74 Tingkatan religiosentrisme pascakonflik, khususnya prasangka antar kelompok,
nampaknya tidak mengalami perubahan yang berarti dibandingkan sebelum terjadinya konflik fokus. Walaupun subyek konflik fokus dari pihak ‘Kristennya Wilson’, namun
ada generalisasi dari pihak muslim yaitu memberlakukan untuk semua agama Kristen, baik Katolik maupun Protestan.
Sementara dari pihak Kristen menganggap bahwa mereka sudah berupaya untuk berinteraksi secara baik dengan masyarakat yang mayoritas muslim, baik dalam
kegiatan kampung maupun dalam budaya masyarakat. Menurut seorang informan Kristen, Kris, potensi konflik senantiasa akan ada selama belum berkembang
keterbukaan dan masih sempitnya pandangan dari kalangan muslim, serta kesalahpahaman terhadap ajaran Kristen dan kegiatan-kegiatannya. Lebih jauh ia
mengemukakan:
Sebenarnya Islam-Kristen adalah satu rumpun dari satu keturunan Adam, sehingga semua agama mengajarkan untuk bagaimana meyakini adanya satu Tuhan. Ajaran
kami bukan Trinitas, adanya sebutan Bapak, Anak Bapak sebenarnya hanya esensinya. Bapak adalah Tuhan sebagaimana dalam Islam, Allah itu dusebut juga dengan Pangeran
atau Gusti. Adapun Anak Bapak adalah merujuk pada kedekatan antara Isa dengan Tuhan dan bukan sebagaimana dibayangkan orang pada umumnya. Hal ini yang tidak
dipahami umat lain.
Dilihat dari issu-issu potensi konflik antara sebelum dan sesudah konflik fokus terlihat adanya kemiripan yaitu:
1
Berasal dari persepsi dan prasangka sosial di antara kedua belah pihak dan lebih luas lagi karena tingginya religiosentrisme. 2
Penyebaran agama yang dianggap tidak proporsional. 3 Tidak adanya keterbukaan, dan penerimaan terhadap agama lain.
C. Karakteristik Konflik 1.Sumber dan Faktor
Sebagaimana disinggung di awal, konflik umat Islam dengan Kristen, khususnya Protestan di Surakarta ini disebabkan dan dipicu oleh pelecehan agama yang dilakukan
pendeta Ahmad Wilson melalui radio PTPN Rasitania FM, sebuah radio yang nampaknya banyak mengakomodasi orang atau tokoh Kristen yang sebelumnya
beragama Islam. Pelecehan agama dilakukan Ahmad Wilson terhadap agama Islam khususnya
tentang Nabi Muhammad, Wilson mengatakan bahwa Nabi Muhammad sebelum masuk memeluk Islam adalah pemeluk agama Kristen. Sebuah pernyataan yang
75 dilontarkan Wilson di radio tersebut pada acara dialog interaktif bertema ‘Upaya
Mengatasi Konflik Antarumat Beragama’ pada tanggal 24 Februari 2000. Sebenarnya pernyataan Wilson ini, seperti dikemukakan beberapa tokoh Kristen
sendiri, tidak jadi masalah seandainya dilakukan di forum terbatas yang khusus dan mendatangkan pembicara dari pihak muslim. Selain itu, pernyataan melalui radio
tersebut muncul di tengah-tengah merebaknya konflik SARA di Indonesia, khususnya antara Islam-Kristen seperti di Poso, Maluku, Bandung, Situbondo, dan Tasukmalaya.
Artinya, dalam skala nasional memang situasinya tidak menguntungkan. Apalagi dengan munculnya berbagai gerakan dan organisasi Islam yang dikenal sangat militan
di beberapa daerah termasuk di Solo, organisasi tersebut sangat peduli dan peka terhadap gerakan agama lain, selain perjuangannya tentang penegakan syariah Islam.
