan Sekitar Area Tambang ... 82

8.2.3 Pendapatan Pemerintah Kota Kediri yang hilang ... 83

8.2.4 Kerusakan Tebing Sungai ... 83

8.2.5 Kerusakan Jembatan ... 84

8.2.6 Polusi Suara dan Polusi Udara ... 86

8.2.7 Nilai Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir ... 87

IX. SIMPULAN DAN SARAN ... 89

9.1 Simpulan ... 89

9.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 95


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penurunan Dasar Sungai Brantas Kota Kediri Tahun 2008 ... 7 2. Matriks Metode Analisis Data ... 37 3. Luas Wilayah Kota Kediri Berdasarkan Kecamatan 2011 ... 39 4. Luas Wilayah Kelurahan Semampir Berdasarkan Penggunaan

Tahun 2011 ... 39 5. Produksi Bahan Galian Kelurahan Semampir 2011 ... 40 6. Peraturan dan Perundang-undangan Terkait Pelarangan

Penambangan Pasir di Sungai Brantas ... 43 7. Jumlah Mesin dan Perahu Penambangan Pasir di Kelurahan illegal

Semampir Tahun 2009-2011 ... 69 8. Total Dampak Positif/ manfaat Penambangan Pasir Illegal di

Kelurahan Semampir ... 71 9. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan

Pasir Mesin Illegal di Kelurahan Semampir ... 72 10. Perhitungan Pendapatan Pengusaha Tambang Pasir Penambangan

Pasir Perahu Illegal di Kelurahan Semampir ... 75 11. Pendapatan Buruh Tambang Pasir Penambangan Pasir Illegal di

Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ... 77 12. Pendapatan Kuli Angkut Pasir dan Sopir Truk Penambangan Pasir

Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-20111 ... 78

13. Pendapatan Preman/ keamanan Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ... 80 14. Total Dampak Negatif/ kerugian Akibat Penambangan Pasir Illegal

di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ... 81 15. Perhitungan Lapisan Pasir yang Hilang Akibat Penambangan Pasir

Illegal di Kelurahan Semampir Tahun 2009-2011 ... 82

16. Total Manfaat dan Dampak Negatif Akibat Penambangan Pasir


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas ... 3

2. Rencana Induk Pengembangan Sungai Brantas ... 4

3. Kerangka Alur Pemikiran ... 27

4. Proses Penambangan Pasir secara Mekanik/ mesin ... 46

5. Proses Penambangan Pasir secara Tradisional/ perahu... 47

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 56

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 57

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 58

9. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 59

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan... 60

11. Pandangan Responden Berdasarkan Peran Lingkungan ... 61

12. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Tambang... 63

13. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Air ... 63

14. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Udara ... 64

15. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Suara... 65

16. Pandangan Responden Berdasarkan Kondisi Sungai... 66


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 95 2. Kuisioner Penelitian ... 96 3. Lokasi Pasir di Sungai Brantas Kediri dan Grafik Penurunan Dasar

Sungai Brantas Kota Kediri ... 102 4. Dokumentasi Peneltian ... 103


(15)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil sumber daya alam, baik sumber daya alam darat, laut maupun udara. Keberadaan sumber daya yang melimpah kurang termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Menurut Fauzi (2006), secara umum sumber daya alam dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok. Pertama adalah kelompok yang disebut sebagai kelompok “stok”. Sumber daya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya yang ada. Apa yang kita manfaatkan sekarang mungkin tidak lagi tersedia di masa mendatang. Sumberdaya stok dikatakan tidak dapat diperbaharui

(non-renewable) atau terhabiskan (exhaustible). Jenis-jenis sumber daya stok

antara lain sumberdaya mineral, logam, minyak, dan gas bumi.

Menurut Fauzi (2006), kelompok kedua adalah sumber daya alam yang di sebut “flows” (alur). Jenis sumber daya ini jumlah kuantitas fisik dari sumber daya berubah sepanjang waktu. Berapa jumlah yang kita manfaatkan sekarang, bisa mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumber daya di masa mendatang. Sumber daya jenis ini dikatakan dapat diperbarui (renewable). Regenerasi sumber daya alam ini ada yang tergantung pada proses biologi dan ada yang tidak. Ikan dan hutan termasuk ke dalam kelompok sumber daya yang regenerasinya tergantung pada proses biologi (reproduksi). Energi surya, gelombang pasang surut, angin, udara, dan sebagainya termasuk kedalam kelompok sumber daya alam yang tidak tergantung pada proses biologi.


(16)

2 Sumber daya alam dimanfaatkan dan dikelola untuk kepentingan manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Dampak buruk yang ditimbulkan diantaranya kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan diakibatkan adanya upaya-upaya perusakan lingkungan hidup. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan yang semakin berkembang meyebabkan eksploitasi akan sumber daya alam juga semakin meningkat. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satu contoh sumber daya alam yang dieksploitasi berlebihan dan tidak bertanggung jawab yakni Sungai Brantas. Sungai Brantas kaya akan berbagai sumber daya didalamnya. Sumber daya alam tersebut diantaranya sumber daya air bersih, sumber daya pasir, sumber daya ikan dan lain-lain.

Sungai Brantas memiliki manfaat yang besar dalam aktivitas sehari-hari masyarakat di sekitar aliran sungainya. Aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan masyarakat diantaranya digunakan memenuhi kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus), penyedia air bersih dan penambakan ikan. Hal tersebut membuktikan bahwa Sungai Brantas memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat di sekitar alirannya.


(17)

3 Sungai Brantas memiliki DAS (Daerah Aliran Sungai) seluas 11.800 km², panjang sungai utama 320 km, yang mengalir melingkari Gunung Kelud yakni gunung berapi aktif. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata / jumlah air yang mengalir 12 miliar m³. Potensi sungai ini dimanfaatkan oleh sekitar 16 juta penduduk atau 43% penduduk Jawa Timur1. Hal tersebut membuktikan bahwa, Sungai Brantas memiliki fungsi yang penting bagi masyarakat Jawa Timur.

Sumber: Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, 2008 Gambar 1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas

Sungai Brantas berperan penting dalam bidang pertanian, dimana 60% produksi padi Jawa Timur berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran Sungai Brantas2. Menurut Perum Jasa Tirta I (2010), Sungai Brantas berperan penting dalam penyedia bahan baku air minum dan irigasi areal persawahan daerah sekitar DAS Brantas. Perencanaan yang tepat dalam pengelolaan Sungai Brantas perlu dilakukan. Pengembangan dilakukan melalui empat rencana induk pengembangan Wilayah Sungai (WS) Brantas. Sasaran utama pengembanga WS

1

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Brantas) diaksess pada 21 Maret 2012 2


(18)

4 Brantas yang dilakukan oleh Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I secara berturut-turut yakni pengendalian banjir (1961), pengembangan irigasi (1973), penyediaan air baku untuk domestik (1996) serta pengelolaan dan konservasi sumberdaya air (1998).

Sumber: Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, 2008

Gambar 2. Rencana Induk Pengembangan Sungai Brantas

Persoalan-persoalan yang terjadi di Sungai Brantas belum seutuhnya teratasi. Muncul berbagai masalah baru dan dapat merugikan masyarakat sekitar DAS maupun pemerintah. Permasalahan tersebut diantaranya pencemaran sungai, kerusakan infrastuktur-infrastruktur disekitar aliran sungai, pencemaran sungai akibat membuang sampah sembarangan, sedimentasi dan kegiatan penambangan pasir yang tidak bertanggung jawab.

