25 Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net benefit
cost ratio Net BC Ratio yaitu: 1. Net BC Ratio sama dengan satu Net BC = 1 artinya, usaha tersebut tidak
menguntungkan atau tidak merugikan. 2. Net BC Ratio lebih dari satu Net BC 1 artinya, usaha tersebut
menguntungkan atau layak untuk dijalankan. 3. Net BC Ratio kurang dari satu Net BC 1 artinya, usaha tersebut tidak
menguntungkan atau tidak layak dijalankan.
c. Internal Rate of Return IRR
Menurut Gittinger 1986, Internal Rate of Return merupakan suatu ukuran manfaat proyek terdiskontokan, dengan memakai tingkat diskonto akan diperoleh
nilai sekarang netto dari tambahan arus manfaat netto, atau tambahan arus keuntungan menjadi nol. Bunga maksimal yang dapat dibayar proyek atas sumber-
sumber yang digunakan proyek untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional dan proyek masih berada posisi pulang pokok. Menurut Nurmalina et al.
2010, penilaian suatu bisnis dapat dikatakan dapat dikatakan layak dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap invesatasi yang ditanamkan, ditujukan
dengan mengukur besarnya Internal Rate of Return. Gittinger 1986 mendefinisikan Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan interval tahunan bagi
perusahaan yang melakukan kegiatan investasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase.
Menurut Umar 2003 metode Internal Rate of Return digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa
datang, penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Menurut Nurmalina et al. 2010, dalam metode penghitungan tingkat IRR, metode yang umumnya
digunakan adalah dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate yang
lebih tinggi menghasilkan NPV negatif.
26
d. Payback Period PP
Menurut Kasmir dan Jakfar 2010, metode Payback Period PP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu periode pengembalian investasi suatu
proyek atau bisnis. Menurut Nurmalina et al. 2010 Payback Period adalah suatu analisis yang berfungsi untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanam pada
suatu bisnis dapat kembali. Oleh karena itu bisnis yang Payback Period-nya cepat pengembaliannya, maka memiliki kemungkinan untuk dijalankan. Sedangkan
menurut Gittinger 1986, Payback Period adalah jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi modal yang ditanam dan dihitung mulai dari permulaan proyek
sampai dengan arus nilai produksi setiap tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanam.
Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode Payback Period maksimum yang diisyaratkan, untuk digunakan sebagai angka pembanding.
Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang time value of money dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk
mengatasi masalah diabaikannya time value of money maka kadang dipakai discounted payback period Nurmalina et al., 2010.
3.1.4 Analisis Sensititvitas dan Nilai Pengganti Switching Value
Suatu investasi memiliki resiko akibat dari ketidakpastian kondisi yang berlangsung. Resiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang
memungkinkan adanya berbagai macam hasil atau berbagai akibat dari usaha tertentu. Perubahan-perubahan yang terjadi akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu
investasi, hal ini untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan tersebut Gittinger, 1986. Tujuan analisis ini adalah untuk
menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan didalam perhitungan biaya atau manfaat.
Analisis ini menilai apakah suatu kegiatan investasi atau bisnis yang di analisis peka terhadap perubahan yang terjadi.
Menurut Kadariah 1986 yang diacu dalam Nurmalina et al. 2010, analisis senstitvitas perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun
27 bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang
akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Dengan kata lain, analisis
sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Nurmalina et al. 2010,
perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya Cost
Over Run, dan ketidaktepatan dan perkiraan hasil produksi. Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan
maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini
mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol Nurmalina et al., 2010. Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan
switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik dan dilihat bagaimana dampaknya terhadap hasil analisis kelayakan.
Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari, berapa besar perubahan yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.
