Pada stasiun masakan terdapat beberapa alternatif proses masakan. Alternatif model proses masakan yang diterapkan di PG. Tersana Baru adalah
model A-C-D, karena lebih mengutamakan kualitas gula dan nilai Hasilbagi Kemurnian nira kental sebesar 82 - 84.
Kandungan gula dalam tetes yang sangat kecil menyebabkan tetes tidak bisa diolah kembali dalam proses, tetapi tetes dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan alkohol atau spirtus, pembuatan MSG dan produk olahan lainnya. Setelah melalui proses penggilingan, proses pemurnian, proses penguapan,
proses pemasakan, proses pengristalan, dan proses pemutaran, gula kemudian dikemas dalam kemasan 50 kg dan kemasan kecil 1 kg. Setelah dikemas, gula
siap untuk dipasarkan.
B. Proses Penggilingan di Stasiun Gilingan
Proses penggilingan di PG. Tersana Baru bertujuan memisahkan nira dengan ampas tebu dari batang tebu. Pemisahan dilakukan dengan jalan menekan
atau mengekstraksi diantara rol-rol gilingan. Unit-unit gilingan memiliki peralatan yang terletak pada : penanganan tebu can handling, pekerjaan pendahuluan
cane preparation, dan pemerahan tebu cane mill. Penanganan tebu dilakukan untuk mempersiapkan tebu hasil panen
menjadi tebu yang siap digiling. Pada penanganan ini, tebu ditumpuk dengan jumlah tumpukan yang sesuai kapasitas mesin gilingan, kemudian diletakkan pada
meja tebu dengan posisi sejajar, selanjutnya tebu dibawa ke mesin memotong tebu.
Pekerjaan pendahuluan bertujuan untuk a merusak struktur tebu sehingga ekstraksi atau pemerahan lebih efektif, b meringankan kerja gilingan sehingga
kapasitas tebu meningkat, dan c membuat sabut lebih siap menerima air imbibisi karena kerusakan pada dinding-dinding tebu, dan pembukaan sel tebu. Pekerjaan
yang dilakukan adalah memotong dan mencacah tebu dengan crusher, menyayat dan menghancurkan potongan tebu dengan maxwell shredder Kosmaga, 1994.
Pekerjaan pemerahan merupakan inti pekerjaan pemisahan nira dengan ampas tebu. Pemerahannya sendiri dilakukan dengan cara memadatkan sabut atau
cacahan tebu hasil pekerjaan pendahuluan. Pemadatan dilakukan diantara rol-rol gilingan. Pekerjaan pemerahan ini dilakukan oleh empat unit gilingan, tiap unit
gilingan terdiri atas tiga rol gilingan dengan tenaga penggerak mesin uap. Gambar skema umum proses penggilingan dapat dilihat pada Gambar 10 dan
gambar aliran neraca massa di stasiun gilingan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 10. Skema Umum Proses Penggilingan Tebu Keterangan :
T = Tebu
AT Gil 1 = Ampas Tebu gilingan ke-1 NPP
= Nira Perahan Pertama AT Gil 2 = Ampas Tebu gilingan ke-2
NPL = Nira Perahan Lanjutan
AT Gil 3 = Ampas Tebu gilingan ke-3 NM
= Nira Mentah AT Gil 4 = Ampas Tebu gilingan ke-4
NP ke-3 =
Nira Perahan ke-3 AI
= Air Imbibisi NP ke-4
= Nira Perahan ke-4
Gambar 11. Aliran Neraca Massa di Stasiun Gilingan Tebu PG. Tersana Baru memiliki dua mesin gilingan, yaitu gilingan barat dan
gilingan timur. Kedua mesin gilingan ini merupakan penggabungan dari dua perusahaan, yaitu Leuwing Gajah dan Ketanggungan. Keuntungan memiliki dua
mesin gilingan adalah apabila salah satu mesin mengalami kerusakan, maka produksi tetap berjalan dengan setengah kapasitas produksi, sedangkan
kelemahannya adalah membutuhkan daya yang besar untuk menggerakkan dua mesin bersamaan. Kedua mesin gilingan ini memiliki kapasitas 3.000 tonhari
T
NPP NPL
NM AI
AT Gil 1 AT Gil 2
AT Gil 3 AT Gil 4
NP ke-3 NP ke-4
Gilingan I Gilingan II
Gilingan III Gilingan IV
Stasiun Gilingan
Tebu Air Imbibisi
Nira Mentah Ampas Tebu
15,000 25,000
35,000 45,000
55,000 65,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
periode ke- te
bu te
rgi li
ng t
on
P G. Te rs a na Ba ru P G. J a titujuh
dimana terdiri dari 1.700 tonhari pada stasiun gilingan barat dan 1.300 tonhari pada stasiun gilingan timur.
Proses penggilingan tebu di PG. Tersana Baru selama sepuluh periode musim giling tahun 2007 telah menggiling tebu sebanyak 392.598 ton tebu.
Jumlah tebu tergiling terbanyak pada periode VI 16 s.d. 31 Agustus 2007 yaitu sebesar 47.053 ton tebu per periode atau 2.940,79 ton per hari. Apabila
dibandingkan dengan PG. Jatitujuh, dalam Laksmana 2007, proses penggilingan telah menggiling tebu sebanyak 522.386 ton tebu selama sepuluh periode musim
giling tahun 2006, dengan periode giling tebu terbanyak yaitu periode ke-VI sebesar 64.460 ton tebu per periode. Grafik yang menunjukkan perbandingan tebu
tergiling PG. Tersana Baru dengan PG. Jatitujuh dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Jumlah Tebu Tergiling PG. Tersana Baru Musim Giling 2007 dan PG. Jatitujuh Musim Giling 2006
Gambar 12 menjelaskan bahwa perbedaan kapasitas tebu tergiling antara PG. Tersana Baru musim giling 2007 dan PG. Jatitujuh musim giling 2006 cukup
signifikan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jumlah tebu yang digiling, kapasitas mesin gilingan menampung tebu dan kemampuan kinerja mesin giling.
Sebelum tebu masuk ke mesin gilingan, tebu mengalami pencacahan dengan ukuran tebu kurang lebih lima cm, tebu masuk ke stasiun gilingan untuk
dikeluarkan niranya. Kontrol gilingan digerakkan oleh mesin uap dengan roda- roda bergigi sehingga rol yang di atas berputar, demikian pula rol yang berada di
bawah. Adanya gerakan, mengakibatkan tebu ditarik oleh rol muka dan diperah, kemudian melewati rol belakang dan diperah kembali, lalu ampas tebu
dikeluarkan. Ampas tebu yang masih mengandung nira diperah kembali pada 50
gilingan II, III, IV dengan tekanan hidraulik 100 kgcm
2
– 192 kgcm
2
untuk gilingan barat dan 104 kgcm
2
– 166 kgcm
2
. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, neraca massa
gilingan di PG. Tersana Baru musim giling 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2. Adapun Gambar neraca massa dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Neraca Massa Stasiun Gilingan PG. Tersana Baru Musim Giling 2007
NM=37.296 tonkadar Tebu=39.945 tonkadar
Ampas A
1
=20.455
Gilingan I
Ampas A
2
=16.133
Gilingan II
Ampas A
3
=10.945 tonkadar
Gilingan III
Ampas A
4
=13.755
Gilingan IV
Npl=17.806 tonkadar sukrosa Kotoran=
140
N
3
=13.615 tonkadar sukrosa
N
4
=8.428 tonkadar sukrosa
Air Imbibisi=11.237 ton
C. Hal-hal yang Mempengaruhi Proses Penggilingan 1. Penambahan Air Imbibisi