Manfaat lain dari Sungai Brantas yakni sumber daya pasir. Keberadaan sumber daya pasir menjadi peluang terjadinya aktivitas penambangan pasir secara

illegal di Kota Kediri. Daerah-daerah yang menjadi lokasi penambangan illegal

diantaranya: Kelurahan Semampir, Kelurahan Banjarmlati, Kelurahan Manisrenggo, Kelurahan Bandar Kidul, dan lain-lain. Daerah yang paling banyak


(19)

5 terdapat penambangan pasir illegal yakni di Kelurahan Semampir. Daerah tersebut di lewati oleh jembatan, dimana banyak warga yang menggantungkan hidup dengan keberadaan jembatan tersebut. Dampak yang sudah terjadi yakni kondisi jembatan yang bergeser sehingga rentan ambruk.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu contoh kerusakan lingkungan adalah kerusakan tebing-tebing daerah sekitar DAS Brantas akibat adanya aktivitas penambangan pasir illegal di Kota Kediri. Dampak negatif penambangan pasir illegal ini menimbulkan dampak yang besar terhadap struktur DAS Brantas. Menurut PERUM Jasa Tirta I (2010) dampak yang ditimbulkan diantaranya: kerusakan tanggul dan tebing sungai, penurunan dasar sungai, perubahan bentuk sungai dan kerusakan sarana prasarana perairan.

Penambangan pasir di Sungai Brantas ini berkembang dengan cepat karena kualitas pasir di Kediri yang cukup baik. Kegiatan penambangan pasir yang terjadi di Sungai Brantas diantaranya: di Sungai Konto (anak sungai Brantas) yang merusak tebing sungai, di Desa Mranggen Kecamatan Purwoasri Kabupaten Jombang, penambangan pasir di daerah badan sungai di Kelurahan Semampir Kota Kediri, di Kabupaten Mojokerto, dan penambang pasir liar di Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri (Perum Jasa Tirta 2010).

Berdasarkan hasil survai Perum Jasa Tirta I (2000), volume penambangan pasir di Sungai Brantas yang terdapat di Kota Kediri hingga Sidoarjo yakni sekitar 2,3 juta m³ per-tahun. Penambangan pasir di Brantas terus meningkat hal ini seperti ditunjukkan dari hasil survai antara Kediri sampai Mojokerto pada tahun 1984 volume penambangan pasir berjumlah 0.5 juta m3/tahun, pada tahun 1986


(20)

6 meningkat mencapai 1 juta m3/tahun dan pada tahun 2000 menjadi 1,65 juta m3/tahun. Hasil survai menunjukkan terdapat sekitar 108 lokasi penambangan, yang terdiri dari 181 belt conveyor, 51 perahu, 3 dredger/kapal keruk, 2 sand

pump, 1 crushing plant dan 2.472 penambang pasir (Perum Jasa Tirta I 2000).

Berdasarkan kesepakatan antara Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Kediri, Satpol PP, Disperindagtamben (Dinas Perndustrian, Perdagangan, Pertambangan, dan Energi) Kota Kediri tahun 2009, bahwa pada prinsipnya penambangan galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai Brantas, tidak diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional. Sejak tahun 2009 tim pengawas dan keamanan bahan galian C Sungai Brantas Kota Kediri tidak memberikan rekomendasi izin penambangan pasir dengan alasan dasar Sungai Brantas sudah turun 4-6 meter yakni dapat dilihat pada Tabel 1 (Disperindagtamben Kota Kediri 2009).

Sejak pertambangan pasir tidak diberi izin, tim gencar melakukan razia penambang pasir illegal. Hal tersebut dikarenakan masih banyak para penambang pasir yang tetap melakukan aktivitas penambangan pasir di DAS Brantas meskipun sudah dilarang. Tim juga memasang portal-portal jalan yang menjadi akses masuk ke wilayah penambang pasir. Pada 2010 terbentuklah tim pengamanan Sungai Brantas Kota Kediri yang mempunyai program alih profesi penambang pasir sebagai solusi bagi mantan penambang pasir (Disperindagtamben Kota Kediri 2009).


(21)

7

Tabel 1. Penurunan Dasar Sungai Brantas Kota Kediri tahun 2008

No. Patok Batas (KB) Dasar Sungai Rencana (meter) Dasar Sungai Terendah Tahun 2008 (meter) Tanggul (meter) Penurunan Dasar Sungai (meter)

Kiri Kanan 2008

1. 125 53,979 53,319 59,213 59,331 0,660

2. 126 55,744 50,323 59,862 59,587 5,421

3. 127 56,982 51,375 60,145 60,047 5,607

4. 128 57,838 53,875 61,841 61,433 3,963

5. 129 57,893 54,440 62,473 62,005 3,453

6. 130 58,163 52,662 62,922 62,409 5,501

7. 131 58,478 55,456 63,197 62,408 3,022

8. 132 59,242 55,538 64,900 63,818 3,884

9. 133 59,220 56,150 65,278 65,368 3,070

10. 134 59,400 55,828 65,593 64,791 3,572

11. 135 60,846 55,300 65,703 65,664 5,546

12. 136 61,437 57,063 66,473 67,060 4,374

13. 137 62,422 55,288 67,484 67,378 7,134

14. 138 62,526 53,897 68,237 68,148 8,629

15. 139 63,919 57,367 68,930 68,579 6,552

16. 140 64,505 57,367 69,277 69,209 7,138

17. 141 65,339 60,337 69,540 70,157 5,002

18. 142 65,939 59,870 70,543 71,087 6,069

Rata-rata 4,922

Sumber: Perum Jasa Tirta I Kota Kediri, 2012

Menurut Perda Provinsi Jatim No 1 Tahun 2005 Pasal 20 pelanggaran terhadap penambangan pasir (tidak berizin) diancam hukuman 6 bulan. Undang-undang No 4 Tahun 2009 Pertambangan mineral, batubara dan penambangan pasir masuk ke Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dalam Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Pasal 158 – penambangan tanpa izin (termasuk IPR) diancam hukuman 10 tahun dan denda Rp 10 M. Undang-undang No 32 Tahun 2009 Pasal 109 pelanggaran terhadap kegiatan yang seharusnya memiliki izin lingkungan diancam hukuman 10 tahun. Kurangnya sosialisasi adanya pelarangan penambangan pasir mengakibatkan masyarakat tambang tidak mengetahui penambangan pasir yang mereka lakukan adalah illegal. . Permintaan pasir yang


(22)

8 tinggi dan keuntungan yang besar dari usaha penambangan pasir membuat penambang tetap nekat melakukan aktivitas penambangan di sepanjang DAS Brantas Kota Kediri. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri?

2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya penambangan pasir di Kelurahan Semampir Kota Kediri?

3. Berapa besar nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan

penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang adanya penambangan pasir di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

3. Mengestimasi nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya aktivitas penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa

Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu atau pelajaran yang telah didapatkan diperkuliahan Departemen Ekonomi Sumberdaya


(23)

9 dan Lingkungan untuk diaplikasikan ke dunia nyata. Diharapkan nantinya dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.

2. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Pemerintah Kota Kediri sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam pengelolaan Sungai Brantas. Diharapkan nantinya, service yang di berikan Sungai Brantas dapat termanfaatkan secara terus menerus guna kesejahteraan masyarakat.

3. Masyarakat

Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat akan dampak-dampak yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas penambangan pasir illegal khususnya masyarakat Kota Kediri. Diharapkan nantinya masyarakat dapat menambah pengetahuan masyrakat khususnya tentang penambangan pasir.

1.5 Batasan Penelitian

Hal-hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Wilayah dan obyek penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir, Kecamatn Kota, Kota Kediri Provinsi Jawa Timur.

2. Menghitung nilai manfaat dari penambangan pasir dilakukan dengan menghitung penerimaan/ pendapatan pengusaha tambang pasir, pendapatan buruh tambang pasir, pendapatan supir truk, kuli angkut pasir, serta keamanan/ preman-preman yang secara tidak langsung juga merasakan manfaat dari adanya penambangan pasir illegal.

