16
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teori-teori yang relevan dengan masalah. Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan
relevan dengan penelitian ini.
3.1.1 Teori Investasi
Menurut Mankiw 2007, definisi investasi adalah suatu kegiatan membeli barang-barang oleh perusahaan baik itu barang-barang berupa bahan mentah, barang
setengah jadi, maupun barang jadi yang digunakan pada waktu yang akan datang. Sedangkan menurut Gittinger 1986, kegiatan pertanian adalah suatu kegiatan
investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat setelah beberapa
periode waktu. Sementara itu Gray et al 1992 dalam Nurmalina et al. 2009 mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan
dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber- sumber untuk mendapatkan benefit. Selain itu, Kasmir dan Jakfar 2010 mengatakan
investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka relatif panjang dalam berbagai bidang usaha, penanaman modal yang
ditanamkan dapat dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik maupun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan
proyek penelitian dan pengembangan. Investasi dapat dilakukan dalam membangun usaha baru maupun investasi dalam mengembangkan usaha yang telah ada.
Mankiw 2003 membagi jenis investasi ke dalam tiga bagian antara lain, investasi tetap bisnis business fixed investment yaitu mencakup peralatan dan
struktur yang dibeli perusahaan dalam kegiatan proses produksi, investasi residensial residential investment yaitu mencakup pembelian rumah baru untuk tempat tinggal
dan pembelian tanah untuk disewakan, serta investasi persediaan inventory investment mencakup penyimpanan barang-barang di dalam gudang meliputi barang
mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi untuk kegiatan proses produksi.
17
3.1.2 Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Gittinger 1986, Proyek merupakan suatu elemen operasional sederhana yang dipersiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan terpisah dalam
suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Didalam kegiatan proyek pertanian seluruh biaya-biaya, baik itu biaya produksi ataupun biaya
pemeliharaan yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat secara cepat dengan perkiraan waktu pengembalian selama satu tahun.
Menurut Kasmir dan Jakfar 2010, Penanaman modal dalam suatu usaha atau proyek, baik untuk usaha baru maupun perluasan usaha yang sudah ada biasanya
disesuaikan dengan tujuan dan bentuk badan usahanya. Dalam menjalankan suatu bisnis oleh perusahaan salah satu tujuannya yaitu memperoleh keuntungan profit,
dalam arti seluruh aktivitas perusahaan ditujukan untuk mencari keuntungan bahkan usaha yang bersifat sosial pun pada praktiknya juga perlu memperoleh keuntungan
agar mampu membiayai usahanya sendiri, tidak hanya tergantung pada donatur. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan maka
apabila ingin melakukan investasi dalam memulai suatu usaha sebaiknya didahului dengan suatu studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan
ditanam layak atau tidak untuk dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan atau dengan kata lain apakah usaha tersebut dijalankan akan memberikan suatu manfaat
atau tidak. Studi tersebut disebut studi kelayakan bisnis. Menurut Nurmalina et al 2010, studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan
atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar 2010, studi kelayakan
bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha
tersebut dijalankan. Umar 2003, menyatakan studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak
layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga dapat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
18 Dalam membangun usaha baru sangat diperlukan studi kelayakan bisnis,
sehingga dalam proses perencanaan pembangunannya nanti dapat dilakukan kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan
dilakukan itu layak atau tidak layak. Pertimbangan tersebut dapat digunakan dalam rangka melihat apakah perusahaan mendapatkan keuntungan jika menjalankan usaha.
3.1.3 Kriteria Kelayakan Bisnis