Analisis kelayakan usaha ikan maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAANVIS

(

Pterophyllum scalarae

) DI VIZAN FARM

KECAMATAN BOJONG SARI

KOTA DEPOK

SKRIPSI

UMAIDI H34104024

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ii

RINGKASAN

UMAIDI. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan HARMINI).

Tingginya permintaan akan ikan hias di dalam negeri terutama oleh para supplier dan eksportir sebagai akibat semakin tingginya posisi Indonesia sebagai negara eksportir ikan hias dunia, dimana saat ini Indonesia telah berada posisi tiga sebagai eksportir ikan hias dunia dengan pangsa pasar 7,5 persen. Salah satu jenis ikan hias yang cukup diminati yaitu ikan maanvis (Pterophyllum scalarae), ikan maanvis memiliki keindahan warna dan corak tubuh yang menawan, dan memiliki sirip panjang yang indah serta tingkah laku yang unik. Selain itu perawatan untuk budidaya ikan ini tidak terlalu rumit. Usaha ikan maanvis cukup menarik dikarenakan usaha ini lebih mudah dalam pembudidayaannya dengan permintaan yang cukup tinggi.

Vizan Farm Merupakan salah satu perusahaan ikan hias yang bergerak pada ikan maanvis di Kota Depok, usaha ini baru berjalan sekitar enam bulan yang lalu tepatnya pada bulan Juni 2012. Dalam pendirian usahanya, Vizan Farm Telah mengeluarkan biaya invesatasi yang cukup besar seperti membangunan hatchery, pembelian akuarium, pembangunan kolam bak semen dan peralatan lain untuk mendukung kegitan usaha ikan maanvis. Biaya investasi yang dikeluarkan mencapai Rp 111.947.000,00. Melihat besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan maka sebaiknya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha sebagai bahan evaluasi agar dapat mengefektifkan dan mengefisienkan investasi yang telah dikeluarkan tersebut. Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm dari aspek non finansial, (2) menganalisis kelayakan finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk berbagai alternatif usaha, (3) Menganalisis kepekaan (sensitivitas) dari usaha ikan maanvis di Vizan Farm.

Penelitian dilakukan pada usaha ikan maanvis di Vizan Farm yang beralamat di Jalan Rapi, Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojong Sari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Desember 2012 sampai dengan Bulan Januari 2013. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dengan pemilik dan karyawan perusahaan serta observasi langsung ke perusahaan. Metode yang digunakan terdiri dari metode analisis kualitatif (aspek non finansial) dan metode analisis kuantitatif (aspek finansial). Analisis non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan manajemen, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), serta Analisis Switching Value. Komponen perubahan yang diuji yaitu penurunan produksi dan kenaikan harga pakan.

Hasil analisis aspek non finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pasar, usaha ini telah memiliki peluang pasar yang tinggi dimana usaha ini terjadi excess demand terhadap ikan maanvis. Aspek teknis usaha ini memiliki lokasi yang strategis, iklim dan cuaca lokasi yang cocok,


(3)

iii sumber daya air, listrik dan tenaga kerja yang memadai serta proses produksi yang baik. Aspek manejemen dan hukum, pembagian tugas yang baik serta penempatan tenaga kerja yang ahli dibidangnya. Vizan Farm tergolong usaha perorangan dimana seluruh modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang yang berperan sebagai pemilik perusahaan. Aspek sosial ekonomi dan budaya, usaha ini memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat sehingga mendapatkan penerimaan dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Aspek Lingkungan, Usaha ini tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan bahkan usaha ini ikut serta dalam pelestarian lingkungan.

Analisis kelayakan finansial usaha dilakukan dengan dua skenario usaha, penggunaan skenario ini menfokuskan pada penggunaan jumlah indukan maanvis. Pada kondisi skenario I yaitu kondisi usaha yang terjadi dilapangan dimana indukan yang digunakan terdiri tiga jenis diantaranya 25 pasang jenis Black and white 20 pasang jenis Platinum dan 10 pasang jenis Red eye. Sedangkan pada kondisi skenario II, indukan yang digunakan hanya indukan jenis Black and white dan Platinum dimana jumlah indukan yang digunakan yaitu 35 pasang jenis Black and white dan 20 pasang jenis Platinum.

Hasil analisis kelayakan finansial usaha ikan maanvis pada kondisi skenario II menunjukkan bahwa usaha ikan maavis layak untuk dijalankan dilihat dari hasil analisis kriteria kelayakan investasi seperti nilai NPV sebesar Rp 216.187.201,00 yang lebih besar dari nol, nilai IRR sebesar 51 persen yang lebih besar dari tingkat suku bunga 5,75 persen, nilai Net B/C sebesar 3,85 yang lebih dari satu dan Payback Period selama 2 tahun 10 bulan 27 hari yang lebih cepat dari umur usaha yakni 10 tahun. Hasil proyeksi laba-rugi diperoleh bahwa usaha ikan maanvis pada skenario I akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 34.107.338,00 per tahun dengan tingkat tarif pajak 25 persen. Sedangkan pada kondisi skenario II menunjukkan bahwa usaha ini juga layak untuk dijalankan dilihat dari hasil analisis kriteria investasi dengan nilai NPV sebesar Rp 300.553.794,00 yang lebih besar dari nol, Net B/C sebesar 5,52 yang lebih besar dari satu, nilai IRR sebesar 75 persen yang lebih besar dari tingkat suku bunga 5,75 persen dan Payback period selama 2 tahun 3 bulan 22 hari yang lebih cepat dari umur usaha yakni 10 tahun. Proyeksi laba rugi dengan tarif pajak sebesar 25 persen usaha ikan maanvis pada skenario II menghasilkan keuntungan sebesar Rp 45.655.388,00 per tahun.

Hasil analisis switching value pada kondisi skenario I diperoleh bahwa maksimal penurunan produksi yang dapat ditoleransi sebesar 32,84 persen dan maksimal kenaikan harga pakan yang dapat ditoleransi sebesar 549,84 persen sedangkan pada kondisi usaha pada skenario II menunjukkan bahwa maksimum penurunan produksi sebesar 42,08 persen dan maksimum kenaikan harga pakan sebesar 721,10 persen. Hasil analisis kelayakan finansial yang dilihat dari hasil analisis kriteria investasi dan switching value menunjukkan bahwa usaha pada kondisi skenario II lebih menguntungkan dari pada kondisi usaha pada kondisi usaha pada skenario I.


(4)

iv

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAANVIS

(

Pterophyllum scalarae

) DI VIZAN FARM

KECAMATAN BOJONG SARI

KOTA DEPOK

UMAIDI H34104024

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

v Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae)

di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok Nama : Umaidi

NIM : H34104024

Disetujui, Pembimbing

Ir. Harmini, M.Si NIP. 19600921 1987 03 2002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Umaidi H34104024


(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mendahara Tengah pada tanggal 20 Februari 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ambo Wahab dan Ibunda Indo Akkang.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 6 Pangkal Duri pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 4 Kota Jambi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 2 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2007.

Penulis diterima di Program Diploma Istitut Pertanian Bogor, Program Keahlian Teknologi Industri Benih, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Kemudian setelah menyelesaikan pendidikan diploma (D3) pada tahun 2010 Penulis melanjutkan studinya di Pendidikan Sarjana (S1) melalui Program Sarjana Alih Jenis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat aktif dalam kegiatan bulu tangkis di kampus serta mewakili Fakultas Ekonomi dan Manajemen jika ada pertandingan bulu tangkis seperti kegitan tehunan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI).


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophylum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok”. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena perjuangan dan pengorbanan beliau dalam menyeru kepada seluruh alam.

Penelitian ini merupakan hasil observasi pada usaha ikan maanvis Vizan Farm selama dua bulan, yang dimulai pada bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013. Penulis tertarik dengan komoditi ikan maanvis karena merupakan usaha yang cukup prospektif di masyarakat perkotaan dan sangat potensial untuk di ekspor. Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial maupun non finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok.