Jika ditilik lebih jauh, pernyataan Wilson tersebut menjadi serius karena terkait dengan apa yang disebut oleh pihak muslim sebagai penyebaran agama Kristen atau
‘Kristenisasi’ yang dilakukan umat Kristen sebelum terjadi konflik fokus tersebut. Inilah pernyataan beberapa tokoh Islam tentang hal ini:
Jika yang dilihat kasus Wilson, maka mungkin dikategorikan dalam pelecehan agama Islam, tapi sebelumnya Kristen dalam penyebarannya menggunakan kaset rekaman yang
disebarkan ke sekolah-sekolah, baik untuk dewasa maupun anak-anak muslim. Mereka orang-orang Kristen selama ini perilakunya membentuk sosial budaya yang
tidak wajar, maksudnya, melakukan misi seperti membangun tempat ibadah, memberi kebutuhan sehari-hari kepada umat Islam yang menyebabkan lingkungan masyarakat di
sekitarnya merasa terusik… kalau di kampung ini Lawean jelas karena mereka terang- terangan menggelar pesta miras.
Pernyataan ini menyimpulkan bahwa konflik fokus tidak tiba-tiba terjadi, tapi ada kaitannya dengan peristiwa dan proses interaksi antara umat Islam dan Kristen yang
sudah lama berlangsung, salah satu pihak khususnya muslim merasa dirugikan oleh pihak Kristen. Pihak muslim yang peka menganggap selama ini apa yang dilakukan
oleh pihak Kristen banyak merugikan kepentingan pihak Islam, terutama dalam hal penyebaran agama Kristen. Karena itu, walaupun di dalam Kristen ada beberapa
kelompok tetapi di kalangan umat Islam sudah berkembang persepsi bahwa setiap kegiatan Kristen identik dengan Kristenisasi, semua Kristen sama saja padahal seperti
dituturkan oleh Kris tokoh Kristen dalam Kristen itu ada beberapa kelompok, ada yang mengutamakan kuantitas dan ada yang mengutamakan kualitas.
Selain itu, konflik juga dipicu oleh lahir dan berkembangnya apa yang disebut oleh muslim setempat sebagai ‘muslim yang konsisten’. Kelompok ini, berkembang
76 terutama sejak era-reformasi seperti Front Pembela Islam Surakarta FPIS, Majelis
Mujahidin Indonesia MMI, dan lainnya. Mereka memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap Kristenisasi serta memiliki karakter mudah terbakar emosinya ketika melihat
kemaksiatan. Suatu kasus keagamaan yang sama mungkin direspon secara biasa di tempat lain, tetapi di Solo hal itu akan menjadi konflik terbuka.
2. Sekitar Wilson dan Ajarannya
Wilson lahir di Ampelgading, 15 Agustus 1956. Pada masa kecilnya, bernama Ahmad Bukhori Muslim, ia terlahir di lingkungan pondok pesantren sekaligus cucu
dari Kyai Ilyas, pengasuh pondok pesantren di Ampelgading Kabupaten Pemalang. Ayahnya bernama Kyai Wahyani Thoha Mahmud dan ibunya bernama Marti’ah.
Ahmad Wilson memiliki 4 saudara, yaitu Abu Nawawi, Sikriyah, Umi Kalsum dan Muhammad. Pada usia 15 tahun Ahmad Bukhori sudah banyak menghafal Al-Quran
dan Hadis. Ketika di pesantren yang diasuh oleh ayahnya, Ahmad Bukhori memperoleh
bimbingan langsung darinya. Ia menerima pendidikan keislaman, menghafal ayat Al- Quran dan Hadis juga buku-buku filsafat, terutama filsafat Yunani. Ayahnya juga
mendorong supaya ia mempelajari kitab Injil dengan harapan dapat menjadi ulama yang paham dengan benar tentang ajaran agama di luar Islam. Untuk menambah
wawasan agamanya, Ahmad Bukhori menuntut ilmu ke berbagai lembaga pendidikan, misalnya di Pondok Pesantren Lirboyo. Ia juga sempat berguru kepada Gus Maksum,
terutama tentang retorika. Selain itu, Ahmad Bukhori mengikuti pendidikan formal mulai tingkat dasar sampai atas, pada usia 17 tahun ia masuk Pendidikan Guru Agama
PGA Muhammadiyah di Comal selama setahun. Pada masa ini, bersama teman- temannya ia mendirikan Penyelidik Teologi Agama PTA yang banyak membahas
tentang ketauhidan dan doktrin Ketuhanan. Menginjak usia dewasa, Ahmad Bukhori bertemu dengan pendeta Sinambela dari
Gereja Advent, seorang yang memberikan pekerjaan dan sangat mempengaruhi arah kehidupan Wilson pada masa-masa berikutnya yaitu konversi agama dari muslim ke
Kristen. Melalui pendeta Sinambela, tahun 1982 ia mengikuti pendidikan teologi di Tanjung Enim dan dilanjutkan di Akademi Teologi Amarat, Bogor. Tahun 1983 ia
meneruskan kuliah di Teologi Seminari Arstama, Jakarta. Setelah menikah, ia sempat sekolah lagi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya untuk mengikuti program Latihan
77 Khusus Hamba Tuhan LKHT. Setelah itu, ia mempraktekkan penginjilan di Blitar
selama 3 tahun. Tahun 1989, mengikuti pendidikan teologi di Ponorogo dengan memperoleh gelar kependetaan tahun 1991 dengan nama Pendeta Ahmad Wilson.
