Rendemen Hal-hal yang Mempengaruhi Proses Penggilingan 1. Penambahan Air Imbibisi

Gambar 19 menjelaskan bahwa semakin banyak air imbibisi yang ditambahkan dalam proses penggilingan, maka konsumsi energi uap akan semakin besar. Hal ini disebabkan, ampas tebu yang dihasilkan untuk proses pembakaran mengandung kadar air yang cukup tinggi, sehingga energi uap yang digunakan untuk membakar ampas tebu akan semakin besar. Perhitungan penggunaan energi uap dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Rendemen

Tujuan utama penanaman tebu adalah untuk memperoleh hasil hablur yang tinggi. Hablur merupakan gula sukrosa yang dikristalkan. Hablur yang dihasilkan mencerminkan rendemen tebu. Dalam prosesnya, rendemen yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh keadaan tanaman dan proses penggilingan di pabrik. Rendemen yang tinggi dihasilkan dari tanaman yang bermutu baik dan ditebang pada saat yang tepat. Namun sebalik, apapun mutu tebu, jika pabrik sebagai sarana pengolahan tidak baik, hablur yang didapat akan berbeda dengan kandungan sukrosa yang ada di batang. Oleh sebab itu, sering terjadi permasalahan dengan cara penentuan rendemen di pabrik. Rendemen yang diperoleh sangat tergantung dari kandungan sukrosa yang merupakan bagian dari gula total. Menurut Mubyarto 1984 dalam Laksmana 2007, kadar sukrosa tebu ditentukan dari kematangan tebu. Semakin matang tebu, maka kandungan sukrosa akan semakin tinggi. Tebu yang memiliki kematangan yang optimal adalah tebu yang ditanam selama enambelas bulan dan akan menghasilkan kadar sukrosa sebanyak 14 sampai 15 . Kandungan sukrosa ini menentukan nilai rendemen tebu sebelum tebu digiling. Rendemen yang terkandung dalam tebu tidak dapat bertahan lebih lama. Menurut Moerdokusumo 1993, apabila tebu terlalu lama didiamkan setelah panen dan tertahan dalam masa tunggu penggilingan, maka kualitas nira dalam tebu akan menurun akibat terjadinya proses respirasi dimana kadar sukrosa yang terkandung dalam tebu terurai dan mengakibatkan kandungan gula menurun. Rendemen gula ditentukan setelah tebu masuk ke dalam proses penggilingan. Rendemen ini dihitung berdasarkan faktor rendemen FR dikalikan dengan nilai nira dari nira perahan pertama NN NPP. FR dipengaruhi oleh kadar 63 3 6 9 12 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 periode ke- re n d e m e n P G. Te rs a na B a ru P G. J a titujuh nira dalam tebu dan efisiensi teknis pabrik. FR ditetapkan berdasarkan FR minimum sesuai SK Mentan No. 126 tahun 1978. NN NPP merupakan ukuran kualitas nira yang diambil dari gilingan pertama Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2005. Pengukuran NPP tidak dapat dilakukan secara akurat, karena NPP yang diambil merupakan NPP campuran dari dua tebu atau lebih sehingga mengakibatkan kualitas tebu yang tergiling tidak diketahui secara tepat. Pada penelitian Laksmana 2007, rendemen gula yang dihasilkan di PG. Jatitujuh musim giling 2006 mengalami peningkatan. Pada periode pertama rendemen gula sebesar 3,46 dan pada periode kesepuluh rendemen gula jauh meningkat menjadi sebesar 11,52. Gambar yang menunjukkan perbandingan antara rendemen gula di PG. Tersana Baru musim giling 2007 dengan PG. Jatitujuh musim giling 2006 dapat dilihat pada Gambar 20.

D. Peluang Pendekatan Produksi Bersih

PG. Tersana Baru selama musim giling tahun 2007, telah menghasilkan gula SHS sebanyak 25.464 ton dari 392.598 ton tergiling. Kecilnya jumlah gula SHS yang dihasilkan dipengaruhi oleh kehilangan gula pada ampas tebu, blotong, dan tetes. Total kehilangan gula yang terjadi selama satu musim giling ini sebanyak 13.585 ton. Peluang pendekatan produksi bersih dilakukan dengan pengoptimalan penambahan air imbibisi terhadap konsumsi energi proses produksi. Perhitungan konsumsi energi dilakukan pada setiap periode musim giling tahun 2007. Pengoptimalan dihasilkan dari selisih konsumsi energi tiap periode dengan konsumsi energi terendah, sehingga didapatkan nilai penghematan konsumsi Gambar 20. Perbandingan Rendemen Gula antara PG. Tersana Baru