Namun demikian, sangat disadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Maret 2013


(9)

ix

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Harmini, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji pada saat ujian sidang yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator yang telah memberi masukan dan saran sebagai bekal sebelum turun lapang.

4. Rahmat Yanuar, S.P M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi arahan akademik selama kuliah di Departemen Agribisnis.

5. Orangtua dan Adik-adik tercinta unntuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan, Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pak Sugeng Widyarso sebagai pemilik Vizan Farm beserta seluruh

karyawan Vizan Farm yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ilyas Afief selaku pembahas dalam seminar skripsi yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok yang telah bersedia memberikan data dan informasi penting untuk tujuan penelitian ini.

9. Teman-teman kosan FWLI (maman, fadli, hardi, eki, muhsin, bang mulyadi, rendy, dede, mas bayu, bang rudi) atas dukungan, semangat dan kerjasamanya selama penyusunan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan Agribisnis AJ 1 atas semangat dan sharing selama penelitian, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Maret 2013


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Usaha Ikan Hias Air Tawar ... 10

2.2 Deskripsi Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) ... 11

2.3 Penelitian Terdahulu ... 12

2.4 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN... 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Teori Investasi ... 16

3.1.2 Studi Kelayakan Bisnis ... 17

3.1.3 Kriteria Kelayakan Bisnis ... 18

3.1.4 Analisis Sensititvitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)26 3.1.5 Umur Bisnis ... 27

3.1.6 Konsep Time Value of Money (Nilai Waktu Uang) ... 28

3.1.7 Teori Biaya dan Manfaat ... 28

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 29

IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 33

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

4.4.1 Analisis Aspek Pasar... 34

4.4.2 Analisis Aspek Teknis ... 35

4.4.3 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum ... 35

4.4.4 Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 36

4.4.5 Analisis Aspek Lingkungan ... 36

4.4.6 Analisis Aspek Finansial ... 36

4.4.7 Analisis Sensitivitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)40 4.5 Asumsi Dasar Penelitian ... 40

V GAMBARAN UMUM USAHA ... 43

5.1 Lokasi dan Tata Letak ... 43

5.2 Sejarah ... 43


(11)

xi

VI ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL ... 48

6.1 Aspek Pasar ... 48

6.2 Aspek Teknis... 52

6.3 Aspek Hukum dan Manajemen ... 60

6.4 Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 61

6.5 Aspek Lingkungan ... 61

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 63

7.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 63

7.1.1 Penerimaan Penjualan ... 63

7.1.2 Nilai Sisa ... 68

7.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 69

7.2.1 Biaya Investasi ... 69

7.2.2 Biaya Operasional ... 71

7.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Maanvis Skenario I ... 76

7.3.1 Proyeksi Laba Rugi Usaha ... 77

7.3.2 Analisis Switching Value Usaha ... 77

7.4 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 79

7.4.1 Proyeksi Laba Rugi Usaha ... 79

7.4.2 Analisis Switching Value Usaha ... 80

7.5 Perbandingan Analisis Kelayakan Skenario I dan Skenario II ... 80

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

8.1 Kesimpulan ... 82

8.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Ikan Hias Kota Depok, Tahun 2006-2011 ... 4

2. Produksi Ikan Maanvis Kota Depok, Tahun 2010 - 2011 ... 5

3. Penerimaan Penjualan Usaha Ikan Maanvis skenario I di Vizan Farm ... 65

4. Penerimaan Penjualan Usaha Ikan Maanvis Skenario II di Vizan Farm ... 67

5. Biaya Investasi Usaha Budidaya Maanvis di Vizan Farm ... 69

6. Biaya Reinvestasi pada Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 71

7. Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 72

8. Biaya Variabel Usaha Ikan Maanvis pada Kondisi Skenario I ... 75

9. Biaya Varibel Usaha Ikan Maanvis pada Kondisi Skenario II ... 76

10. Kriteria Kelayakan Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm Skenario I ... 77

11. Analisis Switching Value Kelayakan Usaha Ikan Maanvis Skenario I ... 78

12. Kriteria Kelayakan Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 79

13. Analisis Switching Value Kelayakan Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 80

14. Perbandingan analisis Kriteria Investasi usaha ikan maanvis ... 81


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan

Usaha budidaya Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 32

3. Saluran Distribusi Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 51

4. Indukan yang telah berpasangan ... 54

5. Proses Pemijahan Maanvis ... 55

6. Penetasan Telur Maanvis ... 56

7. Proses Pemeliharaan Benih ... 57

8. Proses Pembesaran ... 57

9. Proses Panen Maanvis ... 58


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Lay Out Bangunan Hatchery Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 87 2. Nilai Penyusutan Barang Investasi Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm .. 87 3. Jenis Maanvis (Pterophyllum scalarae) yang di Usahakan Vizan Farm .. 89 4. Proyeksi Cashflow Usaha Ikan Maanvis Skenario I di Vizan Farm ... 90 5. Proyeksi Laba Rugi Usaha Ikan Maanvis Skenario I di Vizan Farm... 94 6. Analisis Switching Value Penurunan Jumlah Produksi 32,84 % Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario I) ... 96 7. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 549,14 %

Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario I) ... 100 8. Proyeksi Cashflow Usaha Ikan Maanvis Skenario II di Vizan Farm ... 104 9. Proyeksi Laba Rugi Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 108 10. Analsis Switching Value Penurunan Jumlah Produksi 42,08 % Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario II) ... 110 11. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 721,10 % Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario II) ... 114 12. Pola Tanam Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 118 13. Kuesioner Penelitian Untuk Analisis Kelayakan Usaha Ikan


(15)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Dimana disini Indonesia Merupakan negara kepulauan yang seluruh wilayahnya dikelilingi oleh laut yang kaya akan berbagai macam potensi perikanan. Bila kekayaan laut tersebut tergali secara optimal, maka perekonomian lokal dan nasional akan lebih berkembang. Potensi besar tersebut diantaranya perikanan tangkap, budidaya laut, perairan umum dan lainnya. Potensi tersebut diperkirakan mencapai 82 miliar Dolar AS per tahun. Potensi perikanan tangkap mencapai 15,1 miliar Dolar AS per tahun, potensi budidaya laut sebesar 46,7 miliar Dolar AS per tahun, potensi peraian umum sebesar 1,1 Miliar Dolar AS per tahun, potensi budidaya tambak sebesar 10 miliar Dolar AS per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar 5,2 miliar Dolar AS per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar 4 miliar Dolar AS per tahun. Selain itu sektor perikanan juga mampu memberikan lapangan kerja yang tidak kecil yakni sekitar 5,35 juta orang bekerja pada sektor perikanan, dimana diantaranya sekitar 2,65 juta orang adalah pembudidaya ikan. 1.

Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2004 dalam Agustika, 2009). Salah satu bisnis sektor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar adalah

ikan hias. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang belakangan ini

menjadi komoditas perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan devisa negara karena nilai ekspornya yang cukup tinggi.

1

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/06/16/sumber-daya-perikanan-sebagai-tulang-punggung- perekonomian-indonesia/ (diakses 25 oktober 2012)


(16)

2 Ikan hias memiliki keanekaragaman spesies yaitu ikan hias air laut dan air tawar. Ikan hias air laut merupakan ikan hias hasil usaha perikanan tangkap, sedangkan ikan hias air tawar yaitu ikan hias yang telah dibudidayakan sehingga ketersediaannya tidak tergantung dari alam. Jumlah ikan hias yang diperdagangkan Indonesia mencapai 1.600 jenis, dimana 750 jenis diantaranya adalah ikan hias air tawar sedangkan sekitar 650 jenis yang lain merupakan ikan hias air laut. Dari 1100 ikan hias air tawar di dunia, Indonesia memiliki jenis ikan hias air tawar sekitar 400 jenis.2

Dengan demikian, sudah selayaknya para pembudidaya dan pemangku kepentingan dapat bekerja sama dalam meningkatkan kualitas ikan hias untuk menambah nilai jual sebagai komoditas ekspor maupun di pasar lokal sendiri. Menurut pernyataan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2011 Indonesia sebagai negara eksportir ikan hias terbesar nomor tiga dunia dengan pangsa pasar sebesar 7,5 persen, dimana nilai ekspor ikan hias sebesar 13,262 juta Dolar AS. Hingga April 2012 nilai ekspor telah mencapai sebesar 5,241 juta Dolar AS. Oleh sebab itu komoditas ikan hias air tawar memiliki pasar yang potensial untuk pangsa ekspor dunia sehingga perlu ditingkatkan pengembangannya demi peningkatan devisa Negara 3.

