Proses Pengolahan Gula Industri Gula 1. Perkembangan Industri Gula di Indonesia

Penebangan tebu yang pertama kali batang tebu yang di pangkas disisakan ± 5 cm dari permukaan tanah. Sisa dari batang tebu tersebut akan tumbuh tunas baru yang biasa disebut dengan Ratoon I, pertumbuhan ini akan terus berlangsung hingga Ratoon IV. Setelah mencapai Ratoon IV, maka pada panen berikutnya dilakukan dengan mencabut tebu beserta akarnya dan kemudian dilakukan penanaman bibit baru. Tebu dengan kadar sukrosa yang tinggi memerlukan syarat-syarat tumbuh yaitu dibutuhkan banyak curah hujan di waktu muda dan dikurangi curah hujan di waktu tua. Hal ini dimaksudkan bahwa penanaman tebu ini termasuk ke dalam peralihan musim hujan ke musim kemarau. Tipe curah hujan di perkebunan tebu olahan PG. Tersana Baru dengan lokasi kebun tebu yang tidak jauh dari lingkungan pabrik ini rata-rata 1.500 mm per tahun dengan suhu rata-rata tertinggi 30 ° C di bulan September dan terendah 25 ° C di bulan Januari, dan kelembaban udara relatif rata-rata berkisar 78 – 82. Oleh karena itu, tebu biasanya ditanam pada akhir musim penghujan di saat akan memasuki musim kemarau. Kandungan yang terdapat dalam satu batang tebu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi dan Kadar Batang Tebu Bahan penyusun Kadar Bahan penyusun Kadar A. Tebu 2. Garam-garam - Air 73 - 76 - Anorganik 3 - 4,5 - Zat padat 24 - 27 - Organik 1,5 - 4,5 - Zat padat terlarut 10 - 16 3. Asam organik bebas 0,5 - 2,5 - Sabut kering 11 - 16 - Asam karboksilat 0,1 - 0,5 B. Nira - Asam amino 0,5 - 0,2 1. Gula 75 - 92 4. Non Organik 0,5 - Sakarosa 70 - 78 - Protein 0,6 - Glukosa 2 - 4 - Pati 0,001 - 0,05 - Fruktosa 2 - 4 - Gum 0,30 - 0,60

3. Proses Pengolahan Gula

Menurut Moerdokusumo 1993, proses pengolahan tebu menjadi gula kristal terdiri dari unit operasi penggilingan ekstraksi, pemurnian purifikasi, penguapan evaporasi, kristalisasi, dan sentrifuse. Unit operasi penggilingan bertujuan untuk mengekstraksi kandungan sukrosa dalam tebu sebanyak mungkin. Sumber: Meade and Chen 1997 dalam Suyudi 1994 Unit operasi purifikasi bertujuan untuk memisahkan kotoran seperti partikel kasar pasir dan ampas yang masih terbawa dalam nira mentah, partikel koloid seperti non-suspended sugar, dan partikel terlarut misalnya desinfektan yang ikut terbawa dari stasiun gilingan dalam nira mentah sebanyak mungkin dengan cara yang efektif. Unit operasi penguapan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang terdapat pada nira jernih nira encer dari stasiun pemurnian sehingga dihasilkan nira kental. Unit operasi kristalisasi bertujuan untuk mengkristalkan nira kental sehingga didapatkan kristal gula sesuai yang diinginkan. Unit operasi sentrifuse bertujuan untuk memisahkan kristal gula dengan larutannya dari masakan A, masakan C, dan masakan O dengan cara pemutaran sentrifugasi. Variabel yang membentuk rendemen tebu nyata adalah varietas tebu, bibit tebu, pengolahan kebun, perawatan pemupukan, pengairan, tebang dan angkut, kelancaran giling, penggilingan, pemrosesan, pemasakan, pemutaran atau pengepakan, dan berjalannya sistem kontrol produksi dan kualitas. Koordinasi antara aspek produksi, tanaman, tebang dan angkut, serta penggilingan atau pemrosesan juga diperlukan IKAGI, 2006. Rendemen nyata menyatakan gula hanya dalam bentuk kristal. Selama proses berlangsung, tidak semua gula berubah menjadi kristal, tetapi terjadi kehilangan gula di beberapa proses. Hal tersebut akan berpengaruh pada rendahnya rendemen yang dihasilkan apabila dibandingkan dengan kandungan sukrosa yang sebenarnya. Paturau 1982, menjelaskan bahwa proses pengolahan tebu selain menghasilkan gula sebagai hasil akhir, juga menghasilkan beberapa produk samping by-product, seperti : ampas tebu bagasse, blotong filter cake, dan tetes molasses Lembaga Penelitian IPB, 2002. Ketiga produk samping utama tersebut berpeluang masih mengandung gula sukrosa. Efisiensi proses, diperlukan untuk meminimumkan kehilangan gula melalui produk-produk samping tersebut. Industri gula memiliki indikator-indikator efisiensi proses produksi, terutama di bagian Pabrikasi. Indikator-indikator efisiensi tersebut antara lain adalah: mill extraction ME, boiling house recovery BHR, overall recovery OR, kadar sukrosa tebu dan rendemen dapat dilihat pada Tabel 2. 8 Tabel 2. Beberapa Indikator Efisiensi Teknis Pabrik Gula di Indonesia tahun 2002-2004 Komponen Efisiensi Efisiensi Normal ME Mill Extraction 84 - 85 95 BHR Boiler House Recovery 70 – 80 90 OR Overall Recovery 59 – 79 85 Kadar sukrosa Tebu 8 - 11 14 Rendemen 5 – 8,5 12 Sumber : P3GI 2001

4. Nira Mentah