sedangkan air ampas tebu dihasilkan dari air bebas brix, air imbibisi, dan air dari tebu. Nira asli ampas tebu dihasilkan dari kadar sukrosa ampas tebu, bukan gula
ampas tebu, dan air dari ampas tebu PG. Tersana Baru, 2006.
6. Gula
Produk utama yang dihasilkan dari pabrik gula adalah gula SHS Superior High Sugar IA. Gula yang dihasilkan memiliki nilai kemurnian sebesar 99,7.
Untuk mengetahui kriteria gula yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Kualitas Gula
Analisa Kualitas
I A I B
I Standar
NRD Nilai Reduksi direduksi ≥
70 ≥
65 ≥
60 Air
≤ 0,1
≤ 0,1
≤ 0,1
Kadar sukrosa 99,7
99,6 99,5
BJB Berat Jenis Butiran, mm 0,9 - 1,0
0,9 - 1,0 0,9 - 1,0
Warna ICUMSA ≤
150 ≤
40 ≤
8 SO
2
≤ 5
≤ 1,5
Sumber : Suyardi 1994
7. Penggunaan Air Imbibisi
Mathur 1978 menjelaskan bahwa pertimbangan yang paling penting dalam pemberian air imbibisi adalah pemberian air imbibisi dapat menembus cacahan
tebu sehingga air dapat menarik gula yang masih tersisa dalam ampas tebu. Pemberian air imbibisi juga harus dalam jumlah yang optimal agar ampas yang
dihasilkan memiliki kadar air sekering mungkin. Selain itu, tekanan dalam gilingan juga harus cukup sehingga ampas yang keluar dari gilingan lebih kering
tanpa meninggalkan banyak gula di dalamnya. Penambahan air imbibisi dilakukan pada gilingan ke-III dan ke-IV. Tujuan
penambahan imbibisi adalah agar proses ekstraksi nira dari tebu berlangsung secara optimal, sehingga dapat mengekstrak gula dari tebu sebanyak-banyaknya.
Penggunaan air imbibisi yang dilakukan rata-rata sebesar 30 persen. Air imbibisi digunakan pada gilingan III dan gilingan IV dengan jumlah yang berbeda, yakni
masing-masing sebesar 30 dan 70. Jumlah tersebut merupakan rekomendasi dari salah satu bagian Pabrikasi PG. PT. Rajawali Nusantara Indonesia. Perubahan
jumlah penambahan air imbibisi akan berpengaruh pada parameter nilai brix, kadar sukrosa, .kadar air, dan berat nira mentah dan ampas.
8. Stasiun Gilingan
Menurut Moerdokusumo 1993, stasiun gilingan bertujuan untuk mengekstraksi kandungan sukrosa dalam tebu sebanyak mungkin dengan cara
pemerahan atau pembilasan. Hasil penggilingan tebu adalah nira mentah dan ampas tebu. Nira mentah yang dihasilkan, selanjutnya diproses ke stasiun
pemurnian. Ampas tebu yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk keperluan energi di stasiun gilingan, proses dan listrik perusahaan.
Stasiun gilingan memiliki empat unit gilingan. Setiap gilingan terdiri atas tiga rol, yaitu : rol depan, rol atas dan rol belakang. Diantara rol depan dan rol
belakang terdapat ampas plate yang berfungsi sebagai alat penampung ampas tebu agar tidak jatuh ke bak penampungan bersama nira mentah.
Proses penggilingan dimulai dari masuknya tebu ke unigrator sebagai gilingan sebelum masuk ke gilingan I. Nira yang dihasilkan dari gilingan I
disebut nira perahan pertama NPP, sedangkan ampas dari gilingan I kemudian masuk ke gilingan II untuk diekstraksi kembali. Nira dari gilingan II disebut nira
perahan lanjuran NPL. NPP dan NPL tersebut selanjutnya digabungkan menjadi nira mentah NM. Pada gilingan III, ampas terperas gilingan II dibantu
dengan siraman air imbibisi gilingan IV dan ampas terperas gilingan III menjadi bahan dasar gilingan IV. Hasil perasan gilingan IV adalah nira mentah yang
menjadi air imbibisi untuk penyiraman gilingan III dan ampas tebu terperas akan dijadikan sebagai bahan bakar di stasiun boiler.
Menurut Rianggoro dan Daryanto 1984, hasil perahan tiap gilingan berbeda, semakin ke belakang semakin kecil nira yang dihasilkan, karena nira
yang terperah sebagian besar brix terperah pada bagian parensia, sedangkan untuk gilingan selanjutnya yang terperah adalah korteks dan epidermis.
Tabel 4. Parameter Kinerja Stasiun gilingan
Sumber : Cahyadi 2005 Proses pengolahan di stasiun gilingan merupakan titik awal keberhasilan
proses pengolahan gula tebu. Proses penggilingan yang efisien dan optimal berbanding lurus dengan kualitas maupun kuantitas gula yang dihasilkan. Jika
nira mentah yang dihasilkan dari proses penggilingan memiliki nilai brix den kadar sukrosa yang tinggi, maka dapat diperkirakan gula SHS yang akan
dihasilkan juga lebih tinggi. Oleh karena itu, pada proses penggilingan diusahakan berjalan secara optimal.
9. Energi