Permintaan akan ikan hias yang cukup tinggi dari segi ekspor maupun dari dalam negeri sendiri merupakan peluang yang terbuka lebar bagi pengusaha untuk mengoptimalkan potensi usaha4. Untuk menjawab peluang tersebut maka sebaiknya dilakukan kegiatan investasi usaha ikan hias dalam rangka meningkatkan kualitas maupun kapasitas produksi yang selama ini masih terbatas. Bisnis ikan hias tergolong cukup prospektif dan menjanjikan, karena dalam bisnis ini perputaran modal relatif lebih cepat dikarenakan harga jual yang tinggi dan permintaannya yang tidak pernah

2

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8243/mendulang-devisa-dari-bisnis-ikan-hias/ (diakses 25 oktober 2012)

3

http://m.wartaekonomi.co.id/berita5603/menjanjikan-hingga-april-ekspor-ikan-hias-capai-us-524-juta.html (diakses 28 November 2012)

4

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8241/pacu-ekspor-kkp-perkuat-branding-dan-promosi-ikan-hias/?category_id=


(17)

3 sepi. Selain itu dalam bisnis ikan hias lebih menekankan kualitas bukan kuantitas seperti halnya ikan konsumsi, sehingga ikan hias bisa dihargai per ekornya.

Ikan hias yang dibudidayakan di Indonesia tidak hanya komoditas ikan hias lokal saja, sebagian besar adalah ikan hias yang diimpor kemudian dikembangkan di Indonesia dan produknya banyak yang sudah di ekspor untuk memenuhi selera para penggemar ikan hias di luar negeri. Ikan hias tersebut seperti ikan maanvis (Pterophyllum scalare), Discus (Symphysodon discus), koi (Cyrpinus carpio), maskoki (Carrasius auratus), kardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) dan masih banyak lainnya. Keadaan Indonesia yang memiliki iklim tropis membuat beragam jenis ikan hias dapat hidup dan dibudidayakan dengan baik. Hal ini dikarenakan faktor pendukung seperti beragamnya jenis ikan yang ada, air yang cukup, lahan masih sangat luas menyebabkan ikan hias tersebut dapat hidup layak dan berkembang biak di Indonesia.

Ikan hias memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecinta ikan hias (hobiis) maupun masyarakat yang kini mulai tertarik pada usaha ikan hias. Banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih profesi pada usaha ikan hias, ini karena kelebihan dari usaha ikan hias yang dapat diusahakan dalam skala besar, menengah kecil maupun rumah tangga. Selain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat. Harga jual ikan hias yang cukup tinggi dapat memberi pemasukan yang lebih besar untuk pendapatan usaha. Kegiatan usaha ikan hias juga memiliki beberapa keunggulan lain, seperti pengembangan strain baru dapat dilakukan secara individu.

Berbagai jenis ikan hias mempunyai keindahannya tersendiri. Parameter keindahan dari masing-masing jenis ikan dapat di ukur dari bentuk badan, fisik, warna, maupun tingkah lakunya. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki peluang pasar bagus adalah ikan maanvis yang juga terkenal dengan sebagai nama Angelfish. Keunikan dari ikan ini adalah mempunyai keindahan warna dan corak tubuh yang menawan, serta memiliki sirip panjang yang indah dengan perilaku yang unik.


(18)

4 Salah satu daerah sentra ikan hias nasional adalah Jawa Barat. Penyumbang produksi ikan hias yang cukup besar untuk Propinsi Jawa Barat adalah Kota Depok, diamana produksi ikan hiasnya tahun 2011 mencapai 78.337.769 ekor.

Wilayah Kota Depok yang tidak berbatasan langsung dengan laut menjadikan usaha budidaya ikan hias air tawar berkembang dengan baik di daerah ini. Komoditi ikan hias memiliki pangsa pasar yang sangat potensial sehingga usaha ikan hias di Kota

Depok dapat dilakukan oleh berbagai kalangan seperti petani, supplier maupun eksportir.

Selain itu kemudahan seperti ketersediaan lahan, air, listrik, tenaga kerja serta akses pasar dan transportasi menjadikan Kota Depok semakin diminati sebagai tempat usaha budidaya ikan hias.

Potensi kolam ikan hias di Kota Depok yaitu 9,04 ha, dengan produksi ikan hias mencapai 68.782.346 ekor. Produksi ikan pada kolam pembenihan 16.506,63 RE (Depok dalam Angka, 2009). Pada tahun 2010 dan Tahun 2011 produksi ikan hias Kota Depok Terus Meningkat, peningkatan ini dapat dilihat pada data produksi ikan hias Kota Depok pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Produksi Ikan Hias Kota Depok, Tahun 2006-2011

Tahun Jumlah (Ekor) Pertumbuhan (%)

2006 58.719.390 -

2007 62.679.260 6,744

2008 67.697.890 8,007

2009 68.782.340 1,602

2010 75.735.178 10,108

2011 78.337.769 3,436

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok (2012)

Data Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa produksi ikan hias di Kota Depok terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut menunjukkan minat akan budidaya ikan hias masyarakat Kota Depok cukup tinggi. Pada tahun 2011, produksi ikan hias Kota Depok mencapai 78.337.769 ekor dengan nilai Rp 33.395.947.800,00. Ikan hias ini terdiri atas berbagai jenis ikan hias diantaranya Neon tetra, Red nose, Maanvis, Anulatus dan Cupang. Yang mana jenis ikan hias tersebut merupakan lima besar penyumbang jumlah produksi ikan hias untuk Kota Depok.


(19)

5 Ikan maanvis menjadi salah satu komoditas ikan hias yang produksinya cukup tinggi di Kota Depok dengan jumlah 10.390.946 ekor pada tahun 2011 dengan nilai Rp 3.636.831.100,00 (Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2011). Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Kota Depok akan usaha ikan maanvis cukup tinggi. Harga jual ikan maanvis yang cukup tinggi serta didukung oleh permintaannya yang tinggi pula di pasaran semakin menambah minat masyarakat untuk membudidayakannya. Menurut data dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, tahun 2011 saja tercatat terdapat 26 kelompok pembudidaya perikanan untuk komoditas ikan hias di Kota Depok yang aktif memproduksi ikan hias.

Ikan maanvis di Kota Depok, umumnya dipasarkan di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sedangkan untuk tujuan ekspor meliputi Negara Amerika Serikat, Brazil, Malaysia dan Singapura (Dinas pertanian dan Perikanan, 2011).

Depok merupakan pemasok ikan maanvis yang cukup penting di Jawa Barat yang mana produksinya mencapai 10, 39 juta ekor di Tahun 2011. Data produksi ikan hias di Kota Depok dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Produksi Ikan Maanvis Kota Depok, Tahun 2010 - 2011

Tahun Jumlah (ekor) Pertumbuhan (%)

2010 9.696.114

7,166

2011 10.390.946

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok (2012)

Data Tabel 2 di atas menunjukkan pertumbuhan produksi ikan maanvis yang cukup tinggi di Kota Depok yakni hampir mencapai 1 juta ekor dari tahun 2010 ke tahun 2011 dengan persentase pertumbuhan sebesar 7, 166 persen. Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa ikan maanvis cukup digemari untuk dibudidayakan.