3. Penilaian besarnya nilai dampak akibat penambangan pasir illegal yakni menghitung nilai lapisan pasir yang hilang, kerusakan jalan, pendapatan Kota


(24)

10 Kediri yang hilang, dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan tebing sungai dan pemasangan groundsil untuk perbaikan jembatan.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2012 tentang pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satukesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Menurut Suprayogo (2011), bentuk DAS akan mempengaruhi debit pengaliran, pola banjir dan debit banjir. Beberapa bentuk DAS yang terdapat di Indonesia diantaranya:

1. Berbentuk bulu burung, disebut demikian karena jalur anak sungai di kiri kanan sungai utama langsung mengalir ke sungai utama. DAS seperti ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi berlangsung relatif lama. Hal ini karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda.

2. Berbentuk menyebar (radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai,

3. Berbentuk sejajar (pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik


(26)

12 demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik pertemuan sungai.

2.2 Pertambangan Bahan Galian Golongan C

Menurut Badan Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL (BAPEDAL) 2001, bahan galian seringkali dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni bahan galian metalliferous, nonmetalliferous dan bahan galian yang digunakan untuk bahan bangunan atau batuan ornamen. Kelompok bahan galian

metalliferous antara lain adalah emas, besi, tembaga, timbal, seng, timah, mangan.

Bahan galian nonmetalliferous terdiri dari batubara, bauksit, trona, borak, asbes, talk, feldspar dan batuan pospat. Bahan galian untuk bahan bangunan dan batuan ornamen termasuk didalamnya slate, marmer, kapur, traprock, travertine, dan granite.

Berdasarkan peraturan pemerintah No 27 Tahun 1980, mineral (bahan galian) diklasifikasikan menjadi 3 golongan yakni:

1. Golongan bahan galian yang strategis (A) adalah: minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; bitumen padat, aspal; antrasit, batu bara, batu bara muda; uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya; nikel, koblat dan timah.

2. Golongan bahan galian yang vital (B) adalah: besi, mangan, molobden, khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas, platina, perak, air raksa, intan; arsenm antimony, bismut; yttrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya; berillium, korundum; zircon, kristal kwarsa; kriolit, fluorspar, barit; yodium, brom, klor dan belerang.


(27)

13 3. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah:

nitrat, pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit, magnesit; yarosit, leusit, tawas, oker; batu permata, batu setengah permata; pasir kwarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap; marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit, kalsit; granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 pertambangan bahan galian golongan C di sungai dan kantong-kantong pasir yang selanjutnya disebut pertambangan adalah usaha pengambilan bahan galian golongan C di sungai. Bahan galian C di sungai adalah bahan galian yang berupa pasir, kerikil dan batu yang ditambang dari sungai.

2.2.1 Dampak positif penambangan bahan galian C

Segala bentuk kegiatan ekonomi selain menghasilkan manfaat dapat pula menghasilkan kerugian atau dampak negatif. Salah kegiatan ekonomi yang dapat menimbulkan manfaat dan dampak adalah kegiatan ekonomi bidang pertambangan. Pasir dan kerikil merupakan salah satu bahan/ material tambang utama dalam kegiatan konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi ataupun perumahan sederhana. Bahan galian tersebut termasuk dalam bahan galian golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis (A) dan bahan galian vital (B), namun merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan pembangunan suatu wilayah.


(28)

14 Dampak positif adalah manfaat yang ditimbulkan dari penambang bahan galian golongan C, diantaranya:

1.Terserapnya tenaga kerja, yakni dengan adanya penambangan pasir pengusaha tambang dapat mempekerjakan buruh tambang pasir, sopir truk, kuli angkut pasir dan lain-lain.

2.Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha membayar retribusi dari iuran-iuran lain

3.Terpenuhinya kebutuhan akan sumberdaya pasir, yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembangunan. Sehingga pasir berperan penting dalam pembangunan.

2.2.2 Dampak Negatif Penambangan Bahan Galian C

Aktivitas penambangan pasir dan atau kerikil memiliki potensi untuk merusak lingkungan yang hampir sama dengan bahan galian yang lain. Hal tersebut dikarenakan penambangan pasir dan/atau kerikil adalah penambangan yang secara teknis mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual) hingga menggunakan alat berat (mekanik). Faktor-faktor seperti penambangan tanpa memperhatikan teknis, cara menambang yang tidak benar, penambangan tanpa izin di bantaran sungai merupakan beberapa faktor penyebab kerusakan lingkungan.

Dampak negatif atau kerusakan lingkungan yang disebabkan adanya penambangan galian C, diantaranya:

1. Perubahan fungsi dan tata guna lahan, kegiatan penambangan bahan galian C akan merubah tata guna lahan serta produktivitas lahan di lingkungan sekitar kawasan penambangan.


(29)

15 2. Peningkatan erosi dan sedimentasi, kegiatan pembukaan lahan, pembangunan

jalan operasional, dan tahap operasional khusus untuk penambangan pasir di darat akan mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi. Penempatan tanah penutup pada tahap pembangunan jalan operasional dan tahap operasi yang tidak dilakukan dengan baik akan mudah tererosi air hujan dan akhirnya akan terbawa aliran air hujan ke daerah yang lebih rendah sehingga akan menimbulkan sedimentasi pada daerah tersebut.

3. Penurunan kualitas air, penambangan pasir akan menimbulkan penurunan kualitas air. Terutama pada tahap operasi (penambangan).

4. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Mobilisasi truk pengangkut pada saat pengangkutan material sebelum konstruksi, pembuatan jalan operasional, pembangunan sarana pendukung dan pada saat pengangkutan bahan galian pada tahap operasi merupakan sumber kegiatan yang dominan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas udara akibat debu dan emisi gas dari truk pengangkut serta terjadinya peningkatan kebisingan.

2.3 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Sungai

Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), ekosistem sungai memiliki beberapa fungsi dan manfaat yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Fungsi sungai yang terpelihara dengan baik akan memberikan manfaat yang banyak kepada lingkungan sekitarnya. Berikut disajikan fungsi dan manfaat sungai:

2.3.1 Fungsi sebagai Saluran Eko-Drainase (Drainase Ramah Lingkungan)

Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), eko-drainase diartikan sebagai suatu usaha membuang atau mengalirkan air kelebihan ke sungai dengan


(30)

16 waktu seoptimal mungkin, sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak. Sungai dalam suatu sistem sungai (river basin) merupakan komponen eko-drainase utama pada basin yang bersangkutan.

Bentuk dan ukuran alur sungai alamiah, dalam kaitannya dengan eko-drainase, merupakan bentuk yang sesuai dengan kondisi geologi, geografi, ekologi dan hidrologi daerah tersebut. Sungai-sungai alamiah mempunyai bentuk yang tidak teratur, bermeander dengan berbagai terjunan alamiah, belokan dan lain-lain. Bentuk-bentuk ini pada hakekatnya berfungsi untuk menahan air supaya tidak dengan cepat mengalir ke hilir serta menahan sedimen. Di samping itu juga dalam rangka memecah atau menurunkan energi air tersebut.

2.3.2 Fungsi sebagai Saluran Irigasi Alamiah

Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), dalam perencanaan bangunan irigasi teknis, sungai yang ada dapat dipakai sebagai saluran irigasi teknis, jika dari segi teknis memungkinkan. Kehilangan air di saluran dengan menggunakan sungai kecil, lebih sedikit daripada menggunakan saluran tanah buatan, karena pada umumnya porositas sungai relatif rendah mengingat adanya kandungan lumpur dan sedimen yang relatif tinggi.

2.3.3 Fungsi Ekologi

Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), komponen ekologi sungai adalah flora dan fauna pada daerah badan, tebing dan bantaran sungai. Sehingga kondisi habitat yang sangat kaya akan flora dan fauna tersebut dapat dijadikan indikator kondisi ekologi sungai. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi


(31)

17 sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen, yang sangat vital dalam menunjang ekosistem sungai.