3.1.5 Umur Bisnis
Umur bisnis sangat berpengaruh dalam suatu perencanan dalam studi kelayakan bisnis, dimana bisnis ini diproyeksikan akan berjalan sesuai dengan umur bisnis yang
telah ditentukan, ini biasanya berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis. Menurut Nurmalina et al. 2010 ada beberapa cara dalam menentukan umur bisnis,
diantaranya : a. Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu periode yang
kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis. Yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya
tahunan masih menguntungkan jika dipakai
28 b. Umur teknis. Untuk bisnis besar bergerak diberbagai bidang lebih mudah
menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis, tapi hal ini tidak berlaku apabila adanya
keusangan teknologi absolence dengan ditemukannya teknologi baru. c. Untuk bisnis yang berumur teknisekonomis lebih dari 25 tahun, dapat
menggunakan umur bisnis yakni 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka
present value-nya akan kecil sekali karena nilai discount factor-nya kecil atau
mendekati nol. 3.1.6 Konsep
Time Value of Money Nilai Waktu Uang
Unsur nilai waktu memegang peranan penting dalam mengukur kemampuan bisnis dalam menghasilkan berbagai manfaat. Dalam studi kelayakan bisnis, biaya
dan manfaat bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi juga waktu yang dibayarkan dan diterima yang berbeda selama umur bisnis. Biaya-biaya bisnis banyak
dikeluarkan pada waktu awal bisnis, sedangkan manfaat baru akan diterima kemudian. Adanya pengaruh waktu akan menyebabkan perbedaan nilai uang, karena
secara ekonomi dipengaruhi oleh adanya inflasi, kesempatan konsumsi yang berbeda dan produktivitas yang dihasilkan pada waktu yang berbeda Nurmalina et al., 2010
3.1.7 Teori Biaya dan Manfaat
Menurut Nurmalina et al. 2010 biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu suatu tujuan. Secara ringkas, studi kelayakan bisnis dapat disebut sebagai suatu metode yang membandingkan komponen-komponen biaya dan manfaat dari
suatu bisnis. setiap periode waktu analisis yang direncanakan seringkali ditetapkan dalam satuan waktu yang panjang, sehingga mengakibatkan arus biaya maupun
manfaat tidak terjadi secara bersamaan pada waktu yang sama melainkan sepanjang umur usaha.
Komponen-komponen biaya pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga contingency allowance dan sunk cost.
29 Manfaat terdiri dari tiga macam bentuk manfaat antara lain, manfaat yang dapat
diukur tangible benefit, manfaat yang didapat diluar usaha itu sendiri indirect or secondary benefit, dan manfaat yang secara nyata ada tapi sulit diukur intangible
benefit. Manfaat yang digunakan dalam melakukan kriteria kelayakan bisnis biasanya menggunakan manfaat yang bersifat tangible benefit dapat diukur dengan
uang sedangkan manfaat yang bersifat intangible benefit tidak dapat diukur dengan uang hanya digunakan sebagai masukan tambahan pada saat pertimbangan
keputusan dilakukan. Gittinger 1986, menjelaskan bahwa analisis ekonomi proyek pertanian bertujuan untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan
menentukan proyek-proyek yang mempunyai keuntungan yang layak.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Ikan hias merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia di bidang perikanan, penerimaan devisa yang diperoleh dari hasil ekspor ini cukup tinggi. Di
dalam negeri ikan hias terus diminati masyarakat terutama bagi para hobiis. Hal ini dikarenakan ikan hias memiliki beragam corak dan bentuk yang indah dan berbeda
tiap jenisnya, sehingga masyarakat tidak bosan akan komoditas ini. Permintaan akan ikan hias yang terus meningkat dari segi ekspor maupun permintaan dalam negeri
memberikan peluang yang besar bagi pengusaha untuk mengoptimalkan potensi tersebut dengan melakukan investasi pada budidaya ikan hias. Permintaan akan ikan
hias yang cukup tinggi ini didukung oleh keberadaan Indonesia yang saat ini sebagai eksportir terbesar ketiga dunia dengan pangsa pasar mencapai 7,5 persen.
Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil ikan hias yang cukup besar, beragam jenis ikan hias diproduksi dan dibudidayakan di berbagai kabupatenkota di
Jawa barat. Salah satu daerah yang banyak membudidayakan ikan hias yaitu Kota Depok. Dalam penelitian ini, Vizan Farm yang berada Kota Depok bermaksud
memanfaatkan peluang pasar yang ada, dengan mengembangun usaha jenis ikan hias maanvis atau Angelfish.