Keunggulan maanvis terletak pada keindahan warna dan corak tubuh yang menawan, sirip panjang yang indah serta tingkah laku yang unik. Perawatan untuk budidaya ikan ini tidak terlalu rumit. Sekarang ini Maanvis strain baru sudah banyak dikembangkan oleh pembudidaya sehingga pasar maanvis tidak jenuh.

Salah satu perusahaan ikan hias di Kota Depok yang membudidayakan ikan maanvis yaitu Vizan Farm. Vizan Farm terletak di Kelurahan Pondok Petir


(20)

6 Kecamatan Bojong Sari Kota Depok. Perusahaan ini tergolong baru dalam bisnis ikan maanvis dimana kegiatan investasi usaha ikan maanvis dimulai sejak Juni 2012. Usaha ini didirikan karena adanya permintaan ikan maanvis yang cukup tinggi di Vizan Farm dari daerah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang. Permintaan tersebut didominasi oleh para supplier dan eksportir ikan hias di daerah tersebut.

Adanya kegiatan usaha ikan maanvis ini diharapkan memberi keuntungan bagi perusahaan, karena usaha ini baru berjalan sekitar enam bulan, maka pengembalian modal investasi belum terlihat. Perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap usaha untuk melihat berapa keuntungan dan berapa lama tingkat pengembalian modal untuk beberapa tahun kedepan, sehingga nantinya dapat diketahui apakah usaha ini layak untuk diajalankan atau tidak.

1.2 Perumusan Masalah

Vizan Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada komoditas ikan hias. Perusahaan ini dimiliki dan didirikan oleh Bapak Sugeng Widyarso. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan ikan hias yang cukup besar di Kota Depok, dimana produk unggulan terbarunya yaitu ikan maanvis. Ikan maanvis cukup diminati oleh para supplier dan eksportir ikan hias di Kota Depok, Bogor, Bekasi, Jakarta dan Tangerang. Ini dikarenakan jenis ikan hias ini merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup prospektif.

Saat ini Vizan Farm memiliki lahan seluas 100 m2 untuk unit usaha maanvisnya dengan volume produksi rata-rata sebanyak 10.000 - 12.000 ekor per bulan. Produk ikan maanvis Vizan Farm terdiri dari tiga jenis yaitu Red Eye, Black and White, dan Platinum.

Unit usaha ini merupakan usaha baru dan mulai berjalan sekitar enam bulan yang lalu, tepatnya pada Bulan Juni 2012. Investasi usaha yang telah dilakukan diantaranya terdiri atas 95 buah akuarium untuk pemijahan dan pembenihan dan delapan buah kolam bak semen untuk kegiatan pembesaran. Indukan maanvis terdiri dari tiga jenis yaitu 20 pasang Platinum, 10 Pasang Indukan Red Eye, dan 25 Pasang indukan Black and White. Dengan sumber daya tersebut vizan farm mampu


(21)

7 memproduksi ikan maanvis siap jual sebanyak 21.500 ekor dalam satu siklus produksi, dimana satu siklus produksi terjadi selama dua bulan.

Vizan Farm melihat bahwa bisnis ikan maanvis dapat memberikan harapan yang cukup menjanjikan untuk menambah keuntungan usaha. Hal tersebut dilihat dari permintaan ikan maanvis yang cukup tinggi selama beberapa bulan berjalannya usaha, sementara dalam hal teknis ikan maanvis tergolong sangat mudah untuk dibudidayakan.

Permintaan ikan maanvis di Vizan Farm lebih dari 30.000 ekor tiap bulannya5. Permintaan tersebut didominasi oleh para supplier dan eksportir ikan hias yang berdomisili di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Permintaan tersebut dalam rangka memenuhi permintaan ikan maanvis dari luar negeri yang cukup tinggi. Tujuan ekspor ikan maanvis Kota Depok yaitu Amerika Serikat, Brazil, Malaysia dan Singapura (Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2012).

Dalam menjalankan usaha ini pemilik telah mengeluarkan investasi yang besar, seperti pendirian bangunan hatchery, pembuatan kolam bak semen, pembelian akuarium dan indukan maanvis, sepeda motor, genset serta peralatan lain untuk mendukung proses produksi ikan maanvis. Biaya investasi usaha mencapai Rp 111.947.000,00. Namun investasi yang besar tersebut belum diketahui seberapa besar manfaat yang akan diberikan pada usaha ini. Analisis kelayakan dilakukan dalam rangka untuk mengevaluasi usaha yang telah dijalankan, serta melihat kedepannya apakah usaha ini menguntungkan atau tidak bagi perusahaan.

Melihat kondisi tersebut, peneliti akan melakukan analisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk mengevaluasi dan memprediksi kedepannya apakah usaha ini akan memberi keuntungan bagi perusahaan serta berapa lama tingkat pengembalian terhadap investasi yang telah ditanam. Dengan hasil analisis ini diharapakan nantinya akan diketahui seberapa layak usaha tersebut untuk dijalankan, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Vizan Farm dalam rangka mengevaluasi kegiatan usaha tersebut.

5


(22)

8 Dalam analisis kelayakan finansial digunakan metode skenario untuk mencari alternatif usaha yang nantinya akan memberi manfaat paling baik bagi usaha ikan maanvis di Vizan Farm. Perlakuan skenario ini memfokuskan pada penggunaaan jumlah indukan yang akan digunakan untuk proses produksi, dimana indukan merupakan salah satu komponen utama dalam kegiatan budidaya ikan maanvis. Dua skenario usaha diantaranya skenario I merupakan kondisi usaha yang saat ini sedang berjalan dengan menggunakan tiga jenis indukan maanvis yaitu Black and white, Platinum dan Red Eye dengan proporsi 25 pasang indukan Black and white, 20 pasang indukan Platinum dan 10 pasang indukan Red eye. Sedangkan pada kondisi skenario II usaha telah dilakukan modifikasi penggunaan jumlah dan jenis indukan dimana tidak lagi menggunakan indukan jenis Red eye, hal ini dikarenakan produktivitas yang rendah. Sehingga pada kondisi skenario II indukan maanvis yang digunakan hanya jenis Black and white dan Platinum dengan proporsi 35 pasang indukan Black and white dan 20 pasang indukan Platinum.

Dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian selalu ada, apalagi dalam sektor perikanan. Untuk itu diperlukan analisis sensitivitas untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm apabila terjadi perubahaan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Perubahan ini didasarkan pada kejadian sebelumnya yang pernah terjadi di perusahaan Vizan Farm. Salah satu contoh dengan memperhatikan komponen utama input seperti harga pakan yang terus meningkat karena permintaan yang tinggi, serta produksi ikan maanvis yang dapat menurun pada kondisi tertentu, hal ini disebabkan oleh pengaruh cuaca yang berakibat menurunnya daya hidup benih maanvis. Kondisi ini akan mempengaruhi penerimaan dan keuntungan usaha maanvis di Vizan Farm.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm ditinjau dari aspek non finansial?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk berbagai alternatif usaha?


(23)

9 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dari hasil penelitian usaha ikan

maanvis di Vizan Farm? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm dilihat dari aspek non finansial.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk berbagai alternatif usaha.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) dari hasil penelitian usaha ikan maanvis di Vizan Farm.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak : 1. Bagi penulis, sehingga dapat menerapkan ilmu studi kelayakan bisnis yang

diperoleh dalam perkuliahan sekaligus sebagai referensi bisnis yang dapat dilakukan di sekor perikanan budidaya.

2. Bagi perusahaan, sebagai referensi bisnis dan pertimbangan dalam memulai usaha apakah menguntungkan atau tidak bagi perusahaaan.

3. Bagi investor, dapat menambah referensi dalam hal penanaman modal usaha pada ikan maanvis.

4. Hasil penelitian diharapkan ini dapat menjadi referensi atau bahan rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Usaha ikan maanvis Vizan Farm merupakan suatu usaha tersendiri yang terpisah induk perusahaan Vizan Farm, dimana usaha ini memiliki manajemen tersendiri dan sumberdaya yang dimiliki terpisah dari induk perusahaan Vizan Farm. Usaha ikan maanvis merupakah usaha yang bergerak padang tiga jenis ikan maanvis yaitu ikan maanvis jenis Platinum, Black and white dan Red Eye. Penelitian dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm dengan menggunakan metode analasis aspek finansial dan non finansial.