Setelah menjadi pendeta, ia memimpin gereja-gereja Advent di Klaten dan Kartasura. Tahun 1992 Ahmad Wilson mengikuti pendidikan di Universitas Advent Bandung.
Setelah di Klaten dan Solo, pemikiran teologis Wilson semakin mantap. Sebuah teologi yang dianggapnya dapat merukunkan antarumat Kristen dan Islam tapi
sebenarnya sangat menyinggung perasaan umat Islam dan bahkan di antara teman- teman Kristennya sendiri ada yang kurang setuju. Berikut ini beberapa percikan
pemikiran teologi Wilson Sarwoto, 2000: 1 Agama Nasrani pada awalnya adalah agama tauhid, meyakini keesaan Allah,
bukan Trinitas yang mengakui Allah Bapak, Allah Anak dan Allah Roh. Tiga Allah itu tidak ada dalam Al-Kitab, tapi itu berasal dari Anthonius d. 37 M.
Keyakinan teologi Wilson ini didasarkan atas teks-teks dalam Al-Kitab seperti dalam Keluaran, 3:14; Ulangan, 6:4 ; Korintus, 8:6 ; Yoh 5, 37 dan 17:13. Konsep
ketuhanan Kristen dan Islam sama yaitu sama beriman kepada Allah, bukan lainnya atau Trinitas. Dalam Kristen, Trinitas yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan
Tuhan Roh sebenarnya mengacu pada sifat-sifat Allah seperti halnya yang terdapat dalam Islam seperti Allah punya sifat Qidam, Baqa’, Wujud dan lain-lain.
2 Dengan keyakinan teologi seperti ini sebenarnya Wilson telah memberikan kritik yang pedas atas pemahaman umum umat Kristiani. Oleh karena itu, ia
memproklamirkan dirinya sebagai ‘orang Kristen yang mengikuti Al-Kitab’ atau ‘Kristen Independen’ karena menurutnya ‘memang belum ada yang sama seperti
saya.’ 3 Semua agama pada dasarnya mengajarkan ketauhidan dan melarang kemusyrikan.
Selain itu umat beragama harus mempelajari Kitab-kitab suci yang diturunkan Allah agar memiliki pandangan yang luas dan mencegah dari pemahaman sempit
yang menimbulkan pembenaran secara mutlak doktrin ajarannya sendiri. Menurutnya umat Islam juga harus melakukan itu karena Al-Quran mengajarkan
itu seperti dalam Qs. Ali-Imron, 3. Kesemua itu tiada lain merupakan kerangka teologi kerukunan yang ingin dibangunnya.
4 Wilson mencari kesamaan ajaran antara Kristen dengan Islam. Misalnya 1 Menurutnya Kitab Injil mengandung kebenaran sebagai firman Allah karena hal
78 itu ditegaskan bukan hanya oleh Injil sendiri dalam surat Roma, 16, tapi juga
diakui oleh Qs. Ali-Imron, 3 2 Ia juga menegaskan bahwa setiap agama mengajarkan cinta kasih.