Apabila fungsi-fungsi di atas berjalan dengan baik, maka sungai akan memberikan manfaat dalam berbagai hal, antara lain sebagai penyedia air, prasarana transportasi, penyedia tenaga, penyedia material, sarana pengaliran (drainase), dan sarana rekreasi, serta sarana pendidikan dan penelitian. Bila dijabarkan lebih detail sesuai dengan aktivitas keseharian manusia, maka manfaat sungai diantaranya sebagai sumber air baku air minum (PDAM), sumber air bagi pengairan wilayah pertanian atau irigasi, sumber tenaga listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sarana pendidikan dan penelitian, sumber tambang galian C (pasir,kerikil) dan lain-lain.

2.4 Analisis Cost-Benefit

Menurut Hafidh (2010), analisisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam analisis cost-benefit perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipsahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu

cost-benefit (manfaat-biaya).

Menurut Reksohadiprojo (2001), Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak


(32)

18 program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.

2.4.1 Konsep Biaya (Cost)

Menurut Nurmalina (2010), secara umum biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan suatu proyek. Komponen biaya tersebut pada dasarnya terdiri dari:

1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Contoh: tanah, gedung dan sarana prasarana, mesin dan peralatan dan lain-lain..

2. Biaya Operasional

Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan, dan laninya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari dua komponen utama yakni:

 Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan tiap tahun. Contoh: bahan mentah atau setengah jadi untuk diproses menjad barang jadi, solar dan lain-lain.


(33)

19

 Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan tiap tahunnya. contoh: upah tenaga kerja, listrik, pajak, retribusi dan lain-lain.

Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1996). Menurut Suratiyah (2008), biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap, misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel, misalnya pengeluaran untuk bibit dan tenaga kerja untuk keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. Biaya tidak tunai adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri.

2.4.2 Konsep Manfaat (Benefit)

Menurut Nurmalina (2010), manfaat terdiri dari dua macam yaitu:

1. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur pada umunya. Contoh:

keuntungan dari penjualan produk, peningkatan keuntungan akibat peningkatan kualitas.

2. Tangible benefit manfaat yang riil ada tapi sulit diukur. Contoh: keindahan,

kesegaran, kenyamanan.

2.4.3 Penerimaan

Menurut Soekartawi (1986), penerimaan adalah total nilai produk yang dijalankan yang merupakan hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan harga atau nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani tersebut (P x Q). Istilah lain adalah pendapatan kotor yang diterima oleh pengusaha belum termasuk pengurangan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha.


(34)

20

2.4.4 Pendapatan

Menurut, Soekartawi (1986) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan merupakan nilai bersih atau manfaat bersih yang diterima oleh pengusaha. Manfaat tersebut merupakan pengurangan dari penerimaan yang diterima dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha.

2.4.5 Efisiensi

Menurut Suratiyah (2008), efisiensi usaha dapat dilihat melalui nilai R/C. R/C dapat diketahui dari hasil perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu kali periode produksi suatu usaha. Indikator keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari nilai R/C atau analisis imbangan penerimaan dan biaya. R/C melihat seberapa besar pengeluaran memberikan manfaat (penerimaan) semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin menguntungkan atau tidak suatu usaha dijalankan.

Nilai R/C > 1 maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat dikatakan efisien, karena kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat dikatakan tidak efisien, karena kegiatan usaha yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C = 1 maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena penerimaan yang diterima oleh pengusaha akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh pengusaha.


(35)

21

2.4.6 Perbedaan Analisis Ekonomi dan Analisis Finansial

Menurut Nurmalina (2010), analisis kelayakan investasi ada dua macam yakni analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial adalah analisis yang menilai suatu proyek dari sudut pandang secara individual atau orang yang berkaitan langsung dengan proyek tersebut (investor), yang menanamkan modal maupun manajer yang terlibat dalam proyek. Analisis ini bertujuan untuk memperhitungkan besarnya insentif bagi orang yang turut serta dalam pelaksanaan proyek.

Analisis ekonomi merupakan suatu kegiatan investasi dilihat dari sudut pandang masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagian keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut.

2.5 Penilaian Ekonomi

Menurut kementrian lingkungan hidup (2011), penilaian ekonomi diperlukan sebagai bagian dari perencanaan pemanfaatan ekosistem sungai, guna mengetahui keuntungan dan kerugian yang akan terjadi dalam aktivitas pemanfaatan tersebut. Keuntungan dan kerugian di sini dimaksudkan sebagai keuntungan atau kerugian yang dapat dialami oleh masyarakat maupun dalam konteks mempertahankan fungsi suatu ekosistem.

Setiap pemanfaatan sumber daya yang mampu mengubah peruntukannya, dapat memberikan manfaat nyata yang lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan. Identifikasi fungsi dan manfaat kualitatif potensi dampak


(36)

22 pembangunan terhadap ekosistem dapat menggunakan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam menghitung nilai ekonomi suatu ekosistem tergantung dari sifat penggunaannya, apakah bersifat ekstraktif atau tidak.

Pemanfaatan sumber daya alam dikategorikan bersifat ekstraktif apabila pemanfaatan itu dapat mengurangi jumlah persediaan sumber daya yang ada. Kegiatan ekstraktif adalah kegiatan pengambilan sumber daya alam tanpa disertai pemulihan. Penggunaan bersifat ekstraktif, perhitungan dilakukan dengan pendekatan harga pasar, yaitu menggunakan harga jual yang memang ada untuk komoditi yang dihitung.

2.6 Penelitian terdahulu

Dyahwanti (2007) meneliti tentang kajian dampak lingkungan kegiatan penambangan pasir pada daerah sabuk hijau gunung sumbing di Kabupaten Temanggung. Dampak negatif dari kegiatan penambangan pasir yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan air menyebabkan kerusakan lingkungan diantaranya, lahan yang rawan longsor, adanya sedimentasi pasir di sungai, potensi terjadinya banjir, hilangnya bahan organik tanah, rusaknya jalan desa, dan lahan menjadi kritis. Dampak positif diantaranya adanya peningkatan pendapatan dari buruh tani menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, peningkatan kesejahteraan bagi pemilik tanah, pengurangan angka pengangguran, peningkatan pemasukan bagi desa, dan keuntungan bagi masyarakat pada umumnya berupa pembangunan beberapa fasilitas umum seperti masjid, gapuro, penerangan jalan dan sebagainya. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penambangan pasir sebesar Rp 7.705.580.000,- jauh lebih kecil dibandingkan nilai kerugian lingkungan sebesar Rp.11.562.200.000. Pada penelitian ini terdapat kesamaan


(37)

23 yakni sama-sama menganalisis dan menilai dampak positif dan dampak negatif penambangan pasir. Perbedaannya adalah penambangan ini dilakukan secara legal sedangkan penambangan pasir di Kelurahan Semampir Kota Kediri dilakukan secara illegal.

Yudhistira. (2008) meneliti tentang kajian dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambang pasir di daerah kawasan gunung merapi di desa keningar, Kecamatan Dukun, Kebupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/ mataair, rusaknya jalan dan polusi udara. Sementara dampak sosial ekonominya yakni, penyerapan tenaga kerja dikarena sebagian masyarakat bekerja di penambangan pasir. Persamaan dengan penelitian ini yakni sama-sama merasakan dampak negatif yakni rusaknya tebing sungai dan jalan. Perbedaannya yakni pada penelitian ini penulis mnghitung besarnya total dugaan nilai erosi. Besarnya total nilai dugaan erosi yakni = 7830401,90 + 935674,09 = 8766076 ton/ tahun.

Harlan (2011), meneliti tentang nilai guna ekonomi dan dampak penambangan pasir di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Total nilai guna dari kegiatan penambangan pasir adalah sebesar Rp 4.368.750.000. Terdiri dari nilai guna langsung (pendapatan pengusaha pasir dan penambangan pasir) dan nilai guna tidak langsung (pendapatan sopir dan buruh pengangkut pasir). Nilai kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan pasir diperoleh dari nilai kerugian ekologi dan nilai kerugian ekonomi, termasuk hilangnya produksi padi yaitu sebesar Rp 15.604.438.978,6. Persamaan dari penelitian Harlan yakni sama-sama menghitung nilai manfaat dan kerugian akibat penambangan. Perbedaannya


(38)

24 yakni pada penelitian Harlan menyertakan kerugian nilai ekologi, sementara penelitian ini hanya menghitung nilai kerugian ekonomi saja.