(24)

10

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Ikan Hias Air Tawar

Ikan hias air mempunyai jenis yang beranekaragam dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Tempat pemeliharaan ikan hias dapat berupa kolam (bak semen) ataupun akuarium. Tempat tersebut praktis dan mudah dibuat serta cocok untuk budidaya yang dilakukan pada lahan sempit.

Kegiatan budidaya perikanan, khususnya ikan hias air tawar membutuhkan input modal yang tidak dan sarana lain yang tidak sedikit nilainya. Oleh karena itu, persiapan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar usahanya terhindar dari resiko kegagalan (Daelami, 2000).

Pada kegiatan perdagangan ikan hias, sangat memperhatikan mutu dari ikan yang dihasilkan. Mutu yang dimaksud adalah mutu yang disesuaikan dengan standar berlaku, hal ini dikarenakan perdagangan ikan hias lebih besar untuk ekspor. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu ikan hias antaralain:

1) Kegiatan Budidaya, meliputi:

a) Perawatan yang terdiri dari penangkapan, pembenihan, pembesaran, kemampuan untuk berkembangbiak.

b) Pemberian pakan

c) Penanggulangan penyakit

d) Variasi dan ketajaman warna ikan hias e) Ukuran dan umur ikan hias

2) Metode Penangkapan dan Peralatan

Metode penangkapan yang salah dapat mengakibatkan ketidaksehatan hasil tangkapan, sedangkan penangkapan dengan menggunakan alat yang tidak sesuai dapat menyebabkan rusaknya hasil tangkapan terse but.

3) Penanganan pada tempat pengumpulan

Ikan hias harus benar-benar mendapatkan perlakuan yang tepat, baik dalam hal kadar oksigen dalam air, sirkulasi dan kebersihan air, kecukupan makanannya,


(25)

11 kadar suhu tempat pengumpulan dan intensitas cahaya pada tempat tersebut (Badan Pengembangan Ekspor Nasional, 2000 dalam Agustika, 2009).

Prosedur dalam perdagangan ikan hias adalah bebas, artinya tidak ada batasan dalam jumlah. Namun jika perdagangan ikan hias dalam skala ekspor, maka eksportir harus memiliki ijin perdagangan dari Kementerian Industri dan Perdagangan. Ikan hias merupakan komoditi yang mempunyai ciri dan sifat tertentu, sehingga para pelaku pasar ikan hias harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik agar dapat menghasilkan ikan yang sesuai dengan keinginan pasar.

Pada umumnya saluran distribusi perdagangan ikan hias dalam pasar domestik dimulai dari petani atau peternak lalu ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul akan menjualnya kembali kepada pedagang pengumpul lain yang berada di kota besar, baru setelah itu disalurkan kepada pengecer dam konsumen.

2.2 Deskripsi Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae)

Menurut Susanto (2000), deskripsi maanvis (Pterophyllum scalarae) yaitu ; Asal : Kolam Amazon, Sungai Rupupuni, dan Sungai Essequibo di Guyana Ukuran : Maksimum 15 cm, mau kawin pada ukuran 7,5 cm

Sifat : Cocok untuk akuarium umum, tetapi akan memangsa ikan kecil Suhu : 20-32,2OC, dapat hidup pada kisaran suhu tinggi

Sifat Air : Jernih, netral

Habitat : Ditemukan pada Perairan tenang, tergenang, diantara tumbuhan air Maanvis termasuk satu diantara ikan hias yang memiliki penampilan khas, yakni anggun, lemah lembut, dan cantik. Oleh karena itu, tak heran bila ikan ini dijuluki sebagai ”Queen of Aquarium”. Selain itu bentuk badannya unik seperti anak panah, dan pipih kesamping dengan sirip punggung serta sirip perut yang simetris dan melebar. Sirip dadanya berbentuk kecil panjang dan sempit seperti “dasi” yang umumnya berwarna keputihan. Pada maanvis jenis slayer, sirip-siripnya amat panjang seperti selendang yang indah. ikan ini memiliki warna asli abu-abu keperakan ke arah putih kekuningan dengan empat buah garis hitam yang terlihat seperti memotong badan. Dari hasil persilangan yang dilakukan oleh hobiis atau breeder, dihasilkan


(26)

12 berbagai macam warna maanvis seperti black and white (BW), black, tricolor, kuning dan albino serta masih banyak lainnya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang penulis jadikan acuan untuk menulis skripsi ini, seperti Made (2005) yang meneliti tentang Analisa Kelayakan Bisnis Usaha Pembudidayaan Ikan Koki pada Lahan Terbatas di Jakarta. Penelitian tersebut mengkaji kelayakan usaha dilihat dari aspek pemasaran, aspek teknis dan aspek finansial. Melihat semakin terbatasnya lahan di daerah perkotaan, maka kawasan perkotaan menjadi objek penelitian dalam hal menerapkan teknologi hemat lahan dan air. Dari hasil analisa dapat dikatakan bahwa usaha budidaya ikan koki pada lahan terbatas di Kota Jakarta layak dilakukan, karena usaha ini dapat memberikan keuntungan bagi pengelolanya. Dilihat dari hasil NPV sebesar Rp. 109. 863.062, IRR sebesar 64,91 persen, payback period dicapai dalam 7,32 bulan, B/C Ratio 2,18 kali dan BEP tercapai pada tingkat penjualan Rp 1.748.414. Tetapi usaha ini sensitif terhadap perubahan harga jual (output) dan perubahan volume produksi minimal 45 persen. Jika terjadi penurunan terhadap faktor-faktor tersebut lebih dari 45 persen maka kegiatan usaha budidaya tidak layak secara finansial untuk dilakukan.

Rohmawati (2010), meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm di Desa Ciluar Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Hasil penelitian dilihat dari aspek teknis menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan bahan baku dalam pengadaan atau ketersediaan induk ikan hias air tawar. Dari aspek manajemen menunjukan perusahaan menggunakan struktur organisasi berbentuk garis dan cukup sederhana sehingga mampu menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kewajibannya. Aspek Hukum menunjukkan bahwa Arifin Fish Farm dapat digolongkan dalam usaha perorangan. Aspek pasar usaha ini menunjukkan potensi ikan hias air tawar sangat baik untuk dikembangkan dapat dilihat dari permintaan yang cukup tinggi. Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha ikan hias air tawar dengan rencana pengembangan dengan lahan 800 m2 menunjukan perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 2.039.639.749,00, nilai Net B/C diperoleh sebesar 4,08, nilai


(27)

13 IRR sebesar 60 persen, payback period sebesar 2,03, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp 434.591.902,00. Pada hasil perhitungan analisis sensitivitas jika terjadi penurunan harga penjualan, maka menunjukkan usaha ini masih tetap layak untuk dilanjutkan. Penurunan harga jual ikan hias sebesar 20 persen per tahun menghasilkan NPV Rp 1.125.203.260,00, Net B/C sebesar 2,43 dan IRR sebesar 34 persen. sedangkan penurunan sebesar 30 persen menghasilkan NPV sebesar 667.985.016,00, Net B/C sebesar 1,79 dan IRR sebesar 24 persen.