5 Nabi Muhammad sebelum memeluk Islam sudah memeluk agama Kristen-tauhid. Seba, menurutnya, Nabi Muhammad terlahir pada zaman jahiliyah yang ketika itu
keyakinan masyarakat hanya terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu agama tauhid, yaitu Nasrani dan penyembah berhala jahiliyah. Dengan data historis seperti itu,
menurutnya, dapat disimpulkan secara logis bahwa tidak mungkin Nabi Muhammad sebelum menjadi Rasul sebagai penyembah berhala jahiliyah dan
karena itu dapat dipastikan beliau beragama Nasrani. Apalagi beliau, menurut Wilson, pernah menjadi murid dari seorang pendeta. Akhlak Nabi Muhammad
yang penuh dengan kebijakan, patuh dan bahkan bergelar Al-Amin merupakan sifat keruhanian yang tinggi dan itu sangat selaras dengan doktrin Nasrani-tauhid.
Menurutnya dengan pandangan seperti ini bukan berarti ia menjelekan Nabi Muhammad, sebaliknya ingin menjunjung tingginya.
Oleh karena itu agar ada pemahaman dan kerukunan di antara umat Islam dan Kristen, Wilson mengusulkan: 1 Sering dilakukan dialog antaragama yang
didasari atas kesadaran untuk saling menerima pendapat orang lain, akal sehat dan bukan pada fanatisme yang berlebihan. Dengan dialog tersebut akan lahir wawasan
terhadap kesamaan teologis antara Islam dan Kristen. 2. Perlu dikembangkan kesadaran untuk mempelajari kitab suci agama lain, selain kitab suci agamanya
sendiri, sehingga akan saling memahami perbedaan masing-masing dan selanjutnya melahirkan toleransi.
3. Proses dan Dampak Konflik
Beberapa informan saya menegaskan bahwa pada dasarnya konflik Islam dan Kristen yang terjadi di Solo tidak dapat dipisahkan dari konstelasi konflik secara
nasional, tapi untuk daerah ini muncul seiring dengan kegiatan umat Kristiani di satu sisi dan munculnya kelompok Islam yang masuk kategori militan dan memiliki
kepekaan terhadap ap-apa yang dilakukan umat Kristiani sekaligus kepedulian atas umat Islam.
Kepekaan terhadap hubungan Islam dan Kristen ini seperti dikatakan Jok. mantan aktifis FPIS, sangat terkait dan merupakan bagian dari solidaritas umat Islam
79 Surakarta terhadap saudaranya di Ambon. Selain itu, jika diarahkan kepada konflik
fokus maka ada beberapa proses yang berlangsung yang dapat digambarkan sbb: 1 Tanggal 24 Feb 2000, tepatnya pukul 20.05-20.55 WIB, Wilson menyampaikan
pandangannya dalam acara dialog interaktif yang bertajuk Upaya Mengatasi Konflik Antar Umat Beragama. Sebuah tema yang sangat aktual dengan kondisi
saat itu ketika konflik SARA, khususnya konflik antarumat beragama, merambah di banyak tempat di Indonesia. Mulai dari Ambon, Poso, Jakarta, Tasikmalaya dan
lainnya. Dialog ini diprakarsai dan disiarkan langsung melalui Radio PTPN Rasitania Surakarta. Semestinya acara tersebut dihadiri dari tokoh lintas agama,
tapi karena hanya Wilson yang hadir, acara tetap dipaksakan berlangsung berdasarkan kesepakatan Wilson dengan pemandu program tersebut. Pada
kesempatan ini Wilson mengemukakan gagasannya tentang apa yang disebutnya sebagai teologi kerukunan. Diantaranya yang kemudian paling banyak disorot
umat Islam, adalah pernyataanya tentang Nabi Muhammad sebelum berislam adalah pemeluk Nasrani.
2 Pernyataan Wilson tersebut kebetulan didengar oleh seorang mahasiswi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, kemudian melaporkannya kepada
pimpinan Front Pembela Islam Surakarta FPIS. Pernyataan Wilson tersebut dianggap oleh pimpinan FPIS dan kemudian beberapa tokoh Islam, baik dari
kalangan HMI Surakarta, tokoh dari partai seperti PAN, PPP, PBB, dan PKB sebagai pelecehan terhadap agama Islam Nabi Muhammad.