(39)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Sumber daya pasir merupakan jenis bahan galian C yang memiliki peran penting bagi masyarakat. Oleh karena itu, pasir sangat menguntungkan untuk diusahakan. Hal tersebut dikarenakan pasir memiliki peran penting guna pembangunan. Pembangunan yang semakin meningkat menyebbkan kebutuhan akan sumber daya pasir semakin meningkat. Kebutuhan akan sumber daya pasir yang meningkat menyebabkan kegiatan usaha tambang semaik meningkat. Kegiatan penambangan pasir dapat dilakukan di darat dan di sungai.

Salah satu bentuk usaha penambangan pasir yang berada di sungaiyakni penambangan pasir di Kelurahan Semampir. Usaha penambangan pasir memberikan manfaat bagi pengusaha tambang pasir. Manfaat lain yang diperoleh yakni pendapatan yang diperoleh oleh pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan. Manfaat tersebut diantaranya pendapatan yang diterima buruh tambang pasir, sopir truk, kuli angkut pasir.

Usaha penambangan pasir yang menguntungkan menyebabkan para penambang pasir tetap melakukan aktivitas penambangan di Sungai Brantas meskipun sejak tahun 2009 aktivitas penambangan pasir di sepanjang DAS Brantas telah dilarang oleh pemerintah Kota Kediri. Aktivitas penambangan tersebut terus terjadi dan semakin tak terkendali. Apabila pasir terus dieksploitasi maka akan berdampak besar bagi ekosistem sekitar sungai yang merugikan masyarakat. Dampak tersbut diantaranya 1). Hilangnya lapisan pasir dasar sungai, 2). Rusaknya jalan sekitar area tambang karena sering dilalui truk pengangkut pasir, 3). Hilangnya pendapatan pemerintah, yakni dari retribusi pasir yang menjadi pendapatan pemerintah, 4). Rusaknya fasilitas – fasilitas umum seperti


(40)

26 jembatan dan tebing sungai 5). Menurunnya kualitas udara dan kebisingan yang ditimbulkan truk pengangkut pasir ataupun mesin diesel penyedot pasir.

Melihat nilai manfaat dan dampak yang diakibatkan adanya penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir perlu dilakukan suatu perhitungan. Perhitungan tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan besar nilai manfaat dan dampak negatif akibat penambangan pasir. Penilaian tersebut nantinya dapat memberikan manfaat khususnya kepada pemerintah dalam hal pengambilan kebijakan. Tahap-tahap dalam perhitungan nilai manfaat dan dampak yang ditimbulkan akibat penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir dapat dilihat pada kerangka alur pemikiran pada Gambar 3:


(41)

27 Sumber: Penulis, 2012

Gambar 3. Kerangka Alur Pemikiran

Pemanfaatan Semberdaya Alam

Penambangan Pasir

Identifikasi Kegiatan Penambangan Pasir

dan Pihak – Pihak yang Terlibat

Kronologis Pelarangan Penambangan Pasir

di Sungai Brantas Kota Kediri

Proses dan Jenis Penambangan Pasir

Illegal

Dampak Positif:

 Ketersediaan Lapangan Kerja

 Pemenuhan Kebutuhan pasir guna

Pembangunan

Dampak Negatif:

 Hilangnya Lapisan pasir

 Rusaknya jalan

 Pendapatan Pemerintah yang Hilang

 Kerusakan Fasilitas umum seperti Jembatan dan Tebing Sungai

Penilaian Dampak Positif:

 Penilaian Manfaat Pihak-pihak yang Terlibat dalam

Akivitas Penambangan

Penilaian Dampak Negatif:

 Penilaian Hilangnya Lapisan pasir

 Penilaian Rusaknya jalan

 Penilaian Pendapatan Pemerintah yang Hilang

 Penilaian Kerusakan Fasilitas umum seperti Jembatan dan Tebing Sungai


(42)

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir, Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur. Peta Lokasi penelitian ini disajikan pada Lampiran 1. Pengambilan data dilakukan selama lima bulan yakni dari bulan april hingga september 2012. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan jumlah penambang pasir illegal di Kelurahan Semampir Kota Kediri. Penambangan pasir

illegal yang terdapat di Kelurahan Semampir merupakan penambangan pasir

illegal dengan jumlah terbanyak di Kota Kediri. Kegiatan tersebut telah

menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan dan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar.

4.2 Jenis dan Sumberdata

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan panduan kuisioner terhadap penambang pasir dan masyarakat daerah sekitar penambangan pasir di Kelurahan Semampir. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan data yang terkait aktivitas penambangan di sekitar DAS Brantas Kelurahan Semampir. Studi literatur dilakukan diantaranya dengan cara pengumpulan data dari pemerintah daerah setempat, buku, internet, dan literatur-literatur lain yang mendukung. Pengambilan data diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti Satpol PP, Disperindagtamben, Perum Jasa Tirta I dan lembaga lain yang terkait dengan penelitian.


(43)

29

4.3 Penentuan Jumlah Responden

Metode pengambilan atau penentuan responden untuk diwawancara dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling.

Purposive sampling yaitu memilih dengan sengaja responden dengan kriteria

tertentu. Pengambilan data primer melalui pihak-pihak yang terkait kegiatan penambangan pasir, masyarakat sekitar serta tokoh masyarakat. Nilai manfaat diperoleh dari wawancara dengan para pengusaha pasir, penambang pasir guna mengetahui manfaat penambangan pasir.

Penilaian dampak negatif dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari dinas – dinas terkait dan data primer dari para penambang pasir. Guna mengetahui kondisi lingkungan sekitar area tambang, dilakukan wawancara dengan panduan kuisioner kepada masyarakat sekitar area tambang. Jumlah responden yang diambil sebanyak 50 orang.

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data-data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dilakukan dengan bantuan

Microsoft Excel 2007. Metode analisis data digunakan untuk menjawab tujuan


(44)

30

Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Sumber

Data

Metode Analisis data

Jenis Data

1. Mengidentifikasi proses dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penambang pasir illegal di Kelurahan Semampir, Meliputi jenis dan proses penambangan, serta pihak-pihak yang terlibat.

Perusahaan dan Dinas Instansi terkait

Analisis deskriptif Data sekunder dan primer

2. Mengkaji dampak yang ditimbulkan akibat adanya penambangan pasir illegal di Kota Kediri.

Perusahaan dan Dinas Instansi terkait

Analisis deskriptif Data sekunder dan primer 3. Mengidentifikasi persepsi

masyarakat tentang keberadaaan penambang pasir illegal dan kondisi lingkungan di Kelurahan Semampir.

Masyarakat sekitar area tambang

Analisis deskriptif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel

Data primer

4. Mengestimasi nilai manfaat dan dampak negatif dari adanya penambangan pasir illegal di Kota Kelurahan Semampir.

Perusahaan dan dinas terkait

Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel

Data sekunder dan primer

Sumber: Data primer (diolah), 2012

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007. Metode analisis yang digunakan berdasarkan Tabel 2 adalah analisis penambangan pasir, analisis persepsi masyarakat, analisis manfaat dan dampak penambang pasir. Umur usaha penambangan pasir dalam penelitian ini diambil berdasarkan umur teknis mesin atau perahu sebagai investasi yang paling penting dalam penambangan pasir,


(45)

31 yakni selama 5 tahun. Jenis output yang dihasilkan adalah pasir. Tingkat diskonto yang digunakan berdasarkan suku bunga deposito rata-rata bank yang ada di Indonesia bulan Januari – Februari 2013 sebesar 5.45%.

4.5.1 Persepsi Masyarakat

Menganalisis persepsi responden digunakan analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuannya yakni ingin mengetahui persepsi masyarakat tentang keadaan lingkungan sekitar areal tambang yang dapat diperkuat dengan adanya pengetahuan dan pengalaman.