Rahmawan (2004), meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengembangan Investasi Pengembangan Usaha Pemasok (supplier) Ikan Hias di Adil Fish Farm, Depok. Penelitian tersebut mengkaji tentang aspek finansial dan aspek non finansial. Dari segi aspek non finansial diperoleh bahwa pada aspek teknis tidak ada kesulitan dalam pengadaan ikan hias dari petani maupun dalam proses produksinya. Pada aspek manajemen, dengan struktur yang sederhana Adil Fish Farm masih mampu menjalankan manajemen usahanya dengan baik. Pada aspek pasar, adanya permintaan yang kontinu dari pihak konsumen menunjukkan usaha ini masih memiliki peluang pasar yang baik. Pada aspek finansial, usaha ini layak untuk dijalankan karena memiliki NPV sebesar Rp 453.361.955,00, Net B/C Ratio sebesar 2,35 dan IRR sebesar 61 persen serta keuntungan yang cukup besar yaitu sebesar Rp 126.781.000,00. Pada hasil analisis sensitivitas, untuk kenaikan harga bahan bakar (BBM) maksimal yaitu sebesar 10 persen dan kenaikan harga cacing (pakan) maksimal sebesar 50 persen maka usaha ini tetap layak untuk dilaksanakan.

Surahmat (2009), meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut mengkaji kelayakan usaha dengan melihat aspek finansial dan non finansial. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar dikatakan layak untuk dilanjutkan dan dilaksanakan. Dilihat dari aspek non fianansial seperti aspek teknis telah berdasarkan parameter kualitas air yang dilakukan pengukuran instalasi riset lingkungan perikanan budidaya dan toksikologi, dari segi aspek pasar masih memiliki peluang pasar larva ikan bawal yang belum terpenuhi, dari segi aspek manajemen struktur organisasi dan deskripsi


(28)

14 pekerjaan yang dijalankan setiap karyawan Ben’s Fish Farm cukup baik, dari segi aspek sosial tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dari hasil analisis aspek finansial, usaha dibagi dalam dua skenario yang terdiri dari skenario I menggunakan investasi modal sendiri dengan tingkat diskonto sebesar 7,25 persen dan skenaio II menggunakan modal pinjaman dengan tingkat diskonto sebesar 14 persen. Skenario I layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat dari nilai NPV skenario I sebesar Rp 587.596184,05 dengan umur usaha 10 tahun, Net B/C Ratio sebesar 4,15. Nilai IRR sebesar 61 persen serta dengan lama pengembalian investasi selama 2 tahun 3 bulan. Sedangkan analisis kelayakan finansial pada skenario II diperoleh Nilai NPV sebesar Rp 9.501.982,34. Net B/C sebesar 3,1. Nilai IRR sebesar 29 persen tetapi dengan lama pengembalian investasi lebih dari 10 tahun yang lebih lama dari umur proyek sehingga tidak layak. Berdasarkan hasil analisis switching value. Untuk skenario I, penurunan harga jual larva yang masih dapat ditolerir yaitu sebesar 7,04 persen dan penurunan jumlah produksi tidak lebih dari 42,1 persen. Sedangkan untuk skernario II tidak dilakukan analisis switching value karena dengan modal pinjaman usaha tidak layak untuk dilaksanakan berdasarkan waktu pengembalian modal invesatasi yang lebih lama dari umur proyek. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial penggunaan skenario I lebih layak dilaksanakan dibandingkan sekenario II.

Afni (2008), meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar, Kasus K’BLAT’S Farm, Kecamatan Gunung Guruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini mengkaji tentang kelayakan usaha lobster air tawar di K’BLAT’S Farm di Sukabumi dengan memperhatikan aspek finansial maupun non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan. Dalam penelitian ini dilakukan tiga skenario pola usaha yaitu pola usaha I adalah usaha pembenihan, pola usaha II adalah usaha pembesaran, dan pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan pembesaran. Dari hasil analisis finansial diperoleh hasil untuk pola usaha I diperoleh NPV sebesar Rp 73.792.135, Net B/C sebesar 3,47, IRR sebesar 33 persen, dan PBP selama 4,04 tahun. Untuk pola usaha II diperoleh hasil NPV sebesar Rp 112.563.989, Net B/C


(29)

15 sebesar 4,22, IRR sebesar 41 persen, dan PBP selama 3,4 tahun. Sedangkan untuk pola usaha III diperoleh hasil NPV sebesar Rp 138.280.330, Net B/C sebesar 5,14, IRR sebesar 52 persen, dan PBP selama 2,79 tahun. Dari hasil analisis finansial tersebut dapat dilihat bahwa jenis usaha lobster air tawar yang paling menguntungkan adalah pola usaha III. Sementara dari hasil analisis switching value diperoleh hasil pada pola usaha I masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 23,8 persen, kenaikan harga pakan sebesar 774,95 persen, dan penurunan harga jual sebesar 23,8 persen. Pola usaha II masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 23,11 persen, kenaikan harga pakan sebesar 571,77 persen, dan penurunan harga jual sebesar 23,11 persen. Sementara pola usaha III masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan produksi sebesar 34,87 persen, kenaikan harga pakan sebesar 828,33 persen, dan penurunan harga jual sebesar 34,87 persen. Berdasarkan analisis switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa pola usaha II adalah jenis usaha yang peling sensitif terhadap perubahan jika dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha III.

2.4 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam menganalisis kelayakan usaha. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Made (2005), Rohmawati (2010), Rahmawan (2004), Surahmat (2009) dan Afni (2008) yaitu mengenai lokasi perusahaan dan komoditas yang dikaji dalam penelitian. Sedangkan Persamaannya dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini mengkaji tentang analisis kelayakan usaha dimana kriteria alat analisis yang digunakan yaitu analisis finansial, analisis non finansial dan Analisis Sensitivitas.


(30)

16

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teori-teori yang relevan dengan masalah. Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan relevan dengan penelitian ini.

3.1.1 Teori Investasi

Menurut Mankiw (2007), definisi investasi adalah suatu kegiatan membeli barang-barang oleh perusahaan baik itu barang-barang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi yang digunakan pada waktu yang akan datang. Sedangkan menurut Gittinger (1986), kegiatan pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Sementara itu Gray et al (1992) dalam Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Selain itu, Kasmir dan Jakfar (2010) mengatakan investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka relatif panjang dalam berbagai bidang usaha, penanaman modal yang ditanamkan dapat dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik maupun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian dan pengembangan. Investasi dapat dilakukan dalam membangun usaha baru maupun investasi dalam mengembangkan usaha yang telah ada.

Mankiw (2003) membagi jenis investasi ke dalam tiga bagian antara lain, investasi tetap bisnis (business fixed investment) yaitu mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan dalam kegiatan proses produksi, investasi residensial (residential investment) yaitu mencakup pembelian rumah baru untuk tempat tinggal dan pembelian tanah untuk disewakan, serta investasi persediaan (inventory investment) mencakup penyimpanan barang-barang di dalam gudang meliputi barang mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi untuk kegiatan proses produksi.


(31)

17 3.1.2 Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Gittinger (1986), Proyek merupakan suatu elemen operasional sederhana yang dipersiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Didalam kegiatan proyek pertanian seluruh biaya-biaya, baik itu biaya produksi ataupun biaya pemeliharaan yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat secara cepat dengan perkiraan waktu pengembalian selama satu tahun.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), Penanaman modal dalam suatu usaha atau proyek, baik untuk usaha baru maupun perluasan usaha yang sudah ada biasanya disesuaikan dengan tujuan dan bentuk badan usahanya. Dalam menjalankan suatu bisnis oleh perusahaan salah satu tujuannya yaitu memperoleh keuntungan (profit), dalam arti seluruh aktivitas perusahaan ditujukan untuk mencari keuntungan bahkan usaha yang bersifat sosial pun pada praktiknya juga perlu memperoleh keuntungan agar mampu membiayai usahanya sendiri, tidak hanya tergantung pada donatur. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan maka apabila ingin melakukan investasi dalam memulai suatu usaha sebaiknya didahului dengan suatu studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanam layak atau tidak untuk dijalankan (sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata lain apakah usaha tersebut dijalankan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Studi tersebut disebut studi kelayakan bisnis.

Menurut Nurmalina et al (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar (2010), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Umar (2003), menyatakan studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga dapat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.