Suatu hal yang menarik adalah mengapa mahasiswi tersebut langsung memberitahukannya kepada pimpinan FKIS bukan kepada kelompok muslim
seperti Muhammadiyah atau NU. Hal ini menunjukkan dua hal: Pertama, memperlihatkan kepercayaan orang Islam terhadap kelompok ‘Islam konsisten’ ini
dibandingkan dengan kelompok Islam mapan. Khususnya dalam kaitannya dengan permasalahan interaksi umat Islam-Kristen. Kedua,. jika ini benar, maka
ada pembenaran bahwa kelompok Islam konsisten di Solo yang direpresentasi pada sosok FPIS dan kemudian Majelis Mujahidin Indonesia sebagai kelompok
yang memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap gerakan Kristenisasi. 3 Pencitraan FPIS sebagai kelompok yang peduli dan peka terhadap gerakan
Kristenisasi ini nampaknya benar-benar sesuai kenyataan, hal ini dapat dilihat pada gerakan yang dilakukannya begitu menerima laporan dari mahasiswi tersebut,
80 pihak FPIS langsung melakukan koordinasi dengan elemen-elemen dari kelompok
Islam yang lain. Mereka membagi tugas gerakan yaitu koordinasi dengan unsur umat Islam dari Muhammadiyah, NU dan partai Islamberbasis massa Islam.
Mereka membagi tugas gerakan yaitu a panggalangan opini melalui media massa, b koordinasi dengan pihak aparat keamanan dan persoalan hukum, dan c
pengerahan masa. Pertama, penggalangan opini melalui media massa dilakukan beberapa
tokoh Islam, terutama dari tokoh-tokoh parpol Islam atau berbasis massa Islam misalnya Sahil Hasni PAN, Mudrick SM Sangidoe PPP, Ipmawan Iqbal
PBB, Husein Syifa PKB, Fajri Muhammad PKS. Mereka pada intinya menyampaikan dua hal. a Ceramah Wilson jelas merupakan pelecehan terhadap
agama umat Islam. b Ceramah tersebut bersifat provokatif yang merusak persatuan, dan karenanya Wilson harus dituntut secara hukum.
Kedua, proses hukum dilakukan pengacara dari elemen muslim H. M.Taufiq Fraksi Pembaharuan DPRD Solo. Ia melaporkan Wilson ke Polresta Surakarta.
Dalam laporan bernomor LPK167III2000PMT, yang langsung ditangani Letda Pol H. Perdana, tersebut ditegaskan bahwa Wilson dan Jefrey Ohio telah
melakukan panghinaan terhadap Islam. Ketiga, pengerahan massa dikoordinir langsung oleh FPIS yang melibatkan
berbagai komponen personal umat Islam di Solo, dan tentu anggotanya sendiri. Aksi pertama dilakukan 2 Maret 2000 pukul 09.00WIB bertempat di depan Radio
PTPN Rasitania Surakarta. Ratusan massa muslim ikut dalam kegiatan ini, dan dari orasi-orasi yang ada pada dasarnya berisi berbagai tuntutan yaitu: a Menuntut
agar pendeta Wilson diadili, termasuk pemandu acara; M. Zarkoni Jefrey Ohio, Direktur radio, C. Boedioka. b Meminta pihak berwajib memproses secara
hukum kasus pelecehan Islam. c Menuntut Radio PTPN agar meminta maaf di lima media massa Solo Pos, Jateng Pos, Suara Merdeka, Wawasan, dan Pos Kota
selama 7 hari berturut-turut. d Radio PTPN harus meminta maaf melalui radio tersebut dengan menyiarkannya secara langsung selama 7 hari dan setiap harinya
sebanyak 5 kali secara berurutan pada pukul 6.30, 9.30, 11.30, 18.30 dan 20.30. Dalam aksi masa tersebut, di antaranya ada poster yang menyatakan Wilson
sama dengan Salena Rushdi. Tuntutan pada pengerahan masa yang pertama ini
81 disetujui oleh pihak Radio PTPN yang diwakili IG Hananto Sukarno, ia
mengatakan ‘apabila kami mengingkari janji di kemudian hari, kami siap dihukum.
Atas nama Keluarga besar Radio PTPN Rasitania, kami sekali lagi mengatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada umat Islam
di Indonesia khususnya Kota Solo.’