Persepsi responden terhadap keadaan lingkungan dan sosial akibat adanya penambangan pasir illegal di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota Kediri dimulai dengan skala tertinggi yaitu 1 kondisi lingkungan baik, 2 kondisi lingkungan sedang, 3 Kondisi lingkungan buruk. Analisis mengenai persepsi dilakukan dengan mentabulasikan data dengan bantuan program Microsoft Excel

200, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis deskriftifkan.

4.5.2 Estimasi Nilai Manfaat

Nilai manfaat yang dimaksud adalah manfaat yang diperoleh pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir. Pihak-pihak yang memperoleh manfaat diantaranya pengusaha pasir, kuli angkut pasir, sopir truk, buruh tambang pasir. Nilai tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

PP = (Hp – Bp) x 300 UB = ub x 300 Dimana :


(46)

32 Hp : harga pasir

Bp : biaya penambangan pasir

UB : upah buruh tambang pasir dalam pe-tahun ub : upah buruh tambang pasir per-hari

300 : jumlah hari kerja dalam se-tahun

4.5.3 Estimasi Dampak Negatif

Menurut Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) nomor 13 tahun (2011), kerugian atau dampak negatif akibat suatu usaha pemanfaatan sumber daya adalah biaya yang diperlukan untuk menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup serta memulihkan kondisi lingkungan hidup. Pendapatan yang hilang (forgone eaenings) adalah nilai ekonomi dari pendapatan masyarakat/ pemerintah yang berkurang atau hilang sebagai akibat tercemarnya dan atau kerusakan lingkungan.

Konsep penilaian konsep future value dilakukan untuk mengetahui penilaian/ harga kerugian dimasa mendatang dengan rumus:

F = P (1 + i)n Dimana:

F : biaya di tahun akan datang P : tetapan biaya di tahun sekarang i : suku bunga

n : lama waktu

Dampak ekonomi dari adanya aktivitas penambangan pasir yakni hilangnya PAD Kota Kediri. Aktivitas penambangan yang seharusnnya sudah


(47)

33 tidak beroprasi sejak tahun 2009 tetap dilakukan, sehingga pendapatan retribusi yang harusnya diperoleh pemerintah Kota Kediri hilang. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

NK1= Tk x ∑Jk x 300 Dimana:

NK1 : nilai kerugian (Rp)

Tk : tarif karcis retribusi per truck (Rp/truk) ∑Jk : jumlah truk per hari (truk)

300 : asumsi dalam 1 tahun penambang bekerja selama 300 hari

Penghitungan nilai ekonomi pasir yang hilang diambil dari keuntungan yang diperoleh pengusaha tambang pasir. Hal tersebut dilakukan karena keuntungan menggambarkan nilai atau harga bersih pasir. Diperoleh dari pengurangan keuntungan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk pengambilan pasir. Perhitungan nilai pasir yang hilang menggunakan keuntungan yang diperoleh pengusaha tambang. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

NK2= Kp x ∑Jp x 300

Dimana:

NK2 : nilai kerugian (Rp)

Kp : keuntungan pengambilan pasir per m³ (Rp/ m³) ∑Jp : jumlah pasir yang diambil per hari (m³)


(48)

34 Lalu lintas truk besar yang mengangkut bahan galian dalam jumlah banyak lambat laun berakibat pada rusaknya jalan di sektar kelurahan Semampir. Metode yang dapat digunakan adalah replacement cost (biaya pengganti). Replacement cost menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan yang rusak akibat lalu lintas truk yang besar. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

NK3 = l x p x Ba Dimana:

NK3 : nilai kerugian (Rp)

l : lebar jalan yang rusak (m) p : panjang jalan yang rusak (m) Ba : biaya aspal (m2)

Dampak lain yang diterima masyarakat yakni biaya tambahan yang harus dikeluarkan masyarakat atau dinas terkait, akibat kerusakan jembatan dan tebing sungai yakni melalui data sekunder. Nilai tersebut dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

NK4 = Bp x bp

Dimana:

NK4 : nilai kerugian (Rp)

Bp : biaya perbaikan (Rp) bp : banyaknya perbaikan

Nilai total dampak sosial yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas penambangan pasir illegal secara matematis dapat ditulis:


(49)

35 TNK= NK1 + NK2+ NK3+ NK4

Dimana:

TNK : total nilai kerugian (Rp) NK1 : dampak terhadap PAD

NK2 : dampak terhadap nilai ekonomi pasir

NK3 : kerugian jalan yang rusak


(50)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota Kediri. Penambangan pasir di Kota Kediri dilakukan dibeberapa Kelurahan lain diantaranya di Kelurahan Banjarmlati, Kelurahan Bandar Kidul, dan Kelurahan Manisrenggo. Penambangan dengan jumlah terbanyak yakni penambangan yang terdapat di Kelurahan Semampir.

5.1.1 Kota Kediri

Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas wilayah Kota Kediri yakni sebesar 63,40 Km². Secara geografis , Kota Kediri terletak di antara 111,05 derajat-112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55 derajat lintang selatan dengan luas 63,404 Km². Aspek topografi Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan hingga 40%. Sebagian besar wilayah Kota Kediri merupakan dataran rendah dengan luas wilayah memanjang (linier). Kota kediri terbelah oleh Sungai

Brantas yang membujur dari selatan ke utara sepanjang 7 kilometer. Kota Kediri merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang mempunyai 2 gunung yaitu :

Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang3.

Bagian barat Sungai Brantas merupakan lahan yang kurang subur yang sebagian masuk lereng Gunung Klotok yang mempunyai ketinggian  472 meter dan Gunung Maskumambang yang mempunyai ketinggian  300 meter. Dibagian timur sungai merupakan lahan yang subur dengan relief tanah relatif datar.

3


(51)

37 Sungai Brantas di wilayah kota Kediri juga dilintasi sungai-sungai kecil yaitu: Sungai Kresek, Sungai Karang, Sungai Kedak, Sungai Ngampel. Struktur wilayah Kota Kediri yang terbelah menjadi dua oleh Sungai Brantas membaginya amenjadi dua bagian yakni bagian barat dan timur sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kecamatan Mojoroto4.

Tabel 3. Luas Wilayah Kota Kediri Berdasarkan Kecamatan 2011 No. Kecamatan Luas (Km²) Presentase (%) dari Luas Kota

1 Mojoroto 24,60 38.80

2 Kota 14,90 23.50

3 Pesantren 23,90 37.70

Jumlah 63,40 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, 2011

Kota Kediri terdri dari 3 Kecamatan yakni Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota, dan Kecamatan pesantren. Luas wilayah Kota Kediri dapat kita lihat pada tabel 3 dimana, Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yakni Kecamatan Mojoroto (24,6 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Kota (14,9 km2). Kecamatan Mojoroto terdiri dari 14 Kelurahan diantaranya Kelurahan Pojok, Campurejo, Tamanan, Banjarmlati, Bandar Kidul, Lirboyo, Bandar Lor, Mojoroto, Sukorame, Bujel, Ngampel, Gayam, Mrican dan dermo. Kecamatan Kota terdiri dari 17 Kelurahan diantaranya, Kelurahan Menisrenggo, Rejo Mulyo, Ngrongggo, Kali Ombo, Kampung Dalem, Setono Pande, Ringin Anom, Pakelan, Setonogedong, Kemasan, Jagalan, banjaran,

4


(52)

38 Ngadirejo, dandangan, Balowerti, Pocanan dan Semampir. Sementara Kecamatan Pesantren terdiri dari 15 Kelurahan, diantaranya Kelurahan Blabak, Bawang, Batet, Tosaren, Banaran, Ngletih, Tempurejo, Ketami, Pesantren, Bangsal, Burengan, Tinalan, pakunden, Singonegaran dan Jamsaren.