(32)

18 Dalam membangun usaha baru sangat diperlukan studi kelayakan bisnis, sehingga dalam proses perencanaan pembangunannya nanti dapat dilakukan kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak. Pertimbangan tersebut dapat digunakan dalam rangka melihat apakah perusahaan mendapatkan keuntungan jika menjalankan usaha. 3.1.3 Kriteria Kelayakan Bisnis

Dalam melihat kriteria kelayakan suatu bisnis ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan diantaranya aspek finansial dan aspek non finansial yang mana masing-masing aspek tersebut saling berkaitan dalam memenuhi kriteria kelayakan suatu bisnis. Nurmalina et al. (2009) membagi studi kelayakan bisnis kedalam aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen-hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, aspek lingkungan dan aspek finansial.

3.1.3.1 Aspek Pasar

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), aspek pasar dan pemasaran adalah meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya pasar serta bagaimana strategi yang akan dijalankan nantinya. Sebelum melaksanakan bisnis, analisis tehadap aspek pasar potensial perlu diketahui agar produk yang dihasilkan perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar potensial yang akan dimasuki.

Dalam suatu usaha, pasar merupakan aspek terpenting dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha. Pasar merupakan tempat dimana suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijual sehingga mengahasilkan uang untuk biaya operasional perusahaan selanjutnya. Jika suatu produk tidak diterima pasar atau kalah bersaing dengan produk pesaing maka dapat dikatakan usaha tersebut tidak layak dijalankan. Pengkajian terhadap aspek ini penting dilakukan, karena tidak ada bisnis atau usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan. Pada dasarnya, analisis aspek pemasaran bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk


(33)

19 bersangkutan, kondisi persaingan antara produsen dan siklus hidup produk (Umar, 2003).

Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang :

a) Permintaan

Baik secara total maupun diperinci menurut daerah, berbagai jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

b) Penawaran

Baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari produk impor. Serta bagaimana perkembangannya di masa lalu dan dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan.

c) Harga

Dilakukan perbandingan harga dengan barang-barang impor, dengan barang produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

d) Program Pemasaran

Mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan, bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat.

e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan

Perkiraan penjualan dimasa yang akan datang dilihat dari sumber daya yang dimiliki.

3.1.3.2 Aspek Teknis

Aspek teknis berhubungan dengan input (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis ini mengidentifikasi perbedaan yang terdapat dalam informasi yang terus menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis tersebut berjalan dengan lancar dan tepat.


(34)

20 Studi teknis akan mengungkapkan kebutuhan yang diperlukan dan secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Selain itu menurut Nurmalina et al. (2010) aspek teknis juga membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, lay out, pemilihan jenis teknologi dan equipment.

a. Lokasi Bisnis

Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama. Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan variabel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan.

b. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang.

c. Proses Produksi

Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan resiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputus-putus.


(35)

21 d. Lay Out

Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi lay out khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria-kriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan dipergunakan telah menjadi satu (Nurmalina, et al., 2010)

3.1.3.3 Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek Manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang perlu dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga


(36)

22 kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al., 2010).

3. 1.3.4 Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al., 2010). 3.1.3.5 Aspek Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting diperhatikan sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung memengaruhi pada saat kegiatan usaha dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2010). Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri,


(37)

23 sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt, et al., 1987 diacu dalam Nurmalina et al., 2010).

3.1.3.6 Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan proyeksi anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan dating setiap tahunnya (Gittinger, 1986). Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis, dana yang dibutuhkan berupa modal tetap dan modal kerja. Pertimbangan lain adalah berapa banyak investor yang dapat menanamkan dana, jumlah pinjaman dari yang dapat diperoleh dan menilai apakah penghasilan yang diperoleh dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi perusahaan. Dari sisi keuangan (aspek finansial).

Bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya (Umar, 2003). Kegiatan dalam aspek keuangan (finansial) ini antara lain adalah perhitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek. Juga dipelajari mengenai struktur pembiayaan mana yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Aspek-aspek tersebut akan tercatat dalam aliran kas (cash flow). Cashflow yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu (Nurmalina et al.,2010). Cashflow disusun berdasarkan untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.

Cashflow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan) dan cash outflow (arus pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, dana bantuan (Grants), nilai sewa dan nilai sisa (Salvage value). Cash outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya pinjaman bunga dan pajak. Pengurangan cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh net benefit (manfaat bersih).


(38)

24 Menurut Nurmalina et al. (2010), ada beberapa kriteria investasi yang dapat dilihat dalam analisis finansial yang mana dapat digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan yaitu :

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al. (2010) secara umum mendefinisikan Net Present Value adalah selisih antara manfaat dan biaya atau yang disebut dengan arus kas. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Gittinger (1986) mendefinisikan Net Present Value adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Menurut umar (2003) Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang.

Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net Present Value (NPV) yaitu :

1. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan tidak menguntungkan atau tidak merugikan

2. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan menguntungkan atau memberikan manfaat.

3. NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) artinya, bisnis atau usaha tersbut tidak layak untuk dijalankan atau memberikan kerugian.

b. Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif, atau disebut juga manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu kegiatan investasi atau bisnis dapat dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan diakatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al., 2010). Menurut Gittinger (1986), Net B/C merupakan perbandingan antara nilai sekarang permintaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi. Net benefit cost ratio diperoleh berdasarkan nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya.


(39)

25 Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) yaitu:

1. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak merugikan.

2. Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan.

3. Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan.

c. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Gittinger (1986), Internal Rate of Return merupakan suatu ukuran manfaat proyek terdiskontokan, dengan memakai tingkat diskonto akan diperoleh nilai sekarang netto dari tambahan arus manfaat netto, atau tambahan arus keuntungan menjadi nol. Bunga maksimal yang dapat dibayar proyek atas sumber-sumber yang digunakan proyek untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional dan proyek masih berada posisi pulang pokok. Menurut Nurmalina et al. (2010), penilaian suatu bisnis dapat dikatakan dapat dikatakan layak dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap invesatasi yang ditanamkan, ditujukan dengan mengukur besarnya Internal Rate of Return. Gittinger (1986) mendefinisikan Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan interval tahunan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan investasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase.

Menurut Umar (2003) metode Internal Rate of Return digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa datang, penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam metode penghitungan tingkat IRR, metode yang umumnya digunakan adalah dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (menghasilkan NPV negatif).


(40)

26 d. Payback Period (PP)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2010) Payback Period adalah suatu analisis yang berfungsi untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanam pada suatu bisnis dapat kembali. Oleh karena itu bisnis yang Payback Period-nya cepat pengembaliannya, maka memiliki kemungkinan untuk dijalankan. Sedangkan menurut Gittinger (1986), Payback Period adalah jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi modal yang ditanam dan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai produksi setiap tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanam.

Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode Payback Period maksimum yang diisyaratkan, untuk digunakan sebagai angka pembanding. Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk mengatasi masalah diabaikannya time value of money maka kadang dipakai discounted payback period (Nurmalina et al., 2010).

3.1.4 Analisis Sensititvitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)

Suatu investasi memiliki resiko akibat dari ketidakpastian kondisi yang berlangsung. Resiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil atau berbagai akibat dari usaha tertentu. Perubahan-perubahan yang terjadi akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu investasi, hal ini untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan tersebut (Gittinger, 1986). Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan didalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini menilai apakah suatu kegiatan investasi atau bisnis yang di analisis peka terhadap perubahan yang terjadi.

Menurut Kadariah (1986) yang diacu dalam Nurmalina et al. (2010), analisis senstitvitas perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun


(41)

27 bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Dengan kata lain, analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Nurmalina et al. (2010), perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya (Cost Over Run), dan ketidaktepatan dan perkiraan hasil produksi.

Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (Nurmalina et al., 2010). Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik dan dilihat bagaimana dampaknya terhadap hasil analisis kelayakan. Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari, berapa besar perubahan yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.