Gerakan massa berikutnya dilakukan selama persidangan terhadap Wilson di Pengadilan Negeri Surakarta. Pada hari yang sama, polisi memeriksa beberapa
orang yang dianggap bertanggung jawab dalam ‘kasus Wilson.’ Polisi juga menyita dan mengamankan sejumlah barang bukti berupa peralatan penyiaran
Radio PTPN Rasitania. Karena itu sejak tanggal 2 Maret 2000 pukul 12.00 radio tersebut tidak mengudara untuk sementara waktu. Langkah ini dilakukan polisi
untuk mencegah pembakaran atau perusakan oleh massa. Di tengah proses tersebut, juga ada pertemuan-pertemuan yang
dikoordinasi oleh Departemen Agama dan Polresta. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pejabat Depag, Polresta, tokoh-tokoh Islam dan pendeta Wilson.
4 Setelah terjadi reaksi umat Islam melalui berbagai kegiatan tersebut kemudian muncul pembelaan dan reaksi dari kelompok Kristen. Wilson misalnya dalam
pertemuan yang dikoordinir oleh pemerintah daerah setempat menyatakan bahwa pandangannya bukan untuk mendiskreditkan umat Islam, sebaliknya untuk
merukunkan kedua agama melalui sistem teologi kerukunan yang dibangunnya. Ia menegaskan ‘tidak punya kepentingan melakukan kristenisasi.’ Selain itu ia
berharap penyelesaian atas kasusnya dilakukan melalui dialog dengan mengedepankan akal-sehat, bukan melalui kekuatan fisik. Kekhawatiran ini
muncul setelah melihat reaksi berupa ancaman, dan isi spanduk yang menyamakan statusnya seperti Salman Rushdi, sebuah status yang memiliki konsekwensi berat
bagi orang yang dijadikan sasaran. Sementara reaksi positif muncul dari pihak pengelola Radio PTPN
Rasitania yang intinya menerima semua tuntutan kelompok Islam. Di sisi lain di beberapa tempat di Solo dan sekitarnya berkembang antipati umat Islam terhadap
umat Kristiani tanpa memandang aliran Kristennya. 5 Mulai 2 Maret sampai Juli 2000 Wilson ditahan sebagai tersangka dan melalui
proses persidangan yang lama di Pengadilan Negeri Surakarta, akhirnya ia divonis
82 hukuman lima tahun. Selama di persidangan Wilson didampingi seorang
pengacara Kristen, yang sebelumnya beragama Islam, yaitu Syarif Hidayatullah. 6 Dampak dari munculnya konflik antarumat Islam dan Kristen ini terjadi pada
kedua belah pihak. Di kalangan kelompok muslim yang langsung berkonflik kian melahirkan solidaritas internal mereka, ingroup dan identias mereka menjadi lebih
menguat. Sementara di kalangan masyarakat Islam pada umumnya kian berkembang kesadaran dan kepekaan terhadap issu kristenisasi. Hal ini ditandai
dengan pemberian informasi kepada masyarakat Islam melalui pengajian dan ceramah keagamaan lainnya.
Di kalangan kelompok Kristiani, konflik tersebut mengakibatkan Radio PTPN Rasitania tidak mengudara selama tujuh hari, dan Ahmad Wilson akhirnya
dihukum, walaupun oleh teman dan Wilson sendiri hukuman itu bukan dianggap sebagai hal yang negatif karena ia sudah terbiasa hidup prihatin dan bahkan terus
melakukan tugas missi di penjara. Dari kedua belah pihak memang tidak ada kerugian jiwa dan fisik seperti
bangunan rumah, sarana dan prasarana sosial. Namun kerugian secara psikologis jelas ada, luka psikologis ini akan berpengaruh kepada pola-pola hubungan sosial
di antara kedua belah pihak yang membutuhkan waktu untuk menganyamnya kembali. Apalagi jika dilihat dari pernyataan-pernyataan kedua kelompok,
khususnya dari kelompok muslim yang masih sangat keras sebagaimana diurai dalam bagian potensi konflik pascakonflik.