5.1.2 Kecamatan Kota

Kecamatan Kota terdiri dari 17 Kelurahan diantaranya, Kelurahan Menisrenggo, Rejo Mulyo, Ngrongggo, Kali Ombo, Kampung Dalem, Setono Pande, Ringin Anom, Pakelan, Setonogedong, Kemasan, Jagalan, banjaran, Ngadirejo, dandangan, Balowerti, Pocanan dan Semampir. Diantara ketiga Kecamatan tersebut Kecamatan Kota merupakan Kecamatan dengan Kelurahan terbanyak sedangkan luas wilayahnya paling sedikit. Hal tersebut menggambarkan Kecamatan Kota mempunyai tingkat kepadatan penduduk paling tinggi di Kota Kediri.

Konsentrasi penduduk di Kecamatan Kota berdampak pada ledakan urbanisasi, munculnya perilaku masyarakat yang kurang sehat sehingga memicu banyak kejahatan dan ketidakmerataan pendapatan. Pemerintah Kota Kediri dinilai perlu untuk melakukan penyebaran pembangunan dan penciptaan lapangan kerja secara merata dalam konteks wilayah yang menyebar diseluruh Kota Kediri.

5.2 Kelurahan Semampir

Kelurahan Semampir merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Kota, Kota Kediri. Kelurahan Semampir terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 28 Rukun Tetangga (RT). Jarak Kelurahan Semampir menuju Ibu Kota Kecamatan sepanjang 4 km, jarak antara Kelurahan Semampir dengan Ibu Kota Kabupaten sepanjang 1 km. Jarak dari kelurahan menuju Ibu Kota Provinsi


(53)

39 sepanjang 110 km, dengan lama waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor selama 3 jam.

5.2.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kelurahan Semampir berbatasan dengan Kelurahan Jong Biru/ Kecamatan Gampeng Rejo sebelah utara, berbatasan dengan Kelurahan Pocanan/ Kecamatan Kota sebelah selatan, berbatasan dengan Kelurahan Balowerti/ Kecamatan Kota sebelah timur dan berbatasan dengan Sungai Brantas sebelah barat. Luas wilayah Kelurahan Semampir yakni sebesar 72 ha yang terdiri dari luas pemukiman sebesar 6 ha, dapat dilihat pada Tabel 4. persawahan merupakan

Tabel 4. Luas wilayah Kelurahan Semampir Berdasarkan Penggunaan Tahun 2011

Uraian Luas (Ha) Prosentase (%) dari Luas

Luas Pemukiman 6 .00 8.33

Luas Persawahan 40.00 55.56

Luas Perkebunan 2.00 2.78

Luas Kuburan 1.00 1.39

Luas Pekarangan 0.00 0.00

Luas Taman 0.00 0.00

Luas Pekantoran 20.00 27.78

Luas Prasarana Umum Lainnnya 3.00 4.17

Luas Wilayah 72.00 100

Sumber: Laporan Akhir Tahun Kelurahan Semampir 29 November 2011

Kelurahan Semampir merupakan salah satu Kelurahan di Kota Kediri yang dilewati Sungai Brantas. Keberadaan sungai tersebut memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar . Manfaat tersebut diantaranya sumber daya air, sumber daya ikan dan sumber daya pasir bagi masyarakat Potensi tambang diantaranya batu kali dan pasir. Kapasitas tambang pasir di Kelurahan Semampir


(54)

40 sebesar 10 ton per tahunnya dan merupakan kapasitas tambang skala kecil, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi Bahan Galian Kelurahan Semampir Tahun 2011

Uraian Kapasitas (Ton) Keterangan

Batu Kapur 0.00 Tidak Ada

Pasir 10.00 Kecil

Emas 0.00 Tidak Ada

Kuningan 0.00 Tidak Ada

Aluminium 0.00 Tidak Ada

Belerang 0.00 Tidak Ada

Rata-rata Potensi Bahan Tambang/ Galian 10.00 Kecil Sumber: Laporan Akhir Tahun Kelurahan Semampir 29 November 2011

Kelurahan Semampir merupakan salah satu Kelurahan di Kota Kediri yang letaknya berdekatan dengan pusat kota. Permasalahan seperti kualitas udara dan kebisingan merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang ada didaerah tersebut. Pencemaran udara bersumber yang terjadi bersumber dari pabrik yang berada di Kelurahan Semampir dan kendaraan bermotor yang lalu lalang. Pabrik dan kendaraan tersebut mengeluarkan asap yang mengandung CO2 yang

menyebabkan efek terhadap kesehatan diantaranya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Masalah kebisingan bersumber dari adanya kendaraan bermotor yang lalu lalang lebih dari 50%. Kebisingan tersebut masih dalam taraf dampak ringan sehingga efeknya tidak terlalu mengganggu masyarakat sekitar.

5.2.1 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan semampir pada tahun 2011 sebesar 6.319 jiwa. Terdiri dari jumlah penduduk laki-laki yakni sebesar 3.115 jiwa dan jumlah penduduk sebesar 3.204 jiwa. Mata pencahariaan pokok masyarakat Kelurahan Semampir, sebagian besar bermata pencaharian sebagai karyawan perusahaan


(55)

41 swasta. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan Semampir berdekatan dengan salah satu pabrik ternama di Kota Kediri yakni pabrik rokok Gudang Garam. Sehingga, sebagian besar masyarakat Kelurahan Semampir bermata pencaharian sebagai pegawai perusahaan swasta.


(56)

VI. ANALISIS PENAMBANGAN PASIR ILLEGAL DI SUNGAI BRANTAS KELURAHAN SEMAMPIR

6.1 Kronologis Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas

Menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Kediri, bahwa pada prinsipnya penambangan Galian C (penambangan pasir) di sepanjang Sungai Brantas, tidak diperbolehkan baik secara mekanik maupun konvensional dan hal tersebut telah dituangkan dalam kesepakatan bersama pada tahun 2009 antara KLH, Satpol PP dan Disperindagtamben. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 2009 pasal 158 dimana setiap orang dilarang melakukan penambangan tanpa ijin usaha penambangan, ijin usaha penambangan rakyat, ijin usaha pertambangan khusus dan akan dipidana. Tuntutan pidana bagi aktivitas yang merusak lingkungan menurut UU No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian pada tahun 2009, Disperindagtamben telah membentuk tim pengawas dan pengendalian bahan Galian C Sungai Brantas Kota Kediri yang tidak memberikan rekomendasi ijin penambangan pasir dengan alasan dasar Sungai Brantas telah turun 4-6 meter.

Tahun 2010 oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor 9 tahun 2010, menetapkan penghentian seluruh aktivitas kegiatan illegal sand mining/ penambangan tanpa ijin di sepanjang Sungai Brantas dan mengalihkan secepatnya ke kantong-kantong lahar / pasir di Gunung Kelud sesuai lokasi yang telah ditentukan/ ditunjuk. Perlu dilakukan penyehatan kembali terhadap profil melintang dan memanjang Sungai Brantas yang dilakukan pihak-pihak terkait serta memperlancar proses perizinan yang terkait dengan segala aktifitas kegiatan normalisasi/ penambangan pasir di lokasi. Melihat kondisi Sungai Brantas dan lingkungannya yang mengalami kerusakan parah dan


(57)

43 membahayakan infrastruktur sungai yang ada (baik jembatan, bendungan, tanggul, dan lain sebagainya).

