Penggunaan Energi Bahan Bakar

mesin produksi akan mempengaruhi kualitas kerja mesin-mesin produksi dan menyebabkan waktu yang digunakan cukup lama, sehingga memberikan peluang yang cukup besar terhadap pemboros energi. Pendekatan produksi bersih perlu dilakukan untuk memperhitungkan jumlah penggunaan energi. Tujuan dari pendekatan produksi ini adalah untuk mengetahui dan memperkirakan besarnya energi yang dibutuhkan dalam proses produksi. Pendekatan ini dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi proses produksi serta tindakan-tindakan penanganan energi pada masing-masing bagian produksi. Perhitungan penggunaan energi pada proses produksi tidak dapat dilakukan secara langsung. Hal ini dikarenakan sistem mekanis yang digunakan dalam proses produksi cukup rumit dan jumlahnya banyak. Perhitungan penggunaan energi pada proses produksi gula di PG. Tersana Baru meliputi penggunaan energi bahan bakar dan energi uap.

2.1. Penggunaan Energi Bahan Bakar

Dalam industri gula, bahan bakar merupakan kebutuhan primer dari suatu industri yang berfungsi sebagai sumber tenaga utama penggerak proses produksi. Pada proses produksi gula, bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan uap di stasiun ketel uap adalah ampas tebu. Kekurangannya ditambahkan dengan bahan bakar kayu, dan jika perlu dengan daun tebu yang kering serta minyak residu. Pada umumnya ampas tebu tidak mampu mencukupi kebutuhan pembakaran, maka harus disediakan bahan bakar dalam bentuk lain dalam jumlah yang cukup untuk menghindari terhentinya penggilingan karena kekurangan bahan bakar. Pada PG. Tersana Baru, bahan bakar tambahan yang digunakan adalah IDO. Penggunaan ampas tebu dan IDO dari data limabelas harian sepuluh periode musim giling 2007 dapat dilihat pada Tabel 13. 57 Tabel 13. Penggunaan Ampas Tebu dan IDO di PG. Tersana Baru Musim giling 2007 Periode Ampas tebu ton IDO ton Gula SHS ton Tebu ton Ampas tebu kkalton gula IDO kkalton gula Bahan Bakar kkalton gula Ampas tebu kkalton tebu IDO kkalton tebu Bahan Bakar kkalton tebu 1 7.957 436 1.175 23.643 7.280.215 398.814 7.679.030 361.816 19.821 381.637 2 13.613 58 2.637 39.945 4.904.279 20.716 4.924.995 323.796 1.368 325.164 3 12.376 88 2.433 37.731 4.893.190 34.795 4.927.985 315.563 2.244 317.807 4 14.517 54 2.793 43.979 5.026.163 18.523 5.044.686 319.242 1.177 320.419 5 14.427 16 2.977 43.975 4.685.225 5.229 4.690.454 317.192 354 317.546 6 15.624 36 3.227 47.053 4.588.343 10.455 4.598.798 314.681 717 315.398 7 13.009 78 2.597 39.539 4.623.841 27.831 4.651.671 303.689 1.828 305.517 8 14.100 55 2.786 43.587 4.651.698 18.278 4.669.975 297.297 1.168 298.466 9 9.191 83 1.876 29.538 4.889.679 44.317 4.933.996 310.619 2.815 313.434 10 14.072 103 2.962 43.609 4.628.177 33.910 4.662.087 314.387 2.303 316.690 Total 128.886 1.007 25.463 392.598 50.170.810 612.868 50.783.676 361.816 19.821 381.637 Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa penggunaan ampas tebu dan IDO untuk pembakaran ketel uap terbesar digunakan pada periode pertama penggilingan yaitu sebesar 7.280.215 kkalton gula untuk ampas tebu dan sebesar 398.814 kkalton gula untuk IDO atau sebesar 361.816 kkalton tebu untuk ampas tebu dan 19.821 kkalton tebu untuk IDO. Penggunaan ampas tebu dan IDO terbesar pada periode pertama disebabkan proses produksi gula pada periode- periode awal membutuhkan energi yang sangat besar untuk mengoperasikan kembali ketel uap dan mesin-mesin produksi. Pengoptimalan penggunaan ampas tebu dan IDO terjadi pada periode ke-VIII, untuk ampas tebu sebesar 4.651.698 kkalton gula dan untuk IDO sebesar 18.278 kkalton gula atau untuk ampas tebu sebesar 297.297 kkalton tebu dan untuk IDO sebesar 1.168 kkalton tebu. Grafik yang menunjukkan hubungan antara air imbibisi terhadap nilai pembakaran ampas tebu dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 menunjukkan bahwa penambahan air imbibisi cenderung menurunkan nilai pembakaran ampas tebu. Penurunan nilai pembakaran ampas tebu dipengaruhi oleh jumlah kadar air ampas tebu yang dihasilkan. Oleh karena, semakin banyak air imbibisi ditambahkan dalam proses penggilingan, maka semakin banyak kadar air yang dihasilkan oleh ampas tebu. Grafik yang menunjukkan hubungan antara kadar air ampas tebu terhadap penggunaan IDO dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 17. Grafik Penambahan Air Imbibisi terhadap Nilai Pembakarannya di PG. Tersana Baru Musim Giling 2007 R 2 = 0,2395 1.680 1.700 1.720 1.740 1.760 21,5 22,0 22,5 23,0 23,5 24,0 24,5 25,0 air imbibisi n il ai pe m ba k ar an a m pa s te bu kka l kg a m pa s t ebu Gambar 18. Grafik Pengaruh Kadar Air Ampas Tebu terhadap Jumlah Penggunaan IDO PG. Tersana Baru Musim Giling 2007 Gambar 18 menjelaskan bahwa kadar air ampas tebu mempengaruhi peningkatan penggunaan IDO. Oleh karena, semakin banyak kadar air ampas tebu yang dihasilkan, maka penggunaan IDO cenderung meningkat. Penggunaan IDO untuk setiap periode pembakaran tidak merata, hal ini dipengaruhi oleh jumlah air imbibisi yang ditambahkan pada proses penggilingan tebu bervariasi, sehingga penggunaan IDO untuk setiap periode bervariasi. Penggunaan IDO sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kalori yang terkandung di dalam ampas tebu. Hal ini disebabkan, kandungan kalori dalam ampas tebu yang digunakan sebagai bahan bakar utama ketel uap akan mempengaruhi kinerja ketel uap. Apabila kandungan kalori ampas tebu rendah, maka kinerja ketel uap dapat menurun. Penggunaan ampas tebu dan IDO sebagai bahan bakar sangat mempengaruhi pengeluaran biaya produksi gula. Pada PG. Tersana Baru, penggunaan IDO relatif besar. Hal ini disebabkan, IDO berperan cukup besar dalam proses produksi gula di setiap periode. Walaupun ampas tebu yang dihasilkan dari stasiun gilingan juga relatif besar. Penggunaan IDO tidak dapat dihilangkan, hanya dapat dikurangi pada setiap periode. Berdasarkan situs BUMN online 2007 dan BPK 2007, diketahui bahwa harga IDO sebesar Rp.4.538,00liter dan harga ampas tebu sebesar Rp. 49,00kg. Perbedaan harga bahan bakar yang sangat jauh memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap biaya produksi gula.

2.2. Penggunaan Energi Uap