4. Anatomi Kelompok dan Subyek
Sebaran konflik di Surakarta ini sangat terbuka. Meskipun lokasinya terbatas pada daerah yang menjadi kerumunan massa seperti di lokasi Radio PTPN
dan Pengadilan Negeri, tetapi karena media pengungkap konflik melalui media massa dan pengerahan massa yang bergerak, menyebabkan sebarannya mencakup
wilayah Surakarta dan sekitarnya. Ada beberapa kelompok dan subyek yang terlibat dalam konflik yang
bersumber dari pelecehan agama ini. Pertama, dari pihak umat Islam adalah: 1 Front Pembela Islam Surakarta, dan 2 Tokoh-tokoh partai politik Islam atau
berbasis massa muslim. Keterlibatan FPIS dalam kasus ini sangat dominan, organisasi ini bukan hanya sebagai penerima laporan terhadap terjadinya
pelecehan terhadap Islam dari seorang mahasiswi, tapi juga mengkoordinasi semua
83 gerakan sebagai reaksi terhadap pernyataan Wilson, termasuk yang paling
menonjol adalah pengerahan massa baik ketika melakukan tuntutan-tuntutan terhadap pihak Kristen Radio PTPN Rasitania, pemandu acara dan Wilson
maupun selama berlangsungnya persidangan di Pengadilan Negeri atas Wilson. Sejak awal kasus, organisasi ini melakukan tekanan agar orang-orang yang terlibat
dalam pelecehan terhadap agama Islam diproses secara hukum. Pimpinan dan anggotanya sangat disiplin agar massa yang ada tidak terjerumus ke dalam sistem
anarkis. Memang ada aksi yang menyimpang di lapangan seperti pemukulan terhadap pengacara Wilson, tetapi hal itu lebih bersifat spontanitas sesaat.
Anggota FPIS termasuk muslim yang taat, mereka biasa menyebut diri sebagai penganut Islam ‘kaffah’. Nilai-nilai doktrin keislaman lembaga sangat
mempengaruhi keyakinan dan perilaku anggotanya, termasuk dalam menghadapi issu kemungkaran dalam masyarakat dan kristenisasi.
Kelompok muslim yang lain adalah tokoh-tokoh parpol Islam atau berbasis massa Islam. dalam kasus ini tokoh-tokoh parpol tersebut kompak dalam mereaksi
kasus pelecehan agama ini, baik PPP, PBB dan PK sekarang PKS maupun PAN dan PKB. Yang menarik adalah tidak ada respon menyolok yang diberikan oleh
ornas Islam mapan seperti Muhammadiyah dan NU. PKB yang merupakan parpol representasi dari keluarga Islam tradisionalis NU dalam kasus lokal ini
responnya seiring dengan kelompok Islam yang lain. Selama ini orang-orang NU dikenal lebih ‘toleran’ dan dekat dengan Kristen. Meskipun dalam dataran wacana
tokoh PKB juga menegaskan bahwa Wilson sangat provokatif dan memecah belah antar umat beragama. Memang ada penafsiran dari kalangan muslim sendiri bahwa
respon ramai dari parpol Islam atau berbasis massa Islam tersebut tiada lain karena untuk membangun citra positif politik mereka bagi umat Islam Surakarta, maklum
kasus ini terjadi masih berdekatan dengan selesainya pemilu dan awal-awal tokoh- tokoh tersebut berkiprah di lembaga legislatif.
Terlepas dari kepentingan politik yang ingin mereka bangun, pernyataan mereka sangat penting dicermati dalam 2 hal: ada pembelaan terhadap kepentingan
umat Islam, sekaligus memberikan tekanan agar respon umat Islam tidak mengarah kepada gerakan anarkisme yaitu dengan cara menekankan kepada
penyelesaian hukum.
84 Kedua, dari kelompok Kristen, secara kelembagaan melibatkan pengelola
Radio PTPN dan tentu Wilson sendiri sebagai tokoh utama. Meskipun Wilson selalu menganggap dirinya sebagai ‘Kristen independen’ karena belum ada
kelompok Kristen yang sama dengannya, tapi ia punya jamaah yang bernaung dalam gereja Advent. Mereka termasuk golongan menengah ke bawah, dan oleh
muslim Wilson dan jamaahnya dianggap melakukan ritual di rumah ibadah.
D. Upaya Pengendalian Potensi Konflik