Tabel 6. Peraturan dan Perundang-undangan Pelarangan Penambangan Pasir di Sungai Brantas

No Tingkatan Peraturan/ Perundang-undangan

1. Makro  Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air  Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang  Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2. Meso  Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota

 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan

 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumberdaya Air

3. Mikro  Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 tentang pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian C pada wilayah sungai di Provinsi Jawa Timur

 Peraturan Mentri Pekerjaan Umum 04/PRT/M/2008 tentang pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Tingkat Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Wilayah Sungai

 Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 36 tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2005

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.248/KPTS/2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas

Sumber: Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor 09/KPTS/TKPSDA.BRANTAS/2010, 2010

6.2 Faktor-faktor Penyebab Kegiatan Penambang Pasir Illegal

Adanya penambangan pasir illegal di Sungai Brantas dikarenakan ada beberapa faktor yakni faktor dalam dan faktor luar, yaitu sebagai berikut:

6.2.1Faktor Dalam

Faktor dalam yang dimaksud yakni adanya faktor dari diri penambang untuk melakukan usaha penambangan pasir. Faktor dalam tersebut diantaranya


(58)

44 keinginan/ nafsu dari para pengusaha pertambangan pasir yang ingin memperoleh keuntungan, pemenuhan kebutuhan ekonomi oleh masyarakat penambang pasir, dan keterbatasan pendidikan dan keterampilan masyarakat sekitar yang menjadi buruh tambang dikarenakan menambang pasir merupakan satu-satunya keahlian mereka.

Penambangan pasir merupakan peluang usaha yang menarik bagi pengusaha tambang pasir. Pembangunan yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan pasir meningkat dan permintaan akan pasir terus meningkat. Kualitas pasir di Sungai Brantas Kota Kediri yang cukup baik juga membuat para pengusaha pasir tetap melakukan aktivitas penambangan pasir.

Semakin mahalnya harga kebutuhan pokok membuat biaya pemenuhan kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan masyarakat semakin menambah beban masyarakat Masyarakat sekitar yang terbiasa turun temurun bertambang pasir di Sungai Brantas menyebabkan mereka tidak mempunyai keahlian atau keterampilan lain. Pada akhirnya profesi sebagai buruh tambang pasir tetap dilakukan.

6.2.2Faktor Luar

Faktor luar adalah faktor yang berasal dari faktor lain diluar diri penambang pasir. Faktor luar yang meyebabkan adanya aktivitas penambangan pasir illegal di Kelurahan Semapir yakni kurangnya sosialisai terkait pelarangan spenambangan pasir, belum adanya kebijakan alih profesi yang tepat untuk masyarakat, kebijakan pengalihan penambangan dari Sungai Brantas ke kantong-kantong lahar/ pasir Gunung Kelud yang kurang tepat, serta kurangnya pegawasan dan pengamanan terkait penambangan illegal.


(59)

45 Sejak tahun 2009 segala aktivitas pertambangan di sepanjang aliran Sungai Brantas telah dilarang pemerintah Kota Kediri. Kebijakan tersebut kurang tersosialisasikan kepada masyarakat sehingga banyak masyarakat kurang mengetahui akan pelarangan tersebut. Pelarangan yang dilakukan pemerintah tidak disertai pemberian solusi/ kebijakan alih profesi yang tepat bagi para buruh tambang pasir.

Pada tahun 2010 berdasarkan Keputusan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas Nomor 09 tahun 2010, merekomendasikan pengendalian illegal sand mining/ penambangan tanpa ijin dari Sungai Brantas ke kantong-kantong lahar / pasir Gunung Kelud. Kebijakan tersebut tidak tepat dikarenakan berdampak pada konflik lahan dengan penambang pasir di kantong-kantong lahar/ pasir Gunung Kelud yang sebelumnya telah ada. Konflik perebutan lahan menyebabkan para penambang kembali menambang di Sungai Brantas.

Kebijakan pelarangan penambangan pasir di sepanjang Sungai Brantas hendaknya diimbangi dengan adanya pengawasan dan pengamanan yang intensif dan kondusif dari pihak berwajib seperti Satpol PP guna mengurangi jumlah penambang illegal. Faktor kebocoran informasi razia juga harus diperkecil sehingga pihak-pihak yang terklibat dalam penambangan illegal dapat benar-benar dihentikan.

6.3 Jenis Penambangan Pasir Illegal di Kelurahan Semampir

Penambangan illegal di Sungai Brantas Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota Kediri terdiri dari 2 jenis penambangan. Penambangan tersebut


(60)

46 diantaranya penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin dan penambangan secara tradisioanl/ menggunakan perahu.

6.3.1 Penambangan secara Mekanik/ Menggunakan Mesin

Penambangan secara mekanik/ menggunakan mesin adalah proses penambangan/ pengambilan pasir menggunakan mesin. Mesin tersebut berfungsi untuk menyedot pasir dalam skala besar, batu-batu besar yang ada di dasar sungai juga dapat terangkut. Penambangan ini termasuk merupakan penambangan modern. Tiap satu mesin dapat menghasilkan 8 hingga 9 truk pasir per hari. Tiap satu truk pasir memerlukan waktu sekitar tiga jam. Proses penambangan pasir secara mekanik atau menggunakan mesin dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: Penulis, 2012

Gambar 4. Proses Penambangan Pasir secara Mekanik/ mesin

Berdasarkan Gambar 4, pasir yang terkumpul diangkut ke atas truk menggunakan kuli angkut ataupun atau belt conveyor untuk menaikkan ke atas truk baru samapi ke konsumen. Hasil pasir banyak menyebabkan penambangan menggunakan mesin/ mekanik semakin meningkat. Penambangan menggunakan mesin/ mekanik merupakan jenis penambangan yang tidak ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan penggunaanya yang berlebih dapat merusak lingkungan sekitar. Salah satu contohnya adalah dasar sungai semakin menurun yang dapat menyebabkan kerusakan pada tebing sungai.

Menggunakan belt conveyor/ kuli angkut pasir, pasir diangkut menuju truk Mesin Diesel menyedot pasir dari dasar sungai

Konsumen Pasir dari dasar sungai yang terangkat


(1)

101 D. Pandangan Umum tentang Penambangan Bahan Galian C

1. Peran alam dan lingkungan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Menurut Anda, seberapa penting menjaga sumberdaya tambang bahan galian C?

a. Tidak penting b. Penting

c. Sangat penting

2. Apakah anda mengetahui bahwa aktifitas penambangan pasir yang dilakukan berdampak negatif terhadap lingkungan?

a. Tidak

b. Jika ya, berdampak apa?

... ... ... ... 3. Selain berperan penting dalam bahan baku bangunan, apakah anda

mengetaui peran pasir khususnya dalam menjaga keseimbangan lingkungan?

a. Tidak b. Ya

Jika ya, apa fungsi dari keberadaan pasir sebagai keseimbangan lingkungan menurut anda?... ……….. ……….. ………. ………...


(2)

102 Lampiran 3. Lokasi Pasir di Sungai Brantas Kediri dan Grafik Penurunan


(3)

(4)

104 Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

Penambangan Menggunakan Mesin Diesel

Penambangan Menggunakan Perahu

Penambangan Menggunakan Mesin Diesel

Kondisi Pondasi Jembatan Semampir

Kerusakan pada Tebing Sungai Razia yang dilakukan Satpol PP Kota Kediri


(5)

102 RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Diniyya Iriani lahir pada 21 Nvember 1990 di Merauke, Papua. Penulis Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan H. Zaenal Fanani, SE dan Hj. Amining Rochmad, Spd. Jenjang Pendidikan yang ditempuh penulis adalah di Tunas Melati Merauke dengan tahun kelulusan 1996. Kemudian melanjutkan SD Negeri Yapis Islam Merauke hingga tahun 2000 kemudian pindah ke SDN Bandar Kidul II Kediri dan lulus tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMPN 4 Kediri lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT RSBI Jombang dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kementrian Agama RI (KEMENAG) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain itu, penulis mengambil minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis juga aktif pada beberapa organisasi kampus yaitu, Shariah Economics Student Club (SES-C), Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI), Resources and Environmental Economics Student Association (REESA), Ikatan Keluarga Mahasiswa Pondok Pesantren Darul Ulum Bogor (IKALUM BOGOR), Keluarga Mahasiswa

Nahdlatul „Ulama PB (KMNU IPB). Penulis juga termasuk dalam anggota

Organisasi Mahasiswa Daerah Kediri (KAMAJAYA). serta aktif dalam kepanitiaan yang ada di lingkup IPB.


(6)