3.1.5 Umur Bisnis

Umur bisnis sangat berpengaruh dalam suatu perencanan dalam studi kelayakan bisnis, dimana bisnis ini diproyeksikan akan berjalan sesuai dengan umur bisnis yang telah ditentukan, ini biasanya berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2010) ada beberapa cara dalam menentukan umur bisnis, diantaranya :

a. Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis. Yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan (masih menguntungkan jika dipakai)


(42)

28 b. Umur teknis. Untuk bisnis besar bergerak (diberbagai bidang) lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis, tapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi (absolence) dengan ditemukannya teknologi baru.

c. Untuk bisnis yang berumur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun, dapat menggunakan umur bisnis yakni 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present value-nya akan kecil sekali karena nilai discount factor-nya kecil atau mendekati nol.

3.1.6 Konsep Time Value of Money (Nilai Waktu Uang)

Unsur nilai waktu memegang peranan penting dalam mengukur kemampuan bisnis dalam menghasilkan berbagai manfaat. Dalam studi kelayakan bisnis, biaya dan manfaat bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi juga waktu yang dibayarkan dan diterima yang berbeda selama umur bisnis. Biaya-biaya bisnis banyak dikeluarkan pada waktu awal bisnis, sedangkan manfaat baru akan diterima kemudian. Adanya pengaruh waktu akan menyebabkan perbedaan nilai uang, karena secara ekonomi dipengaruhi oleh adanya inflasi, kesempatan konsumsi yang berbeda dan produktivitas yang dihasilkan pada waktu yang berbeda (Nurmalina et al., 2010) 3.1.7 Teori Biaya dan Manfaat

Menurut Nurmalina et al. (2010) biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Secara ringkas, studi kelayakan bisnis dapat disebut sebagai suatu metode yang membandingkan komponen-komponen biaya dan manfaat dari suatu bisnis. setiap periode waktu analisis yang direncanakan seringkali ditetapkan dalam satuan waktu yang panjang, sehingga mengakibatkan arus biaya maupun manfaat tidak terjadi secara bersamaan pada waktu yang sama melainkan sepanjang umur usaha.

Komponen-komponen biaya pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga (contingency allowance) dan sunk cost.


(1)

116

Biaya telepon 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

BBM 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000

Pajak motor 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

PBB 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Gaji karyawan 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000

Pakan indukan 540.000 540.000 540.000 540,000 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000 540.000

Total Biaya Tetap 29.380.000 29.380.000 29.380.000 29.380.000 29.380.000 29.380.000 29.380.000 29.380.000 29.380.000 29.380.000

2. Biaya Variabel

Obat Methylene Blue 62.500 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

Garam grosok 175.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000

Isi ulang oksigen 200.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000

Kantong plastik 1.530.000 1.836.000 1.836.000 1.836.000 1.836.000 1.836.000 1.836.000 1.836.000 1,836.000 1.836.000

Karet 110.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000

Pakan artemia 24.304.522 29.165.427 29.165.427 29.165.427 29.165.427 29.165.427 29.165.427 29.165.427 29.165.427 29.165.427

Pakan cacing sutera 18.474.721 22.169.666 22.169.666 22.169.666 22.169.666 22.169.666 22.169.666 22.169.666 22.169.666 22.169.666

Total Biaya Variabel 44.856.744 53.826.093 53.826.093 53.826.093 53.826.093 53.826.093 53.826.093 53.826.093 53.826.093 53.826.093

TOTAL OUTFLOW 186.183.744 83.206.093 83.691.093 84.856.093 83.691.093 85.400.593 85.341.093 83.206.093 83.691.093 83.206.093

NET BENEFIT (96.683.744) 23.893.907 23.408.907 22.243.907 23.408.907 21.699.407 21.758.907 23.893.907 23.408.907 63.893.907

Pajak (25 %) 7.912.463 11.369.113 11.369.113 11.369.113 11.369.113 11.369.113 11.369.113 11.369.113 11.369.113 11.369.113

Net Benefi After Tax (104.596.206) 12.524.795 12.039.795 10.874.795 12.039.795 10.330.295 10.389.795 12.524.795 12.039.795 52.524.795

Discount Factor (5,75

%) 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572

PV/Tahun (98.908.942) 11.199.790 10.180.708 8.695.600 9.103.685 7.386.360 7.024.968 8.008,065 7.279.402 30.030.365

NPV 0

PV Positif 98.908.942

PV Negatif (98.908.942)


(2)

117

IRR 5,75%

Penerimaan Bersih

Rata-rata 16.143.184

PP 7

721.00% 45.001

722.00% (410.798)


(3)

118

Lampiran 12. Pola Tanam Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

tahun Pertama

Psiap. Wadah

Pmlhra. Induk

Persiapan Produksi

Pemijahan

Pmlhara.Benih

Pembesaran panen Pada tahun ke

2

Psiap. Wadah

Pmlhra. induk

Pemijahan

Pmlhra. Benih

Pembesaran panen


(4)

119

Lampiran 13. Kuesioner Penelitian Untuk Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis

di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari, Kota Depok

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis

Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) di

Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok Jawa Barat” oleh Umaidi

(H34104024), Mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Data Responden

Nama

: ………...

Alamat

: ………

A.

Gambaran Umum Usaha

No

Uraian

Keterangan

1

Pemilik Usaha

2

Lokasi Usaha

3

Sejarah Usaha

4

Kegiatan Usaha

B.

Aspek Kelayakan Usaha

No

Uraian

Keterangan

1

Aspek Pasar dan Pemasaran :

a.

Permintaan dan Penawaran

b.

Strategi 4P (

Product,Place,Price,Promotion

)

c.

Pesaing Perusahaan

d.

Market share

2

Aspek Teknis :

a.

Lokasi Usaha

b.

Luas Produksi (kapasitas produksi)

c.

Proses Produksi

d.

Perlengkapan dan Peralatan yang digunakan

e.

Pakan dan obat-obatan


(5)

120

f.

Listrik dan Air

g.

Tenaga kerja

h.

Fasilitas Trasnportasi

i.

Teknologi

3

Aspek Manajemen dan Hukum :

a.

Bentuk badan Usaha

b.

Job Description

( Jenis-jenis Pekerjaan)

c.

Struktur Organisasi

d.

Penyediaan tenaga kerja

e.

Sistem Kompensasi

f.

Sistem Pembagian Kerja

g.

Izin usaha

h.

Jaminan – jaminan

4

Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya :

a.

Dampak usaha terhadap masyarakat

b.

Reaksi Masyarakat Terhadap Usaha

c.

Kontribusi terhadap Pendapatan Daerah

5

Aspek Lingkungan :

a.

Dampak usaha tehadap lingkungan

b.

Penanganan Limbah hasil usaha

6

Aspek Finansial :

a.

Sumber Modal

b.

Biaya peralatan

c.

Biaya perlengkapan

d.

Biaya tenaga kerja

e.

Produksi total

f.

Sumber penerimaan

C.

Biya Investasi

No

Uraian

Umur

Ekonomis

Jumlah

Harga/Unit

(Rp)

Total (Rp)

1

Biaya Pembelian

Lahan/sewa

2

Biaya Pembuatan

Kolam bak semen

3

Biaya Pembelian

akuarium dan

indukan

4

Biaya bangunan

Hatchery

5

Biaya pembelian

Peralatan

6

Biaya pembelian


(6)

121

7

Biaya instalasi air,

listrik

Total Biaya

D.

Biaya Tetap

No

Uraian

Umur

Ekonomis

Jumlah

Harga Unit

(Rp)

Total

1

Gaji karyawan

2

Telepon, listrik dan

air

3

Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB)

Total Biaya

E.

Biaya Variabel

No

Uraian

Umur

Ekonomis

Jumlah

Harga Unit

(Rp)

Total

1

Pakan

2

Obat-Obatan

3

Insentif

4

BBM

Total Biaya

F.

Nilai Penyusutan

No

Uraian

Umur

Ekonomis

Jumlah

Harga Unit

(RP)

Total

1

Kolam Bak Semen

2

Akuarium

3

Bangunan

hatchery

4

Peralatan

5

Perlengkapan

6

Instalasi Listrik