13 3.
Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah: nitrat, pospat, garam batu halite; asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
yarosit, leusit, tawas, oker; batu permata, batu setengah permata; pasir kwarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit,
tanah diatome, tanah serap; marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit, kalsit; granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 pertambangan bahan galian golongan C di sungai dan kantong-kantong pasir yang
selanjutnya disebut pertambangan adalah usaha pengambilan bahan galian golongan C di sungai. Bahan galian C di sungai adalah bahan galian yang berupa
pasir, kerikil dan batu yang ditambang dari sungai.
2.2.1 Dampak positif penambangan bahan galian C
Segala bentuk kegiatan ekonomi selain menghasilkan manfaat dapat pula menghasilkan kerugian atau dampak negatif. Salah kegiatan ekonomi yang dapat
menimbulkan manfaat dan dampak adalah kegiatan ekonomi bidang pertambangan. Pasir dan kerikil merupakan salah satu bahan material tambang
utama dalam kegiatan konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi ataupun perumahan sederhana. Bahan galian tersebut termasuk dalam bahan galian
golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis A dan bahan galian vital B, namun merupakan sumberdaya alam yang memiliki
peran penting dalam mendukung kegiatan pembangunan suatu wilayah.
14 Dampak positif adalah manfaat yang ditimbulkan dari penambang bahan
galian golongan C, diantaranya: 1.
Terserapnya tenaga kerja, yakni dengan adanya penambangan pasir pengusaha tambang dapat mempekerjakan buruh tambang pasir, sopir truk, kuli angkut
pasir dan lain-lain. 2.
Dapat menambah Pendapatan Asli Daerah PAD dengan kewajiban pengusaha membayar retribusi dari iuran-iuran lain
3. Terpenuhinya kebutuhan akan sumberdaya pasir, yang dapat digunakan sebagai
bahan dasar pembangunan. Sehingga pasir berperan penting dalam pembangunan.
2.2.2 Dampak Negatif Penambangan Bahan Galian C
Aktivitas penambangan pasir dan atau kerikil memiliki potensi untuk merusak lingkungan yang hampir sama dengan bahan galian yang lain. Hal
tersebut dikarenakan penambangan pasir danatau kerikil adalah penambangan yang secara teknis mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan
yang sederhana manual hingga menggunakan alat berat mekanik. Faktor-faktor seperti penambangan tanpa memperhatikan teknis, cara menambang yang tidak
benar, penambangan tanpa izin di bantaran sungai merupakan beberapa faktor penyebab kerusakan lingkungan.
Dampak negatif atau kerusakan lingkungan yang disebabkan adanya penambangan galian C, diantaranya:
1. Perubahan fungsi dan tata guna lahan, kegiatan penambangan bahan galian C
akan merubah tata guna lahan serta produktivitas lahan di lingkungan sekitar kawasan penambangan.
15 2.
Peningkatan erosi dan sedimentasi, kegiatan pembukaan lahan, pembangunan jalan operasional, dan tahap operasional khusus untuk penambangan pasir di
darat akan mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi. Penempatan tanah penutup pada tahap pembangunan jalan operasional dan tahap operasi yang
tidak dilakukan dengan baik akan mudah tererosi air hujan dan akhirnya akan terbawa aliran air hujan ke daerah yang lebih rendah sehingga akan
menimbulkan sedimentasi pada daerah tersebut. 3.
Penurunan kualitas air, penambangan pasir akan menimbulkan penurunan kualitas air. Terutama pada tahap operasi penambangan.
4. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Mobilisasi truk
pengangkut pada saat pengangkutan material sebelum konstruksi, pembuatan jalan operasional, pembangunan sarana pendukung dan pada saat
pengangkutan bahan galian pada tahap operasi merupakan sumber kegiatan yang dominan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas udara akibat debu
dan emisi gas dari truk pengangkut serta terjadinya peningkatan kebisingan.
2.3 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Sungai