Usaha ikan maanvis merupakan usaha yang baru dibangun dan diusahakan oleh Vizan Farm dimana usaha ini mulai dilakukan proses penjualan pada Bulan Juni
2012. Usaha ini memerlukan biaya yang cukup besar dalam kegiatan investasinya
30 namun belum diketahui tingkat pengembalian modal dan maanfaat yang akan
diberikan oleh usaha, oleh sebab itu penulis akan mencoba melakukan analisis kelayakan terhadap usaha untuk melihat apakah usaha layak atau tidak untuk
dijalankan. Upaya perusahaan dalam memulai usaha budidaya maanvis yaitu dengan
melakukan investasi dengan dana yang cukup besar yaitu sebesar Rp 111.947.000,00. Investasi tersebut untuk pendirian bangunan hatchery, kolam bak semen, pembelian
akuarium dan indukan serta peralatan lain dalam mendukung kegitan produksi maanvis. Modal untuk investasi usaha tersebut dibiayai oleh pemilik usaha itu sendiri
tanpa meminta bantuan dari lembaga keuangan lain dalam pendirian usahanya. Analisis kelayakan untuk usaha ikan maanvis dilakukan dengan studi kelayakan
bisnis. Penelitian ini menggunakan studi kelayakan bisnis dengan analisis finansial
berupa penilaian NPV net present value, IRR internal rate of return, Net BC net benefit cost ratio dan PP payback period serta analisis proyeksi laba rugi.
Sedangkan analisis non finansial yang digunakan yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek manajemen dan hukum serta aspek
lingkungan. Dalam analisis kelayakan finansial juga dilakukan metode skenario untuk
mencari alternatif usaha yang nantinya akan memberi manfaat paling baik bagi usaha ikan maanvis di Vizan Farm. Dilakukan dua skenario usaha dimana skenario I
merupakan kondisi usaha saat ini yang sedang berjalan dengan menggunakan tiga jenis indukan maanvis yaitu 25 pasang Black and white, 20 pasang Platinum dan 10
pasang Red Eye sedangkan skenario II telah dilakukan modifikasi penggunaan jenis indukan dimana tidak lagi menggunakan indukan jenis Red eye hal ini dikarenakan
produktivitas yang rendah sehingga pada skenario II indukan maanvis yang digunakan hanya jenis Black and white dan Platinum dengan proporsi 35 pasang
indukan Black and white dan 20 pasang Red eye. Hasil penelitian kemudian akan dianalisis kembali dengan analisis sensitivitas
untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan yang
31 terjadi dalam usaha. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen
input utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada penerimaan usaha. Komponen seperti kenaikan harga pakan dan penurunan produksi
menjadi fokus pada analisis sensitivitas, ini berdasarkan pengalaman dilapangan dimana sering terjadi penurunan produksi dan kenaikan harga pakan pada kondisi-
kondisi tertentu. Pada kondisi seperti saat musim hujan daya hidup benih menjadi lebih rendah dan pakan cacing sulit didapat ini menyebabkan perusahaan harus lebih
bertindak secara efisien agar keuntungan perusahaan tetap tinggi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
tentang keberlanjutan usaha yang akan dilakukan. Apabila dari hasil evaluasi kelayakan usaha menunjukkan bahwa usaha ikan
maanvis di Vizan Farm layak untuk dilaksanakan, maka sebaiknya perusahaan mempertahankan usahanya tetap bejalan sehingga mencapai keuntungan yang
optimal. Sebaliknya, apabila hasil dari evaluasi kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan maanvis tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan, maka perusahaan sebaiknya mengadakan perbaikan-perbaikan dalam hal manajemen, teknis, dan pasar dalam operasional usahanya. Selain itu pada tahap
evaluasi nanti pihak manajemen usaha akan mendapat dua alternatif pilihan usaha yang mana natinya akan memberi maanfaat paling baik bagi perusahaan melalui dua
skenario usaha yang akan dianalisis. Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
32
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha budidaya Ikan Maanvis di Vizan Farm
Pendirian Unit Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm
Nilai investasi usaha besar Usaha baru berjalan sekitar enam bulan
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
T
idak Layak
A
spek Non Finansial
Aspek Pasar Aspek Teknis
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek Sosial Aspek Lingkungan
As
pek Finansial
NPV IRR
Net BC PP
Laba-Rugi
Layak Analisis Sensitivitas :
1. Penurunan produksi 2. Kenaikan harga pa
kan
EVALUASI USAHA
Analisis Alternatif Usaha
Skenario I dan Skenario II
33
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian